3rd person POV
Angin malam yang terasa dingin menusuk tulang, tak mampu menahan eksistensi bintang bertaburan di angkasa untuk tetap memamerkan kerlipnya.
Kegelapan yang mulai menyapa pun tak bisa menghalangi keriuhan sebuah kafe yang letaknya dikelilingi persawahan.
Kafe itu memang bukanlah satu-satunya, karena dalam jarak beberapa meter, terdapat yang satu dengan yang lainnya.
Tapi yang paling ramai di malam hari itu adalah Pink Cafe. Bukan karena yang terbaik ataupun punya makanan terenak, tapi di tempat itu kini sedang diadakan acara Bazaar yang diadakan angkatan mahasiswa 2004 di salah satu fakultas terfavorite, Ekonomi.
Para panitia, peserta dan pengisi acaranya membaur jadi satu, memenuhi tempat yang luasnya nyaris mencapai 3 are itu.
Suara musik yang bercampur gelak tawa terdengar memenuhi tiap sudut. Tak terkecuali di bagian paling belakang kafe. Itu adalah tempat para panitia yang bertanggung jawab di bagian penukaran tiket alias kasir. Ada empat orang yang berjaga disana, satu orang pemuda ditemani beberapa gadis, tiga orang tepatnya.
Obrolan para gadis yang sibuk mengomentari tiap mahasiswa yang datang, ataupun membicarakan panitia lain, hanya ditanggapi tawa ataupun gelengan kepala dari si pemuda.
"Yak, kalian sejak tadi hanya bergosip saja. Jangan sampai kalian salah hitung, bisa-bisa kita semua ganti rugi," pemuda yang duduk di belakang para gadis dibalik meja kasir itu bersuara.
"Yak, Kwon Soonyoung, daritadi kau juga tertarik mendengar obrolan kami, kan? Mengakulah!" Salah seorang gadis, berambut hitam panjang nyaris sepinggang, menoleh ke belakang sambil tertawa.
"Tapi kau setuju kan kalau mahasiswi pindahan dari Jepang itu sangat menarik? Tidak heran kedatangannya kesini langsung menyedot perhatian," gadis lainnya bermata bulat dan berpipi tembem ikut menoleh kebelakang sesaat, sebelum memutar bola matanya keatas.
"Ya, Momo memang cantik, aku akui itu," pemuda bermata sipit dan berahang tegas itu kemudian menjawab. Sepasang iris matanya mencari sosok yang dimaksud diantara kerumunan orang yang memadati meja didekat kolam ikan.
Disanalah gadis bernama Momo sedang duduk bersama teman-temannya, dan sedang dikelilingi beberapa panitia.
"Kau juga menyukainya? Kenapa kau tidak ikut menghampirinya?" Hayoung yang sedaritadi memperhatikan arah pandang sang lelaki, akhirnya bersuara.
Pemuda bernama Kwon Soonyoung itu melirik ke sang penanya selama beberapa saat, sebelum ia tersenyum. "Aku memujinya bukan berarti aku menyukainya, Young."
Mendengar jawaban itu, Hayoung diam-diam mengulum senyum.
"Aku setuju itu. Daripada kau mengejar cinta gadis seperti dia dan punya banyak saingan, lebih baik kau mendekati sahabatku ini," gadis bersurai panjang yang duduk disebelah Hayoung, merangkul pundaknya sembari mengedipkan sebelah mata.
"Yak Joyi-ya, maksudmu aku tidak laku?" Hayoung melotot tak terima sementara Joy tertawa.
"Bukannya tidak laku, tapi pasaranmu ada di bawah Momo, Young. Kau harus mengakuinya!" Gadis yang satu lagi ikut menimpali sembari terkekeh.
"Yak, Jung Yerin! Kau jahat!" Kesal, Hayoung menjambak rambut kawannya yang dikuncir satu tersebut.
Keributan kecil diantara tiga sekawan itu tanpa mereka sadari membuat kedua ujung bibir Soonyoung terangkat.
Entah apa yang membuatnya seperti itu, namun ada sesuatu diantara ketiganya yang tertangkap istimewa di
matanya.Hingga kedatangan beberapa orang yang mendekati meja kasir, membuat fokus Soonyoung terdistraksi, begitu pula dengan tiga orang gadis yang bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glimpse of Us [Hayoung x Wonwoo]
RomancePotongan kenangan masa lalu yang tak bisa terangkai sempurna kembali, walau takkan mungkin dilupakan. Akankah hanya berakhir tuk dikenang?