16🏴‍☠️

45.6K 2.8K 65
                                    

Typo.
21+ ⚠️

__________________________________

Selamat membaca.
___________________________________

"Ahhh......mmh...." Bunyi desahan dan sentuhan kulit yang bertubrukan terdengar di dalam kamar mandi.

"Nghh....Gue capek Raf! Aahh...." Kaki Revan rasanya sudah kebas akibat terlalu lama berdiri. Sudah satu jam yang lalu kejantanan Rafka keluar masuk lubangnya dengan posisi ia bertumpu pada dinding kamar mandi, mungkin jika Rafka tidak memegang pinggangnya, ia akan meluruh di lantai karena tidak kuat menahan beban tubuhnya.

Kedua tangannya ditarik ke belakang sehingga dadanya membusung ke depan. Rafka semakin menghajar lubang Revan ketika dirasa akan mencapai pelepasan.

"Anghh....ahh! Pelan, Raf! hhhh....Rafka mmh!" Dihentakan ke dua, Rafka menyemburkan cairannya di dalam tubuh Revan. Kemudian, memeluk tubuh Revan dengan erat dan melumat bibir ranum kekasihnya dari belakang sembari menikmati sisa-sisa pelepasannya.

"Raf kasur, capek...." Revan berujar dengan sangat lemas. Kalau sedang dalam keadaan baik mungkin dirinya akan mengumpati Rafka dan menendang kakinya.

Sepulang sekolah tadi, tiba-tiba Rafka langsung mengajaknya untuk bercinta di kamar mandi, padahal badannya masih remuk karena pelajaran olahraga disuruh lari 15 putaran. Belum lagi skotjam 25 kali, Eh pulang-pulang digempur.

Rafka menggendong Revan ala koala, lalu membaringkan Revan di ranjang dan kembali memasukkan kejantanannya ke lubang Revan. Rafka mengerang pelan merasakan kembali kehangatan pada adiknya.

"Raf...nghhh..." Revan mendongak kala kejantanan Rafka menusuknya dalam. Rafka memberi dua hentakan dengan kencang.

"Ahhh...anjinggh!" Rafka menghentikan hentakannya, ia menatap Revan yang tidak berdaya di bawahnya.

"Enak?" Tanyanya.

Revan mengangguk lemah sembari menjawab, "mentok." Rafka terkekeh mendengarnya.

"Mau lagi?" Lagi-lagi Revan hanya mengangguk mendengar pertanyaan Rafka.

"Boleh?" Tanya Rafka dengan lembut.

"Boleh." Ujar Revan dengan gerakan mulut tanpa suara.

Rafka kembali menghentakkan miliknya, hal itu membuat Revan tersentak dan melihat ke arah bawah. Revan bisa melihat kejantanan Rafka yang keluar masuk lubangnya, ia memejamkan matanya dengan tubuhnya yang meliuk kenikmatan.

"Ahh! Rafkahhh....... umhhh....."
Desahnya terus menerus saat titik kenikmatannya disentuh dengan kasar.

____________________________________

Galih saat ini sedang berjalan pulang sehabis dari supermarket. Ia memilih jalan menikmati suasana malam hari ketimbang harus memakai motor. Toh, jarak supermarket dengan rumahnya dekat. Ketika ia melewati gang buntu di seberang gapura perumahan ia melihat ada sekitar tiga orang yg sedang melakukan pengeroyokan, Ia pun mendekatinya.

"Woy berhenti!" Gertak Galih. Ketiga orang yang mungkin seumurannya itu pun menghentikan aksinya.

"Wah! Ada yang sok jadi pahlawan nih." Ujar salah satu orang tersebut.

"Cih! Beraninya keroyokan lo babi. Sini lawan gue." Galih pun menaruh belanjaannya dan memasang kuda-kuda bersiap untuk menyerang.

"Cok! Dia pasang kuda-kuda, Lo duluan gih." Bisik pemuda tadi pada temannya.

"Lo duluan lah anjing." Balas temannya.

"Woy anjing buruan! pegel nih kaki gue." Ujar Galih. Mereka bertiga pun akhirnya menyerang Galih secara bersamaan, untung saja galih bisa menangkisnya. Ia menendang ketiga pemuda di hadapannya dan menghajar tanpa ampun hingga ketiganya menyerah.

"Cupu lo babi." Galih pun merapihkan bajunya lalu menghampiri pemuda yang menjadi korban. Pemuda itu terlihat memegangi perutnya.

"Eh, perut lo luka?" Tanya Galih. Pemuda ia mendongak, Galih terkejut mengetahui siapa pemuda itu.

"Lah Gerdan?" Pemuda itu, Gerdan tengah merintih kesakitan. Galih membantu Gerdan berdiri pelan-pelan.

"Lo kuat jalan gak Ger?" Ujar Galih. Gerdan mengangguk pelan. Galih pun mengambil belanjaanya lalu kembali memapah Gerdan. Ia membawa Gerdan menuju rumahnya dan membawanya masuk dalam kamar.

"Lo di rumah gue dulu ya, bentar gue ambil kotak p3k sama kompres dulu." Ujar Galih, Gerdan hanya mengangguk. Tidak lama Galih datang membawa kompres dan p3k.

"Buka baju lo." Gerdan melotot kaget, ia pun menutupi dadanya.

"Mau ngapain lo?!" Ujar Gerdan. Galih menyentil keningnya.

"Sakit bego!" Cibir Gerdan.

"Ya mulut lo ngadi-ngadi goblok! Gue masih normal. Buruan buka anjir mau gue obatin gak lo." Gerdan pun akhirnya mau tak mau melepas bajunya. Terlihat luka membiru di dada dan perutnya. Dengan telaten Galih mengompres dan memberi salep pada dada dan perut Gerdan, tidak lupa ia juga mengompres luka pada muka Gerdan.

"Lo tuh kenapa coba bisa berantem, mana gak bawa temen, bego banget lo." Galih menekan luka dimata Gerdan hingga sang empu meringis.

"Lo niat ngobatin gue gak si?! Bukan urusan lo juga anjir." Omel Gerdan.

"Dih, lo nginep sini dulu bae daripada di jalan pingsan, pinjem baju gue dulu aja nanti gue siapin." Ujar Galih sembari membereskan p3knya.

" Makasih Gal."

"Hooh, lo keberatan gak, tidur sekasur sama gue? Kalau keberatan gue bisa di sofa. Kamar tamu lagi ada om gue." Ujar Galih. Gerdan jadi gak enak sendiri, dia tamu tapi masa dia yang malah tidur di kasur.

"Lo di kasur aja, biar gue yang di sofa." Ujar Gerdan.

Galih menggelengkan kepalanya. "Gak papa lo tidur kasur, kalau di sofa malah badan lo tambah sakit semua, bukannya malah sembuh. Santai aja sama gue mah."

"Yauda, kalau gitu tidur di kasur aja sama gue." Ujar Gerdan. Galih mengangguk, kemudian membaringkan tubuhnya di sebelah Gerdan.

Dua anak adam itu kini diliputi rasa canggung mengingat Gerdan musuh sahabatnya, otomatis juga musuhnya juga.

"Gal gue boleh tanya?" Ujar Gerdan tiba-tiba.

"Sok, tanya apa?"

"Rafka itu orangnya gimana?" Pertanyaan Gerdan membuat Galih mengernyitkan dahi, ada apa Gerdan menanyakan Rafka?

"Dia itu orangnya ramah, perhatian, serem kalau lagi marah, kocak, gitu-gitu otak selangkangan. Selebihnya Revan yang tau." Ujar Galih.

"Kenapa Revan?" Gerdan merasa tidak suka mendengar nama itu disebut.

"Ya....karena Rafka paling deket sama Revan, apalagi mereka berdua tinggal bareng dan udah sahabatan dari orok." Lanjut Galih.

"Jadi, Revan sama Rafka tinggalnya berdua gitu?" Entah kenapa Gerdan merasa kesal mengetahui fakta tersebut.

"Hooh."

"Rafka udah punya pacar?" Tanya Gerdan lagi.

"Gak tau, pas ditanya sama Udin dia jawab gini, Ada hati yang harus gue jaga, gitu." Ujar Galih sembari menirukan gaya bicara Rafka ketika disuruh Udin deketin teman kelasnya.

"Lo kenapa dah, tiba-tiba tanya tentang Rafka?" Tanya Galih menatap Gerdan curiga.

"Temen gue ada yang suka Rafka." Jawabnya berbohong. Galih manggut-manggur saja menanggapinya.

Gerdan jadi mikir, gimana caranya dia dapetin hati Rafka. Harus tau tipe Rafka dulu baru dia bertindak, tapi apa Rafkanya suka cowok?
Eh Rafkanya? Bukan miliknya, tapi Gerdan sudah berani mengklaim saja.

___________________________________

Bersambung..........

SOHIB ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang