Pertahanan Yang Hampir Runtuh

3 0 0
                                    

Menjadi lemah karna hujan deras dan badai.



"oh! Jadi ini perempuan yang gatel sama laki orang?!"

Adel dan bibi hee seketika menoleh mencari sumber suara itu

"jadi ini perempuan gatelnya" celetuk perempuan itu sembari menghampiri adel dan bibi hee

"maaf?" kata bibi hee

"saya tidak berbicara denganmu!" jawab perempuan itu mengarahkan jarinya ke bibi hee, yang langsng membuat bibi hee terdiam

"apa kamu tidak punya cermin di rumah? Atau kantor ini tidak menyediakan untuk kamu bercermin? Kamu pikir sepantas apa kamu mendekati rizky?" cerocos perempuan itu

"maaf, anda..."

"Oh! Saya vella, PACAR RIZKY ODNIEL bos kalian" potong vella sambil mengulurkan tangannya

"saya..."

"saya sudah tau siapa kamu" jawab vella yang kemudian menarik kembali tangannya saat adel hendak membalas jabat tangannya "apa kamu pikir saya sudi untuk bersentuhan denganmu? Dengan wanita murah seperi kamu? Bahkan peliharaan saya tidak akan sudi itu terjadi" kata vella yang merendahkan adel. Adel tidak tau harus bagaimana, dia hanya berdiam menatap vella yang masih tersenyum sinis dengannya.

"apa gaji kamu masih kurang? Sampai-sampai, kamu harus menggoda bos mu sendiri untuk mendapatkan makan gratis seperti ini. Oh! Atau jangan-jangan kamu di bayar sama risky untuk dekat dengan dia? Begitu kah?" cerocos vella yang sangat merendahkan adel

"maaf, bisakah anda berbicara sedikit sopan?" celetuk bibi hee

"dan kamu, apakah kamu sudah bosan bekerja disini? Sampai kamu begitu berani berbicara seperti itu dengan saya" tanya vella ke bibi hee yang auto membuat nyali bibi hee terdiam, meskipun sebenarnya jiwa bibib hee meronta-ronta ingin memukul perempuan demit satu ini.

"katanya kamu pintar, tapi kenapa kamu menjual harga dirimu?" tanya vella lagi ke adel

"maaf..."

"Oh! Atau ini bakat mu? Merendahkan harga diri untuk mendapatkan laki-laki kaya" potong vella lagi. Vella bahkan tidak memberikan celah untuk adel menjelaskan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"saya kasih saran ke kamu, seharusnya jika kamu mau mengobral. Bukan disini tempatnya NONA, ini perusahaan. Bukan tampat order kupu-kupu malam, kamu harusnya tau itu. Kalau kamu mau jadi kupu-kupu malam, mending sama om om aja, pasti cepet kaya. Bukan pacar saya. PAHAM?!!" kata vella yang berbicara mendekatkan wajah ke adel. Adel hanya menatap wajah vella dengan muka bingung. Kemudian, vella pergi meninggalkan kantor itu. Untungnya kantor itu masih sunyi, hanya ada bibi hee dan adel. Karna memang mereka adalah penghuni ruangan yang hanya sedikit karyawan, hanya orang-orang penting di perusahaan saja yang berada di ruangan itu, dan mereka selalu berangkat mepet dengan jam kerja. Jadi, yang tau kejadian itu hanya bibi hee dan adel saja.

"non?" bibi hee mendekat ke adel untuk memastikan keadaan adel, karna adel tampak diam dengan tatapan bingung dan kecewa, dia duduk lemas di sofa tempat tunggu untuk tamu sambil memegang kotak bekal yang bibi hee beri. Adel masih berpikir apa yang sudah dia lakukan disini? Mengapa dia begitu di rendahkan? Perasaannya bercampur aduk, dia ingin marah, ingin menangis, dia kecewa, dia sedih. Perasaannya sudah bercampur tidak karuan.

"non..." sapa bibi hee dengan lembut yang membuyarkan pikiran adel

"gapapa, bi. Aman kok, bi." Kata adel yang melihat bibi hee khawatir

"beneran gapapa, non?" tanya bibi hee

"iya biii, gapapa kok. Bibi lanjut kerja aja, saya gapapa. Saya lagi pengen sendiri bi" kata adel

"beneran gapapa saya tingggal non?" tanya bibi hee lagi memastikan

Adel tidak menjawab, dia masih melanjutkan pikirannya yang meruntuhkan semua kepercayaan dirinya dan meruntuhkan keberaniannya.

"Oh, atau non cantik mau saya buatkan kopi? Biasanya kan non adel kalau lagi gak mood, pasti obatnya kopi" kata bibi hee yang memberi tawaran ke adel dan masih terus memastikan bahwa adel baik-baik saja.

"engga bi, saya lagi pengen sendiri. Bibi lanjut kerja aja, bibi gaperlu khawatir, saya gapapa. Saya hanya butuh waktu untuk diri dan hati saya, boleh kan?" kata adel lembut ke bibi hee yang terus berusaha untuk berbicara dengannya

"oh, boleh non. kalau gitu, saya pamit dulu" jawab bibi hee

"iya, bi"

Adel terus berpikir, dia tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini, ini benar-benar membuat keberaniannya runtuh. Padahal, biasanya dia selalu melawan orang-orang yang mencoba untuk merendahkannya. Adel masih terus ingin menangis, dia berusaha membendung untuk air matanya agar tidak keluar. Adel tidak mencintai pak rizky, dia hanya sekedar mengagumi pak rizky karna kecerdasan dan ketampanannya saja, tapi dia tidak menyangka jika ini akan terjadi padanya.

"pagi" sapa pak rizky membuyarkan lamunan adel

"......" adel menatap pak rizky, berusaha mencari penjelasan apa maksud semua ini. adel berusaha meminta penjelasan semua ini lewat mata pak rizky.

"pagi, pak. Maaf, silahkan ambil kembali ini pak" kata adel sambil menyodorkan bekal pemberian pak rizky

"ini buat kamu, saya yang buat dengan tangan saya sendiri. Hargai itu" kata pak rizky menolak

"saya tidak bisa menerima ini. silahkan pak rizky ambil kembali, permisi." Kata adel sambil beranjak pergi.

Pak rizky hanya mematung melihat adel pergi, dia bingung. Dia tidak melakukan kesalahan pagi ini, dia tidak membebani adel dengan pekerjaan berat, dia juga tidak bersikap kasar, tapi kenapa adel bersikap seperti ini? pak rizky masih bergulat dengan pikirannya, dia benar-benar tidak mengerti dengan adel pagi ini.

"ada apa dengannya?" tanya pak rizky dalam hatinya

Dia tidak bisa bekerja jika seperti ini. ini sangat mengganggu pikiran dia, ini membuatnya tidak tenang. Pak rizky hanya berdiam di kursi ruangannya sambil memegang kotak bekal untuk adel, ini benar-benar di luar dugaannya. Pak rizky pikir ini akan menjadi perbaikan kesalahannya yang sudah-sudah, tapi justru yang terjadi adel menolak lagi. Ini semakin membuat pak rizky penasaran dengan adel.

"bi, tolong bawakan kopi seperti biasa" kata pak rizky dengan bibi hee lewat telepon

Sama seperti adel, jika ada beban pikiran maka pak rizky akan menenangkan diri dengan kopi. Meskipun tidak membuatnya menyelesaikan masalah, tapi setidaknya ini akan membantunya untuk menenangkan diri dan pikirannya untuk mencari jalan keluar.

Tok... tok... tok....

"permisi, pak. Ini kopinya" kata bibi hee sambil meletakkan kopi di meja pak rizky

"terimakasih, bi. Oh iya bi, tolong kalau keluar sekalian minta adel untuk ke ruangan saya ya" kata pak rizky

"maaf, pak. Non adel tadi ijin untuk pulang, pak." Jelas bibi hee

"pulang? Saya tadi masih ketemu dia, kapan dia pulang?" tanya pak rizky bingung

"tadi setelah ketemu pak rizky, non adel minta ijin" jelas bibi hee

"kenapa dia pulang? Kayaknya tadi sehat" pak rizky masih bingung tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi

"loh? Non adel belum cerita?"

"cerita? Enggak, dia tidak ada cerita apa-apa pagi ini. memangnya ada apa? Ada masalah sama karyawan lain?" tanya pak rizky lagi yang benar-benar semakin bingung

"pak rizky beneran gak tau kejadian pagi ini? di kantor" tanya bibi hee meyakinkan lagi

"kalau saya tau, saya tidak akan bertanya ke anda" celetuk pak rizky

"maaf. Saya kira pak rizky sudah tau kejadian pagi ini, tadi ada perempuan datang kesini. Terus, maki-maki non adel, katanya sih pacar pak rizky. Mungkin non adel butuh waktu untuk nenangin diri karna masalah ini, pak" jelas bibi hee. Pak rizky hanya terdiam termangu mendengar penjelasan bibi hee, dia tidak menyangka jika kejadian ini akan sejauh seperti ini. dia sangat merasa bersalah dengan adel, dia harus meminta maaf ke adel. Tapi dia masih bingung bagaimana caranya untuk melakukan itu, apalagi pak rizky belum memahami adel sepenunya.

You Changed My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang