Hari Ketujuh

31 4 1
                                    

Hayoung menghela nafas panjang, entah sudah berapa kali dilakukannya sejak ia duduk bersama dengan Jeon Wonwoo di sore hari yang cerah itu.

Keduanya duduk di kursi panjang yang diletakkan di teras rumah Hayoung. Ditemani pemandangan jalanan yang cukup ramai dilewati oleh kendaraan bermotor. Tidak ada kalimat yang terucap, dimana keduanya seakan kompak memandangi langit yang warnanya mulai jingga.

Sesekali, Wonwoo terlihat meraih minuman botol dari atas meja dan kemudian menyesap isinya perlahan. Sesekali juga, ia melirik ke arah gadis di sampingnya, menantikan ucapan yang akan keluar dari mulutnya dengan sabar.

Hayoung akhirnya berdehem. Maniknya sekilas mencuri pandang pada dua tangkai mawar merah yang diletakannya begitu saja di atas meja, bersebelahan dengan botol minuman miliknya.

Mawar merah itu memang ada dua, karena seharusnya Wonwoo memberikannya kemarin. Namun karena Hayoung beralasan ada keluarganya yang mendadak datang, sehingga Wonwoo akhirnya tidak bisa memberikannya ke rumah.

Walaupun itu hanya sebuah alasan, agar lelaki yang masih berstatus sebagai kekasihnya itu tidak datang menemuinya.

Namun hari itu, Hayoung sudah membulatkan tekad untuk tidak mencari-cari alasan lagi. Ia sudah meyakinkan dirinya sendiri kalau keputusan yang dibuatnya adalah benar.

"Won," panggilnya namun masih membiarkan maniknya lurus ke depan menghadap jalan raya.

"Ya, Young?" dengan polos, Wonwoo menoleh ke samping kanan, membiarkan iris hitam kecokelatannya memandangi gadis yang menurutnya paling cantik itu.

Hayoung menghela nafas panjang sekali lagi, sebelum maniknya dengan berani membalas tatapan sang lelaki.

"Kita putus, yuk?"

Wonwoo bergeming selama beberapa detik. Tentu saja dia terkejut dengan ajakan yang terdengar tiba-tiba itu. Namun, detik berikutnya, ia malah tertawa.

"Kamu bercanda kan, Young? Nggak lucu tau," dicoleknya lengan Hayoung menggunakan sikunya. 

"Aku serius, Won,"

Tawa Wonwoo seketika lenyap. Dilihatnya dengan seksama paras gadis tercantik versinya itu, berharap kalau ia menemukan kebohongan di balik kedua matanya yang indah.

Namun, ekspresi Hayoung masih sama. Tidak tampak ada tawa yang akan pecah dari mulutnya. Dan seketika hati Wonwoo seperti ditikam ribuan duri.

"Kenapa Young? Emang aku ada bikin salah apa sama kamu?" tanyanya.

Hayoung menggeleng. "Nggak ada. Kamu nggak ada bikin salah apapun sama aku."

"Trus?" kening Wonwoo berkerut karena bingung.

"Aku yang salah disini Won. Aku kira aku bener-bener bisa jatuh cinta sama kamu, tapi..." Hayoung menunduk, berpikir apakah dia harus mengatakan yang sebenar-benarnya pada lelaki berkacamata itu.

Sementara Wonwoo dengan hati yang sudah terluka, masih menanti dengan sabar kelanjutan kalimat Hayoung.

"... ternyata aku nggak bisa bohongin kata hati aku sendiri."

"Tapi kita baru pacaran kurang dari seminggu, Young. Wajar kalau kamu belum bisa jatuh cinta sama aku-"

"Enggak, Won. Aku sudah nyoba dan seminggu ini sudah lebih dari cukup untuk pembuktian," potong Hayoung cepat. "Bukannya makin sayang sama kamu, aku malah ngerasa perasaan ini semakin aneh dan aku semakin nggak pengen ngelanjutin."

Dan lagi-lagi sebuah batu besar seakan menghantam hati Wonwoo. 

Hayoung memang sangat berterus terang mengatakan isi hatinya, sehingga tiap kalimat yang diucapkan langsung bisa dimengerti oleh otak Wonwoo. Tapi tidak dengan hatinya.

"Satu kesempatan lagi, Young. Boleh nggak? Aku akan berusaha untuk bikin kamu punya perasaan yang sama ke aku. Tolong kasih aku waktu lagi," ia belum mau menyerah begitu saja.

Tidak semudah itu, karena Wonwoo merasa ia sudah menemukan sosok gadis idaman di diri Hayoung. Dan tentu saja dia tidak ingin melepaskan gadis itu begitu saja.

Sayangnya, Hayoung dengan tegas menggeleng. "Maaf Won. Aku bener-bener nggak bisa."

"Aku bener-bener sudah nggak ada kesempatan ya, Young?"

"Lebih baik kita temenan aja, Won," 

Remuk. Hati Wonwoo benar-benar tercabik-cabik. Ia tidak menyangka kalau sikap dingin Hayoung sejak dua hari belakangan ini ternyata akan berakhir seperti ini. Ia tidak menyangka kalau hubungan mereka juga akhirnya hanya berjalan sesingkat ini. Padahal Wonwoo menaruh harapan begitu besar pada Hayoung.

Sejak hari pertama mereka berkenalan dan berkencan, Wonwoo sudah memimpikan hal-hal baik yang akan mereka jalani di masa depan. 

Selain cantik, Wonwoo bisa melihat dan merasakan kalau Hayoung adalah sosok yang menyenangkan dan hangat. Hal yang membuat dirinya semakin jatuh cinta pada sang gadis. 

Namun rupanya, cinta dan harapannya bertepuk sebelah tangan.

Hayoung tidak memiliki perasaan yang sama dengannya dan Wonwoo harus berbesar hati menerimanya.

"Maafin aku ya, Won. Aku bener-bener jahat karena udah ngecewain kamu. Tapi, aku juga sebenarnya nggak ngerti kenapa perasaan aku bisa tiba-tiba berubah seperti ini," Hayoung kembali menunduk.

Tentu saja ia tidak mungkin mengatakan terus terang perihal ia selama ini menyukai Kwon Soonyoung. Sudah cukup ia menghancurkan hati Wonwoo. Hayoung tidak ingin menghancurkan persahabatan kedua lelaki itu.

"Semoga kamu bisa ngedapetin cewek yang lebih baik dan bisa membalas perasaan kamu. Aku yakin, pasti kamu akan segera menemukannya. Kamu orang baik, Won," 

Giliran Wonwoo yang menghela nafas panjang. Ditatapnya langit yang perlahan mulai berganti warna dari jingga menjadi lebih gelap dengan nanar. Ia sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Wonwoo terlalu syok dan hancur untuk berkomentar.

Menyadari kalau berdiam di sana lebih lama akan membuat keadaannya semakin mengenaskan. Wonwoo pun akhirnya bangkit dari tempat duduk yang telah didudukinya selama setengah jam terakhir. Kakinya dengan segera kemudian melangkah menuju motor matic yang diparkirnya di dekat gerbang.

Saat mengenakan helm, Wonwoo masih bisa melihat sosok Hayoung yang berdiri dan mematung di tempatnya semula. Namun karena tidak ada tanda-tanda gadis itu akan memanggil apalagi mengejarnya, Wonwoo pun tanpa ragu menghidupkan mesin motor dan segera meninggalkan pelataran rumah gadis yang telah resmi berstatus sebagai mantan kekasihnya itu.

Ia memacu kendaraan sekencang-kencangnya, tak memperdulikan apapun, termasuk setetes air mata yang jatuh di pipinya.

[2023/5/18]

A/N: Sedih :( 

Pada kesel sama Hayoung nggak? Atau pernah ngalamin hal serupa? Mendadak ilfil sama pacar?


Glimpse of Us [Hayoung x Wonwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang