When I See You [Horor Bully]

322 13 0
                                    

Sekerumpulan siswa siswi hanya tertawa saat melihat seorang siswi paling cantik diantara siswi lainnya, namun sayangnya tak memiliki harta tahta itu dibully habis-habisan oleh salah seorang siswa.

"Wow lihatlah, payudaranya terlihat besar," seru salah seorang pria membuat siswi itu segera menutup dadanya dengan kedua tangannya.

Pria yang berdiri di hadapan siswi itu melirik tajam ke arah siswa yang baru saja berbicara.

"Jaga mulutmu, atau aku akan merobeknya," ancamnya seketika membuat suasana hening.

Ya itulah peraturannya, yang boleh membully dan menyentuh siswi itu hanya pria paling berharta dan berkedudukan tinggi di sekolah mereka. Jika ada orang lain yang menyentuhnya, maka pria itu tak akan tinggal diam.

Siswi yang baru saja disiram air es di pagi hari itu mendongak menatap iblis berwajah tampan yang baru saja berbicara.

Merasa diperhatikan, pria itu menoleh ke bawah. Menatap gadis yang terduduk di bawah dengan tatapan tajam yang tertuju ke arahnya.

"Hey, jangan melihatku seperti itu," tegurnya tersenyum iblis.

Pria itu berjongkok dan mengangkat dagu gadis di hadapannya agar menatap ke arahnya.

"Sepertinya kau justru bahagia hm? Melihat tubuhmu semakin berisi," bisik pria itu tanpa menyadari jika tubuh gadis di hadapannya menegang dengan tangan yang meraba anggota tubuh yang lebih menonjol dari bulan lalu.

"Nanti jangan langsung pulang sekolah. Ikutlah denganku ke apartemen, dan aku akan mentransfer uang untuk kau bersenang-senang," lanjutnya sebelum berdiri dan berjalan meninggalkan gadis itu begitu saja.
......

"Lo percaya kalau bangunan yang ada di belakang sekolah itu angker?" tanya seorang pemuda bernama Angger pada ketiga temannya.

"Ck, tempatnya aja yang keliatan horor. Aslinya paling tempat orang seneng-seneng," balas Doni diangguki setuju oleh Angger sebelum kembali menyesap batang rokoknya.

Beda dengan kedua temannya, sosok pria paling pendiam tapi menonjol diantara mereka hanya diam tak berkomentar. Pria bertubuh tinggi dan berwajah tampan itu terlihat kurang setuju dengan perkataan kedua temannya, tapi dia memilih diam tanpa berkomentar.

"Arshaka, lo takut?" tanya Angger membuat Arshaka menoleh ke arahnya lalu menggelengkan kepalanya pelan.

"Bukan takut, lebih tepatnya males. Kayak gak ada kerjaan aja," balasnya didecaki oleh kedua temannya.

"Gak seru lo. Nanti kita ke sana ajak Tiara, sekalian incip dikit tuh cewek," kata Doni mengedipkan sebelah matanya pada Angger yang memberikannya sebuah jempol.

"Gue males. Punya gue gak boleh masuk sembarangan lobang," balas Arshaka lalu mengeluarkan putung rokoknya dan menyalahkan korek apinya untuk membakar ujung rokok tersebut.

"Ya lo nontonin aja, nanti kita berdua yang main. Ya nggak Ger?" kata Doni menatap Angger.

"Yoi. Lagian si Tiara juga seneng lobangnya dimasukin kita," balas Angger dengan senyuman senangnya.

Arshaka hanya menggeleng pelan. Sebenarnya ia merasa muak dengan pertemanan ini, tapi Shaka tak bisa lepas begitu saja. Pria itu sudah berteman dengan Angger dan Doni sejak masuk di Sekolah Dasar, hingga kini SMA. Nyatanya pergaulan mereka semakin bebas dan dirinya hanya bisa diam.
.....

Sepulang sekolah Arshaka mengucapkan salam saat melihat Ayahnya terlihat sibuk dengan laptop di pangkuannya.

"Udah pulang Ka?" tanya Daka pada putra semata wayangnya.

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang