18 - luna

452 87 10
                                    


Mata Erin mulai terasa berat sesekali ia menguap sambil menahan kantuk.
Jari-jari lentiknya masih setia menari di atas keyboard seberusaha mungkin menyelesaikan tugas yang sudah diberi.
Ini pasti karena ia yang kurang tidur semalam.

Acara makan malam bersama keluarga Wisnu rupanya tidak berlangsung sebentar. Mereka sepertinya begitu asyik bertukar cerita hingga larut malam.
Alhasil mereka baru sampai rumah tengah malam ditambah Erin belum bisa beristirahat karena harus mencari Luna yang entah hilang kemana.

Kejadian semalam, sepulang mereka dari rumah sang mama, Wisnu mampir ke kandang kucing-kucingnya lalu mendapati kucing berbulu putih bernama Luna tidak ada disana.

Pria itu mencari ke segala sisi namun hasilnya nihil lalu berjalan keluar untuk mencari si kucing. Erin melarangnya tetapi pria itu tetap saja tidak mau dengar membuat ia harus ikut dalam pencarian tersebut.

Gara-gara itu ia harus menahan kantuk karena paginya Erin sudah harus bangun untuk mempersiapkan semuanya lalu kembali bekerja.

Meski begitu Erin masih merasa beruntung karena ditengah menyebalkannya Wisnu ia masih dikelilingi orang baik seperti Hanna yang saat ini tengah membawa dua cup kopi ditangannya dan menyerahkan satu miliknya untuk Erin.

"Ngopi dulu Mba biar gak oleng," ucapnya lalu duduk di kursinya yang bersebelahan dengan meja Erin.

"Kamu kok tau aku lagi butuh kopi? Makasih loh," ucap Erin menerimanya dengan senang hati.

Hanna hanya tersenyum.

"Masih banyak Mba kerjaannya?" tanya Hanna.

"Dikit lagi sih, kenapa emangnya? kamu mau bantuin?"

Hanna terkekeh, "Punyaku aja masih belum kelar Mba. Selingin ngopi dulu lah biar tetep waras."

Disela-sela obrolan mereka terdengar suara cukup ramai dari depan membuat atensi mereka teralihkan dan ikut keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi. Rupanya mereka tengah menggerubungi Wisnu yang tengah memberikan pengumuman.

Erin dan Hanna ikut menghampiri gerombolan tersebut, meski dari jauh Wisnu menyadari keberadaan Erin dan mata mereka bertemu. Erin langsung mengalihkan pandangannya lalu buru-buru pindah, memilih bersembunyi di balik tubuh karyawan yang tingginya lebih darinya.

Lengannya terasa disenggol oleh orang lain dan saat ia menoleh pelakunya adalah Sonya.

"Itu yang lagi ngomong di depan siapa ya?" Goda Sonya.

"Boss lu lah."

"Yeu boss lu juga, di kantor dan di rumah."

"Syutt berisik," ucap Erin disusul tawa geli dari Sonya.

Wanita satu ini memang juara pertama kalau soal menggoda Erin.

"Selesaikan pekerjaan kalian jam 5 kita berangkat ya.

Setelah mengucapkan kalimat itu Wisnu berbalik badan dan kembali diikuti oleh sekertarisnya Yara, dan dua pengikutnya yang lain.

"Berangkat kemana?" Tanya Erin kepada Sonya, wanita itu tidak mendengar ucapan Wisnu sepenuhnya karena sibuk menghindari tatapan pria itu.

"Makan Malam."

"Makan Malam? Bareng? Semuanya?"

"Yapp. Katanya sih tadi buat merayakan ketercapaian target. Sooo seneng banget sih pulang kerja makan gratis dulu hehehe. Btw, kok lo malah nanya gue??"

"Ya kan tadi gue gak denger."

"Emangnya dia gak ngomong apa-apa gitu di rumah?"

Erin mencoba mengingat, seingatnya pagi tadi Wisnu tidak bicara apa-apa dan masih terlihat sedih karena Luna yang belum kunjung pulang.

Wisnu & ErinnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang