21 ; photobox

705 94 13
                                    


***

Brakkkk

Suara gebrakan pada meja itu membuat orang yang ada disana terkejut. Ditambah suara deru  nafas berat milik Wisnu yang memburu, ia tengah marah. Marah sekali setelah tahu kondisi yang terjadi.

"Gimana sih kalian kerjanya? Kok bisa kaya gini lagi???"

"Saya sudah pernah bilang, cari tahu lebih detail tentang aktris ini!! Sekarang lihat kan? Rusak semuanya!!"

Si lawan bicara—Damar, hanya diam menunduk,  ia tahu ini adalah suatu kesalahan meski sebenarnya ia juga tidak akan tahu jika akan terjadi skandal seperti ini.

"Saya minta tim marketing harus bergerak cepat, putus kontrak dengan management mereka! saya tidak mau citra perusahaan kita jadi buruk dan diserang oleh konsumen."

"Baik Pak," ucap Damar lalu permisi untuk pergi. 

Wisnu menjatuhkan tubuhnya di atas kursi memijit pelipisnya yang terasa pening. Ini masih pagi, tetapi sudah mendapat kabar bahwa aktris yang menjadi Brand Ambassador (BA) produknya terkena skandal dan tengah menjadi buah bibir seluruh masyarakat. Eleena sebagai perusahaan yang bekerjasama dengannya juga terkena getahnya. Secara cepat sosial media Eleena diserang oleh netizen.

Bukan apa, hal ini sebelumnya pernah terjadi tapi dengan cepat Wisnu mampu mengatasinya hingga nama Eleena tidak banyak ikut terseret dan sekarang terjadi lagi membuat dirinya sukses dibuat marah besar.

Setelah Damar keluar dari ruangan Wisnu, ada Erin yang sebenarnya berada di depan pintu sedari tadi. Ia begitu bimbang untuk menemui lelaki itu atau tidak, takut kehadirannya akan tambah merusak suasana tapi disisi lain ia merasa khawatir.

Ditengah kebimbangan itu, Erin harus menanggung malu saat pintu terbuka tepat ada Wisnu berdiri di depannya.

"Kamu ngapain?" tanyanya bingung.

"Eh anu.. hmm.." berusaha mencari alasan yang tepat karena tidak mau Wisnu mengira kalau ia mengkhawatirkannya.

Atensi Erin teralihkan kala melihat Wisnu membawa tas kerjanya. Saatnya ia mengalihkan pembicaraan.

"Mas Wisnu mau kemana? kok bawa tas?"

"Mau keluar. Kamu ikut saya ya."

"Hah? Kemana?"

Tanpa berniat menjawab pertanyaan Erin, Wisnu memilih berjalan diikuti wanita itu. Sesampainya di dalam mobil Erin tidak banyak bertanya apalagi melihat raut wajah datar Wisnu yang menurutnya menyeramkan.

Namun bukan Erin namanya jika hanya diam seribu bahasa. Kata-kata yang memenuhi pikirannya lantas keluar.

"Ini kita mau kemana ya pak?" Tanya Erin akhirnya membuka suara.

"Udah kamu ikut aja."

Jawaban yang sudah Erin duga. Ia akhirnya memilih untuk tidak bertanya lagi dan memilih mengikuti kemana pria itu pergi. Sampai akhirnya mereka tiba di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Erin belum bertanya apa-apa masih mengikuti langkah pria itu.

Beberapa menit masih berkeliling membuat Erin akhirnya jengah, "ini kita mau ngapain sih sebenarnya?"

Dengan masih memasang wajah datar, Wisnu akhirnya menunjuk salah satu toko pakaian, "ayo kesana."
Membuat Erin semakin dibuat bingung dengannya.

"Mas Wisnu mau beli baju?" tanyanya saat tengah melewati deretan pakaian.

Wisnu hanya bergumam.
Pria itu berhenti di salah satu gerai baju couple.

Wisnu & ErinnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang