"Oohh, jadi ini wajah mantan istrinya..."
"Istrinya," Hayoung buru-buru mengoreksi. "Mereka belum resmi bercerai, unnie."
"Ya, terserah," Namjoo memutar bola matanya ke atas. "Dia terlihat cantik dan... menarik. Postur tubuhnya tidak memperlihatkan kalau dia sudah memiliki dua orang anak."
"Lalu kau mengatakan kalau aku sudah pantas terlihat seperti ibu-ibu dengan dua orang anak, begitu?"
"Aku tidak bilang begitu," mata Namjoo yang semula sibuk memperhatikan gambar di layar ponsel, kini beralih pada sosok di depan mejanya. "Yak, Oh Hayoung, kau ini kenapa mendadak sensitif sih?"
Namjoo memiliki urgensi menanyakannya karena dilihatnya ekspresi wajah rekan kerjanya yang mendadak masam. Namun, ia jadi semakin memiliki alasan untuk menggoda wanita yang usianya lebih muda setahun darinya itu.
"Ahhh, jangan bilang kau merasa tersaingi dengan mantan istrinya ya? Aduh, aduh... Hayoung-ku dikuasai api cemburu!" Gelak tawa membuncah memenuhi ruang kerja tim kreatif yang hanya diisi mereka berdua sejak jam lima sore tadi.
"Aku tidak cemburu, dan untuk apa aku merasa tersaingi? Kami jelas-jelas dua orang yang berbeda!" Hayoung melipat kedua tangannya di dada dan membuang wajahnya ke samping.
"Kalau kau tidak merasa seperti itu, untuk apa kau memasang wajah jutek seperti sekarang, Oh Hayoung-ssi?" Namjoo mencolek lengan rekan kerjanya untuk semakin menggodanya.
"Unnie! Kau menyebalkan! Aku membencimu!" Hayoung yang kesal, sampai harus menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.
"Aduh, aduh... Kau bertingkah seperti anak SMA yang sedang kasmaran," Namjoo bertepuk tangan kali ini. "Siapa yang menyangka setelah 16 tahun berlalu, kalian sama-sama sudah pernah menikah dan saat bertemu kembali, kalian sudah berstatus lajang kembali."
"Mungkin hanya kebetulan..." Hayoung mencoba realistis namun Namjoo dengan segera membantah.
"Ini bukan kebetulan, Young. Aku rasa kalian benar-benar berjodoh. Jangan sia-siakan, Young. Kesempatan seperti ini tidak datang dua kali!"
***
Hayoung mengingat kembali percakapannya tadi dengan Namjoo sebelum meninggalkan kantor. Dalam hati, ia memang membenarkan ucapan yang keluar dari mulut rekan kerja sekaligus teman baiknya itu.
Hayoung kini berada di dalam mobil bersama dengan lelaki yang menjadi topik pembicaraan. Setelah meninggalkan Sungai Han karena udara yang semakin dingin di malam hari, mereka memang sepakat akan mengunjungi karaoke keluarga yang terletak tak jauh dari sana.
Melalui kaca spion mobil, Hayoung diam-diam mencuri pandang pada Wonwoo yang sedang asyik di balik kemudi. Hayoung bisa bertaruh kalau senyum tidak pernah lepas dari wajah pemuda berkulit pucat tersebut. Fakta yang membuat perut Hayoung seketika dipenuhi kupu-kupu.
Walaupun mereka sudah saling kenal sejak 16 tahun silam, bahkan sudah sempat berpacaran meskipun dalam durasi waktu yang sangat singkat, Hayoung merasa getaran yang dirasakan oleh hatinya sekarang sangat jauh berbeda dengan kala itu.
Padahal sosok yang ditemuinya adalah sosok yang sama dengan masa lalunya. Namun entah karena Hayoung sudah lama tidak merasakan, hingga nyaris lupa bagaimana rasanya jatuh cinta, atau memang di matanya kini Jeon Wonwoo adalah sosok yang berbeda.
Wonwoo dari 16 tahun lalu di matanya adalah sosok pemuda baru gede yang terlalu labil dan sok romantis, walau Hayoung tahu kalau semua itu ia lakukan karena ingin menunjukkan sisi baik yang dimilikinya pada sang pasangan.
Namun Wonwoo yang sekarang dilihatnya sebagai sesosok pria dewasa nan kharismatik, yang sanggup membuatnya sulit untuk berpaling.
"Kita sudah sampai," suara bariton milik Wonwoo berdenting di gendang telinga Hayoung, menyadarkannya kalau mobil SUV putih yang membawa mereka sudah tepat berhenti di area parkir tempat karaoke yang dituju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glimpse of Us [Hayoung x Wonwoo]
RomancePotongan kenangan masa lalu yang tak bisa terangkai sempurna kembali, walau takkan mungkin dilupakan. Akankah hanya berakhir tuk dikenang?