Haii :)
Mohon kebijakan pembaca.
Chap 1 nih, enjoy!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
E.A.F.
.
.
.
.
.
.
.
.Awalnya ini semua dimulai sejak mereka berdua masih TK. Ali yang pada hari itu diantar oleh ayahnya ke sebuah perguruan TK, awalnya sangat takut sebab tak terbiasa bertemu banyak orang. Jika ditelaah alasannya, hal itu disebabkan kurangnya kontribusi sang ayah dalam menuntun Ali ke dalam kehidupan sosial.
Meskipun begitu, bocah TK berambut hitam itu tetap harus mengenyam pendidikan. Sebab itulah ia dan sang ayah berada di depan kelas bercat paduan pink dan hijau.
"Ayah, apa teman-teman akan mau berteman dengan Ali?" Bocah itu bertanya dengan suara pelan.
Ghazali tersenyum lembut. Sudah lama sejak pria itu tersenyum seperti ini, membuat Ali ketakutan dan malah berpikir sang ayah marah. Namun pikiran itu segera sirna setelah ayahnya menjawab, "Ali 'kan anak baik, kenapa teman-teman tidak mau berteman dengan Ali?"
Benar. Ali tersenyum kecil. Ia adalah anak baik, anak baik memiliki teman yang banyak seperti tokoh film kartun yang ia tonton akhir-akhir ini di televisi.
Maka ayah dan anak itu pun memasuki kelas baru Ali, sebuah ruangan dimana semua kisah ini akan dimulai.
....
Sudah tiga hari Ali tidak mau bersekolah dengan alasan konyol seperti, "Hari ini akan ada serangan zombie, ayah!" atau "Ali mau membantu Ultraman menyelamatkan dunia!" atau yang lebih mampu membuat Ghazali tertegun, "Ali tidak mau sekolah sebelum mama bangun!"
Wajar Ali yang pada saat itu masih TK tidak mampu mengetahui bahwa ibunya tidak akan bangun lagi. Ghazali membuat catatan mental untuk mengajari Ali hal-hal seperti itu ketika anaknya sudah menginjak kelas satu SD.
Namun kali ini dirinya akan berfokus pada satu masalah dahulu. Anaknya itu belum keluar sejak ia memanggilnya untuk bersiap ke sekolah. Jika Ali tidak sekolah lagi hari ini, maka Ibu Guru Devi akan meneleponnya terus menerus ketika ia bekerja. Pun tetangga akan berbisik-bisik sebab ia berani meninggalkan anak TK sendirian di rumah, meski memang Ali adalah anak penurut yang tidak akan mengacaukan rumah.
"Ali, ayo bersekolah!" Pria itu masuk ke kamar putranya, melihat seonggok bocah TK berpura-pura tidur dengan kompres tempel di kepalanya.
"Ali, ayah tahu kamu tidak sakit. Kalau kamu sakit, hari ini juga kita akan ke dokter dan kamu akan disuntik!" tegas sang ayah.
Ali sontak cepat-cepat membuka kedua matanya, ia melirik sang ayah takut. "Jangan disuntik, ayah! Kata Bu Guru kalau disuntik itu sakit!"
"Makanya turun dan bersiap ke sekolah! Ali dan ayah sudah hampir terlambat." Tidak bermaksud terlalu dingin, Ghazali setengah merutuk di dalam hati ketika melihat raut ketakutan anaknya.
"Ayah, hari ini ada singa di seko-"
"Ali, Ibu Guru Devi sudah menelepon ayah. Kamu tidak bisa bolos lagi," potong sang ayah cepat.
"Ali tidak mau sekolah!" Ali memberontak kala melihat sang ayah mendekati dirinya.
"Kenapa?" tanya Ghazali, lagi-lagi terlalu dingin.
Ali merenggut tak suka. "Ali mau menunggu mama ba-"
"Mama sudah tidak ada, Ali!" Ghazali membentak Ali tanpa sadar kemudian terengah-engah guna menstabilkan napasnya karena ledakan emosi. Ia menghela napas panjang, "Sekarang kita harus siap-siap, Ali tahu 'kan ayah harus bekerja demi Ali dan ayah? Jangan seperti ini, ayah bekerja juga demi kita! Sekolah yang benar dan bersikap yang bagus, apa itu terlalu susah untuk Ali lakukan?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ejen Ali Fanfiction
FanficRandom short story tentang kehidupan di dunia Ejen Ali. Let's check this out!