My Husband's Mask [MBA]

848 37 2
                                    

"Jangan liatin Kakak tingkat itu, katanya dia agak galak. Ganteng sih, tapi galak dan jutek banget. Mana banyak banget lagi yang demen sama dia," tegur seorang gadis pada temannya yang terus melihat Kakak tingkat mereka.

Gadis bernama Nara itu tersenyum lalu mengangguk paham. Mengikuti perkataan temannya, Nara memilih kembali fokus pada makanan dihadapannya.

Nara mengigit bibir bawahnya gugup, sedikit mendongakkan kepalanya untuk melihat temannya.

"Jadi Bel? Lo beneran gak marahkan?" tanyanya membuat gadis bernama Bella itu menatapnya.

Bella menghela napas panjang sebelum menganggukkan kepalanya pelan. "Sebenernya gue penasaran sih siapa Suami lo. Tapi karena gak mau ya udah deh, gue juga gak bisa maksa"

Nara tersenyum, cukup senang mengetahui temannya tak marah padanya. "Lagian gue gak yakin bisa bertahan lama. Lo tahukan? Gue sendiri aja gak tau dia siapa dan mukanya gimana. Pas ketemu selalu make topeng, lagi berhubungan aja dia tetap make topeng padahal lampu ruangan dimatiin. Setertutup itu dia sama gue yang secara hukum dan agama adalah Istri sahnya," jelas Nara membuat Bella melengkungkan bibirnya sedih.

Melihat raut wajah Bella, Nara tersenyum menatap sahabatnya itu. "Gue gakpapa, lagian tiap bulan atm gue keisi kok. Yang penting bukan kerja jadi jalang, cuman jadi Istri orang aneh"

Bella mendecak pelan. "Tapi lo juga gak mau ada disituasi inikan? Seandainya lo dulu gak kejebak sama dia, pasti gak akan kayak gini. Lagian tuh orang tau bakal cerain lo kok malah minta jatah terus sampe lo bunting begini sih," kesal Bella mendapatkan kekehan pelan oleh Nara yang mengelus pelan perutnya yang sedikit membuncit diusia empat bulan.
.....

"Natan dan Nata beda tipis," gumam Nara yang termenung didalam kamarnya memikirkan dua sosok yang mengganggu pikirannya. Tidak! Belum tentu dua sosok, bisa saja orang itu benar-benar satu orang yang sama seperti dugaan Nara.

Nara menjatuh dirinya diatas tempat tidur, menghela napas sambil menatap dinding kamarnya. Dari awal jumpa sampai sudah terhitung enam bulan pernikahannya, Nara tak pernah sekalipun melihat wajah pria yang selalu mengenakan topeng itu.

Dari matanya pria itu terlihat tampan, tapi kenapa selalu menutupi wajahnya saat bersama Nara? Bahkan pria itu hanya akan pulang sesekali ke rumahnya sendiri.

Danatan Malingga akan lebih banyak menghabiskan waktu diapartemennya daripada bersama Istrinya. Natan hanya akan pulang saat meminta haknya, tapi entah kenapa semenjak mengetahui Nara mengandung anaknya, pria itu jadi sering pulang ke rumah dengan alasan dirinya selalu merasa mual saat tak bersama Nara.

CEKLEK...

"ASTAGA!"

Nara terlonjak kaget saat pintu tiba-tiba saja terbuka dan menampilkan sosok tinggi dengan topeng yang menatapnya dengan sorot mata datar.

Buru-buru Nara mendudukkan dirinya sambil membenarkan roknya yang tadi keangkat saat dirinya tiduran. Itulah kenapa Nara terkejut saat mengetahui kehadiran Natan.

"Kemarin kau memeriksakan mereka?" tanya Natan yang mendapatkan kabar dari Dokter kandungan Nara bahwa Istrinya itu sudah memeriksakan kandungannya bersama dengan temannya kemarin tanpa dirinya.

Nara mengangguk pelan. Ingin mengambil hasil usg dilaci nakas, sebelum perkataan Natan menghentikan pergerakannya.

"Tak perlu, Dokter Lina sudah memberikan hasil usgnya padaku," larang Natan saat tahu apa yang akan Nara lakukan.

Nara mengangguk paham, dan menunduk. Suasana ruangan sangat canggung hingga Natan mendekat dan mendudukkan dirinya disamping Nara.

"Aku merasa senang dia tumbuh dengan baik dirahimmu," ucap Natan mengelus sayang perut Nara.

Nara ikut tersenyum, dirinya juga merasa senang saat mengetahui kedua anaknya tumbuh dengan baik didalam rahimnya.

Saat Natan menunduk mengelus permukaan perutnya, Nara dapat melihat adanya dua tanda lahir yang saling berdekatan dileher bagian belakangnya.

Tangan Nara terulur mengelus dua tanda lahir tersebut. Hal itu membuat Natan yang semula menunduk, kembali mendudukkan dirinya. Menatap Nara yang sudah menyingkirkan tangannya dari leher belakangnya.

"Kenapa?" tanya Natan digelengi pelan oleh Nara.
.....

Nara yang melihat kedekatan kedua Kakak tingkatnya itu menggeram kesal. Tangannya bergerak memilin ujung bajunya sendiri.

Entah kenapa Nara tak suka melihat kedekatan Nata dengan gadis lain, padahal dirinya belum memastikan bahwa pria itu adalah Suaminya.

Andai Nara mengetahui nama panjang Kakak tingkatnya itu. Jika namanya sama dengan nama Suaminya, sudah bisa dipastikan bahwa pria itu adalah Suaminya.

Nara menarik nafas panjang saat dirinya akan berjalan melewati mereka berdua. Entah karena Nata, atau karena dirinya yang tak fokus dan merasa lelah. Nara tak melihat para mahasiswa yang berlari ke arahnya.

GREP...
Nara menahan nafasnya saat Nata menarik tubuhnya ke samping hingga membuat posisi mereka saling berpelukan.

Dari jarak sedekat ini, Nara dapat merasakan detak jantung Nata yang berdetak kencang. Nafas pria itu juga terengah seolah dirinya baru saja mengalami hal buruk.

"Jangan lari-lari. Ini tempat umum," tegas Nata memberitahu beberapa mahasiswa yang hampir menabrak Nara.

Nara meneguk kasar ludahnya saat pria dihadapannya ini belum juga melepaskan pelukannya.

"Ekhem... Maaf Kak," lirih Nara membuat Nata seketika melepaskan pelukannya.

Nata berdehem pelan sambil menggaruk hidung mancungnya. Suasana tiba-tiba menjadi canggung hingga suara teman wanita Nata membuka suara.

"Lain kali hati-hati dek," ucapnya memberitahu Nara.

Nara mengangguk pelan. "Iya Kak, maaf"

Wanita itu menganggukkan kepalanya paham lalu menggandeng tangan Nata untuk pergi dari tempat itu.

Nata menurut, pria itu berbalik membalakangi Nara dan berjalan menjauh dari wanita itu.

Nara melihat punggung Nata yang semakin menjauh. Tatapannya terpaku pada satu objek.

"Tahi lalat yang sama, nama yang hampir sama. Mungkinkah kalian orang yang sama?" batin Nara menatap Nata dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan.
........
Cerita yang saya buat semata-mata hanya untuk menghibur dan tidak untuk menyinggung pihak manapun. Maaf jika ada salah yang tidak saya sengaja ataupun tidak saya ketahui.
......

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang