Chapter 6

1 1 0
                                    

Happy reading^^
___________________

Kring ... kring ... kring

Suara bel berbunyi tanda pelajaran ini berakhir. Nadine dan Dinda segera merapikan meja yang berantakkan karena buku-buku pelajaran. Setelahnya, mereka bergegas pulang saat guru telah mengakhiri pembelajaran. Hari yang cukup melelahkan bagi Nadine, beruntungnya Gladis tidak menggangunya lagi kecuali tadi pagi.

Nadine sangat ingin berterima kasih pada Varrel karena telah menyelamatkannya tadi pagi. Hatinya sangat senang.

"Kenapa lo senyum-senyum sendiri?" tanya Dinda heran.

Nadine menggelengkan kepalanya, "Enggak apa-apa."

"Udah yuk, ah, kita pulang," ajak Dinda. "Nyokap sama bokap lo udah balik?"

"Udah." Nadine mengangguk.

Lalu keduanya bergegas untuk pulang. Nadine dan Dinda memang satu arah. Tapi berbeda kompleks. Di tengah perjalanan, Nadine menerima pesan dari seseorang.

MasBeruang🐹
[Nanti malam kita ketemu, di tempat biasa kita dulu]

Begitulah isi pesan yang di terima Nadine. Ia kembali tersenyum dan membuat Dinda keheranan.

"Lo kenapa, sih Nad? Sinting lo ya!" ejeknya.

"Engga, Din. Aku lagi seneng aja. Aku mau ketemu sama Mas Beruang aku, dia udah balik dari Australi," curhat Nadine.

Dinda melongo, "Mas Beruang? Siapa? Lo udah punya cowok?"

Nadine mengangguk lagi, "I-iya, hehe."

Plak!

Dinda menepuk jidat sahabatnya itu. Sejak kapan Nadine memiliki kekasih? Pasalnya, Nadine tidak bercerita tentang apa pun perihal cowok. Bahkan hari-harinya, Nadine selalu bersama Dinda.

"Sejak kapan?" Dinda penasaran.

Akhirnya, Nadine menceritakan siapa laki-laki yang ia sebut sebagai Mas Beruang. Kapan mereka bertemu dan sejak kapan hubungan ini terjalin. Semua Nadine ceritakan sepanjang perjalanan pulang. Tidak ada satupun penjelasan yang dilewatkan. Nadine benar-benar terbuka kali ini.

Hampir lima tahun Nadine tidak bertemu dengannya. Kini dia kembali dan malam ini adalah pertemuan pertama mereka kembali setelah sebelumnya berpisah dan menahan rindu cukup lama. Jangankan Nadine, kita saja yang berhubungan jarak jauh, pasti akan merasakan rindu yang sangat berat. Di tambah lagi, keduanya benar-benar saling percaya satu sama lain. Perasaan mereka tak pernah pudar.

Selesai Nadine menceritakan hal itu, Dinda selaku sahabatnya sangat mensupport hubungannya dengan Mas Beruang itu. Karena bagaimanapun, Dinda adalah sahabat yang akan selalu mendukung keputusan Nadine.

"Lo yakin dia baik?" tanya Dinda. Ia tidak ingin melihat sahabatnya dilukai oleh laki-laki, meskipun itu kekasihnya.

"Aku yakin dia baik, Din. Buktinya dia tidak pernah mengecewakan aku selama lima tahun ini," jelas Nadine bangga.

Dinda tersenyum tipis, "Lo beruntung ya, Nad, punya keluarga yang harmonis, lo juga dipertemukan dengan laki-laki yang baik dan setia banget sama lo."

"Enggak gitu, Din. Semua orang pasti akan bertemu dengan orang-orang baik, kok, jangan ngeluh, kita sama kok," Nadine memberi semangat.

Dinda mengangguk setuju. Setelahnya mereka lanjut menuju ke rumah mereka masing-masing.

***

Seorang laki-laki tengah duduk di kursi taman. Malam yang menyejukkan membuat hatinya merasa tenang. Rindu yang sempat tertahan, akan ia tumpahkan malam ini. Ia menatap ribuan bintang di langit dengan senyum tipisnya. Wajahnya terlihat sangat tegas tapi memukau banyak orang. Ia memegang sebuah foto, di sana terlihat perempuan dengan rambut terurai, tersenyum sangat manis. Baginya, ia adalah perempuan sempuran yang tidak dapat dia temukan dari siapa pun. Sangat menarik dan baik.

"Mas Beruang!"

Suara lembut itu terdengar tidak asing di telinganya. Ia menoleh ke asal suara dan tersenyum manis menatapnya. "Apa kabar, Sayang?"

Nadine, adalah perempuan yang menjadi kekasih pria di hadapannya ini. Sudah lebih dari lima tahun mereka tidak bertemu. Bahkan kedatangannya ke sini Nadine tidak tahu sama sekali.

"Aku baik. Kenapa tidak memberi kabar?" Nadine sedikit merengut. Menahan tangis.

"Aku minta maaf, aku kembali ke sini karena aku merindukan perempuan yang ada di hadapanku sekarang," ia memeluk Nadine dengan erat, tak ingin melepaskan.

"Varrel ..." panggil Nadine dengan nada sedih.

Ya, laki-laki yang tengah memeluk Nadine adalah pemilik nama lengkap Raditya Varrel Adi Bramantio. Laki-laki yang pernah menjadi kekasihnya saat duduk di bangku Sekolah Dasar hingga Nadine menginjak kelas satu SMP. Saat itu Varrel sudah kelas dua dan harus pindah ke Australi untuk melanjutkan pekerjaan orang tuanya dan sekolah di sana.

Sudah pasti, pacaran jarak jauh memang sangat menyakitkan. Menahan rindu tanpa temu, menahan komunikasi karena tidak tahu kemana harus mencari kabar. Kini keduanya bertemu, saling melepas rindu dan kembali bersama layaknya seperti dulu.

"Apa Sayang?" Varrel menangis. Baru kali ini dia merindukan seorang perempuan begitu hebat.

"Kamu nangis?"

"Iya, karena aku bahagia bisa bertemu dengan perempuan sesabar dan secantik kamu. Terima kasih sudah bertahan dengan satu pasangan, Honey!" Varrel mencium pucuk kepala Nadine.

Nadine melepas peluknya, "karena kesetiaan tak bisa di beli dengan apa pun, kamu udah lebih dari cukup. Meskipun sekarang kita sudah berbeda keyakinan."

Varrel kembali memeluk Nadine dengan erat memohon maaf karena dia tak seiman lagi dengan kekasihnya, di saat rasa cinta, kasih dan sayang begitu besar dan sama-sama tak ingin melepaskan. Begitu menyakitkan.

Varrel merupakan keturunan Chines, karena ia tinggal di Jakarta, maka dia mengikuti agama papanya. Saat mau keluar Negeri, Varrel harus rela melepas keyakinannya dan ikut agama semua keluarganya. Tidak bisa membantah, karena keluarganya adalah kalangan yang masih dihormati, bahkan masih ada keturunan dari kerajaan di zaman kakek dan neneknya.

"Kita berjuang dari awal, ya, kita berjuang sama-sama untuk cinta kita. Semoga di mudahkan." Varrel memegang tangan Nadine dan mengecup lembut jidatnya.

"Iya, kita harus berjuang apa pun yang terjadi. Terima kasih, kamu udah gak milih cewek lain di luar sana," Nadine kembali memeluk Varrel.

Keduanya melupakan sejenak masalah yang akan membuat mereka down. Nadine dan Varrel menikmati malam indah dengan penuh kebahagiaan. Berjuang bersama walau mereka berbeda keyakinan. Mereka percaya, suatu saat keduanya akan dipersatukan oleh takdir Tuhan yang indah.

***

Semoga suka dengan jalan ceritanya yaaa
Salam kenal :)

The Last Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang