Sekuntum mawar merah kedua, Hayoung terima di sore hari itu. Padahal bunga pertama masih belum layu dan tidak kalah segar.
"Aku mendapatkannya lagi?" Tanya Hayoung.
Wonwoo yang sudah duduk di teras rumah sang gadis, mengangguk malu-malu.
Hayoung tersenyum. "Jangan bilang kau akan terus memberikannya sampai perayaan hari jadi kita yang ke-100?!"
Sepasang mata sipit dengan lipatan tunggal milik Wonwoo seketika melebar. Ditatapnya gadis yang duduk di sampingnya dengan takjub. "Kau bisa membaca pikiranku?"
Hayoung terkekeh sesaat sebelum menggeleng. "Bukan membaca pikiran, tapi lebih tepatnya membaca cerita-cerita orang di internet."
Wonwoo pun tersenyum, sebelum dengan malu-malu pemuda berkacamata itu meraih tangan Hayoung dan menggenggamnya erat.
"Tidak hanya sampai 100 hari. Kalau kau mau, aku masih akan terus memberikannya hingga 1000 hari perayaan hari jadi kita," ucap Wonwoo bersungguh-sungguh.
"Omo, ternyata kekasihku sangat romantis," goda Hayoung yang membuat pipi Wonwoo bersemu merah.
Dan sebelum lelaki itu semakin salah tingkah, tetap menggandeng tangan Hayoung, ia mengajak sang gadis untuk mendekati motor skutiknya.
"Kita mau kemana?" Tanya Hayoung sembari menerima helm yang disodorkan untuknya.
"Tentu saja cari makan. Aku lapar," jawab Wonwoo singkat.
"Aku tahu itu. Maksudku, cari makan dimana?"
Wonwoo berpikir sesaat, dan keningnya sedikit berkerut ketika ia melakukannya. "Bagaimana dengan ramyun? Kau suka kan?"
"Pabo," Hayoung memukul pelan pundak Wonwoo. "Apakah ada di dunia ini orang yang bisa menolak kelezatan ramyun?"
Dengan jawaban itu, setelah berpamitan dengan orang tua Hayoung, Wonwoo mengajaknya berkendara menuju warung ramen yang menjadi favoritenya.
Bukan tempat makan yang mewah, tapi sangat sederhana dan sangat pas bagi kantong mahasiswa.
Mereka memesan dua mangkok ramyun, beserta dua minuman dingin. Sambil menikmati makanan, keduanya mengobrol membicarakan hal yang ingin mereka ketahui lebih lanjut.
Kalau di hari pertama mereka mencoba mengenal hobi masing-masing, di hari kedua ini, topik obrolan bergeser ke keluarga dan orang-orang di sekitar mereka.
"Orang tuamu terlihat begitu ramah. Apa mereka menyetujui hubungan kita?" Tanya Wonwoo memberanikan diri.
Hayoung mengangguk. "Sepertinya begitu. Appa tidak ada berkomentar apapun, seperti biasa. Kalau eomma, dia sudah menanyakan asal-asul dan keluargamu. Ah, dia juga memuji sikap romantismu," cerocos Hayoung.
"Romantis?" Wonwoo bingung.
"Eoh, berturut-turut memberikanku bunga. Bukankah itu romantis?"
Sebuah senyuman segera terbingkai di bibir Wonwoo. Ia memang begitu jatuh cinta pada Hayoung, dan ia berharap gadis itu bisa semakin menyukainya dengan 'Usaha lebih' yang ia lakukan.
"Apa aku perlu membawakan mawar untuk eomma mu juga mulai besok?"
"Yak, kau sudah gila? Kau sebegitunya ingin meraih hati eomma-ku?" Hayoung memutar bola matanya keatas.
Wonwoo tertawa. "Soonyoung benar, kau begitu lucu."
Mendengar nama familiar itu disebut, Hayoung pun menambah fokusnya dari sekedar menyantap ramyunnya. "Soonyoung? Memangnya dia suka cerita apa tentangku padamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Glimpse of Us [Hayoung x Wonwoo]
RomancePotongan kenangan masa lalu yang tak bisa terangkai sempurna kembali, walau takkan mungkin dilupakan. Akankah hanya berakhir tuk dikenang?