Part 2

7.7K 774 103
                                    

• ° ⋆ ° • ° ⋆ ° •

~vote dan comment nya boleh sayang~

• ° ⋆ ° • ° ⋆ ° •






"Jen, materi pembahasannya cuma ini doang?"

"..."




"Terus lo pake teori apa jadinya?"

"..."




Renjun yang sedang fokus melihat file laporan penelitian di laptopnya pun menoleh. Ternyata Jeno tengah asik tertawa dengan ponselnya. Renjun yakin pasti anak itu sedang bertukar pesan dengan Karina.




Renjun menghela nafas berat. "Jen. Ini laporan penelitian punya lo btw. Deadline dua hari lagi, tapi lo baru nyampe bab 1. Itupun gue yang ngerjain minggu lalu dan belom selesai."

"..."




"Jen."

"..."




"Jeno."

"..."




"Lee Jeno!"




"Apa sih Ren? Berisik ah!" ucap Jeno yang masih asik mengetik pesan di ponselnya.




Lagi dan lagi Renjun menghela nafas berat. Selalu saja seperti ini. Tiap memiliki tugas laporan penelitian, pasti Jeno selalu meminta bantuan Renjun. Beruntung Renjun memiliki otak yang cerdas, tegas, dan disiplin. Dia juga sangat berpengalaman dalam membantu tugas laporan penelitian seperti ini.




"Referensi jurnal yang gue saranin udah lo cari?"

"..."




Terlampau kesal karena terus-terusan diabaikan Jeno, Renjun segera menuju dapur dan menyeruput segelas air dingin dalam sekali teguk.




Akhir-akhir ini Jeno seakan tidak memperdulikan sekitar. Anak itu selalu mementingkan Karina, Karina, dan Karina, tak ada yang lain.




Baru saja Renjun membuka kulkas untuk mencari cemilan, tiba-tiba suara Jeno terdengar dari luar.

"Ren! Gue kencan dulu! Nitip tugas ya!"




Setelah itu hanya terdengar bunyi pintu apartemen yang tertutup.




Renjun menghela nafas berat. Beruntung besok hari sabtu, dan dia tidak memiliki jadwal di kampus. Seharusnya dia bersantai, tapi sepertinya kali ini dia harus menghabiskan waktunya untuk menyelesaikan laporan penelitian milik Jeno. Karena jika tidak, bisa-bisa Jeno tidak akan menyelesaikannya tepat waktu.






• ° ⋆ ° • ° ⋆ ° •






Pukul 01:27

Renjun menguap selebar mungkin. Akhirnya tugas Jeno sudah dia selesaikan. Setelah itu dia langsung mematikan laptopnya dan beranjak menuju kasurnya.




Karena belum mengantuk, Renjun membuka kunci ponselnya dan melihat notifikasi pesan. Hanya beberapa temannya yang bertanya tentang tugas. Selebihnya hanya nomor tidak dikenal yang mengajaknya berkenalan.




Tanpa peduli, Renjun menghapus semua notifkasinya dan mengunci ponsel tersebut.




Saat ingin tidur, tiba-tiba suara pin apartemennya berbunyi, lalu pintunya terbuka. Tanpa melihat pun Renjun sudah yakin bahwa itu adalah Jeno. Langsung saja Renjun pura-pura tidur karena malas melihat wajah anak itu.




Friendzone || NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang