Nichibotsu [Reinkarnasi]

246 17 1
                                    

Kedatangan tentara Jepang disambut baik oleh warga Indonesia yang menganggap bahwa mereka akan menyelamatkan masyarakat Indonesia dari penjajahan Belanda.

Para warga bersorak senang, berbaris disisi jalan. Menyambut kehadiran Jepang yang melewati mereka ditengah jalan.

Salah seorang tentara Jepang paling muda, dan juga merupakan salah satu tentara terbaik Jepang meneguk ludahnya gugup. Dirinya tak terbiasa mendapatkan sorakan senang dari warga asing. Padahal tujuan negaranya datang kemari untuk mencari bantuan agar bisa melawan sekutu, tapi Indonesia justru mengira bahwa mereka adalah penyelamat yang akan memberikan kemerdekaan pada bangsa mereka terhadap penjajahan Belanda.

Perhatian pria itu teralihkan pada salah satu warga Indonesia. Gadis cantik dengan kulit kuning langsat menatapnya dengan senyuman, ralat bukan hanya dirinya tapi seluruh tentara Jepang.

"Mitsuo!" tegur temannya membuat pria itu tersentak.

Mitsuo kembali menatap ke depan, berusaha fokus dan terlihat gagah meskipun otaknya terus terbayang senyuman gadis yang baru saja ia lewati.

Seorang gadis tersenyum tak rela ke arah kedua Kakak laki-lakinya yang akan sukarela menjadi pasukan PETA.

"Jangan nangis Ndok, kita baik-baik saja. Setelah ini Indonesia bisa lawan Belanda dan memiliki militer perang untuk menjaga pertahanan," ucap Sarno pada sang Adik perempuannya yang tersenyum tapi air matanya tak berhenti mengalir.

"Janji ya?" ucap Sekar diangguki pelan oleh Sarno dan Karno.

"Iya Ndok," kata Karno memeluk Adiknya itu.

Sekar keluar dari rumah, melepaskan kepergian kedua Kakaknya yang akan belajar kemiliteran dan menjaga pertahanan negara mereka.

Disisi lain, seorang pria berkulit putih pucat dengan mata yang lumayan sipit memperhatikan setiap interaksi seorang gadis bersama kedua Kakak laki-lakinya.

......
Setelah pembagian rapot Dasha langsung pulang ke rumah, berniat memamerkan pada keluarganya bahwa ia berhasil masuk tiga besar dalam ujian kali ini.

Tapi ada yang ganjal, Dasha tak melihat kehadiran Suo dari tadi pagi. Kemana perginya pria itu? Atau Suo telah menemukan orang lain untuk diikuti.

Menggidikkan bahu, Dasha berusaha tak peduli dengan hantu tentara Jepang itu. Lagipula bagus bukan jika pria itu tak mengganggunya?

Hingga jam sudah menujukkan pukul lima sore, Dasha tak juga melihat keberadaan Suo. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa gelisah. Rasanya tak tenang. Hatinya seolah berkata bahwa dirinya mengkhawatirkan keadaan Suo. Padahal seharusnya Dasha tak perlu mengkhawatirkannya. Bukankah Suo sudah mati? Pia itu sudah jadi hantu, tak ada lagi yang perlu Dasha khawatirkan. Tapi tidak, nyatanya dirinya tetap kepikiran tentang pria itu.

Rumah Nenek, itulah yang Dasha pikirkan saat mengingat Suo. Disanalah dirinya bertemu Suo, dan entah kenapa hatinya berkata bahwa ia harus ke tempat itu.

"Kapan tanggal kau meninggal?"

"Tiga hari lagi"

Dasha teringat pembicaraan mereka dua hari lalu. Dimana Dasha membahas tentang kehidupan Suo meskipun pria itu tak mengatakan secara terbuka dengannya. Suo hanya menjawab beberapa yang perlu dijawab, tanpa menceritakan apa yang ingin dirinya sampaikan.

Tiga hari lagi, itu artinya besok! Besok adalah hari kematian Suo. Apakah ada sesuatu yang pria itu sembunyikan darinya?

Dasha meneguk kasar ludahnya. Gadis itu keluar dari kamar dan berjalan menemui orang tuanya.

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang