Kesempatan Lainnya

47 6 1
                                    

Jam dinding sudah menunjukkan hampir pukul enam sore, dan Hayoung masih terlihat berkutat di belakang layar komputer.

Kerutan di kening, beserta pantulan font-font Times New Roman di kacamata anti radiasi yang dikenakannya, menegaskan kalau ada pekerjaan yang belum ia selesaikan.

"Nggak pulang, Young?" Suara pintu kaca yang menjadi sekat antara ruangan kerjanya dengan ruangan lain, terdengar dibuka dari luar.

Saat Hayoung menegakkan kepala agar bisa melihat siapa sosok yang menghampirinya dari balik layar komputer, ia menangkap seorang wanita yang membungkus tubuh mungil dan langsingnya dengan kemeja biru muda dan rok sepan berwarna lebih gelap dua tingkat.

Kantor di jam itu sudah sepi karena para karyawan biasanya sudah pulang di jam lima sore.

"Namjoo unnie? Kau juga kenapa belum pulang? Lembur?" Hayoung malah bertanya balik, tak lupa ia menggunakan kesempatan untuk meregangkan punggungnya yang pegal.

"Ini adalah perayaan ulang tahun kantor pertama pasca pandemi. Aku ingin memastikan semua persiapan berjalan lancar," jawab wanita yang dipanggil Namjoo itu. Ia kini sudah duduk di kursi kosong yang terletak di seberang Hayoung.

"Itu benar. Banyak yang sudah menantikannya," timpal Hayoung. "Tapi aku sudah hampir selesai nih. Jadi sepertinya aku akan pulang lebih dulu."

Hayoung dengan segera mengembalikan fokusnya ke layar pipih di depannya, tak menghiraukan wanita di depannya yang diam-diam mengulum senyum.

"Kau hari ini bikin janji lagi dengan-nya? Mantanmu itu?"

Jemari Hayoung yang sedang menari di atas keyboard mendadak terhenti dengan pertanyaan Namjoo.

"Begitulah..." jawabannya memang singkat, namun Hayoung tak dapat menahan diri untuk mengulum senyum.

"Kau bilang dia sedang mengurus perceraian dengan istrinya? Kenapa bisa kebetulan sekali sih?"

"Entahlah," Hayoung menekan ikon bergambar disket di layar, sebelum kursor mouse ia arahkan mencari ikon silang di sudut kiri layar.

"Apa jangan-jangan sebenarnya dia masih terus memikirkanmu selama ini dan menikah hanya untuk pelarian? Tepat sekali! Apalagi dia bilang kalau alasan mereka bercerai karena istrinya ketahuan berselingkuh dengan pria lain," Namjoo mulai berkoar. "Jeon Wonwoo tidak bisa melupakan Oh Hayoung setelah hubungan percintaan singkat mereka kandas begitu saja 16 tahun lalu."

"Jangan bicara sembarangan, unnie. Kalau ada orang yang mendengar bagaimana? Itu bisa merusak reputasiku," Hayoung memutar bola matanya keatas.

"Tapi bisa saja memang seperti itu, Young. Apalagi kau bercerita kalau mantan gebetan-mu si Kwon Soonyoung itu, baru berani mengaku pernah menyukaimu padanya setelah delapan tahun berlalu," mata Namjoo melotot ketika menegaskan teorinya. "Ini benar-benar gila. Kau pakai guna-guna apa untuk memikatnya seperti itu?"

"Yak, unnie! Kau sebenarnya temanku bukan?" Kesal, Hayoung meninggikan suaranya pada wanita yang menjadi rekan kerjanya itu.

Namjoo terkekeh. "Kalau dugaanku benar, artinya kau punya kesempatan untuk memperbaiki kesalahanmu padanya, Young."

Hayoung menghela nafas panjang sebelum merebahkan punggungnya sekali lagi di sandaran tempat duduknya.

"Entahlah. Aku terus terang masih merasa bersalah padanya, walaupun semalam aku akhirnya sudah mengucapkan maaf setelah 16 tahun berlalu,"

"Tapi berharap itu tidak dosa, Young. Apalagi status kalian kini sama-sama single," tambah Namjoo lagi.

"Belum, dia masih terikat pernikahan," Hayoung buru-buru mengkoreksi.

Glimpse of Us [Hayoung x Wonwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang