Like Sunshine

3 0 0
                                    

Aku tetap memulihkan bungaku meskipun

Aku tidak tau apakah ini akan berhasil, tapi aku yakin

Duri bungaku akan melindungi aku dari serangga.



Tok... tok.... tok....

"Sebentar!" jawab seorang perempuan dari dalam rumah

Ceklek....

"maaf, cari siapa ya pak?" tanya seorang perempuan paruh baya tersebut

"saya rizky bu. Saya bos adel di perusahaan, bu." Jelas pak rizky ke mak nanik

"Ooh. Silahkan masuk, pak. Mari, mari" ibu adel terkejut

"terimakasih"

"silahkan duduk, pak" kata mak nanik lagi

"iya, bu" jawab pak rizky yang duduk sembari menoleh setiap sudut ruangan dan setiap hiasan yang menempel di dinding, dia melihat dengan jeli setiap yang ada di ruangan itu. Ada beberepa foto anak kecil manis, cantik dan menggemaskan di sudut meja. Pak rizky melihat foto gadis kecil itu dengan cermat, dengan penuh ketelitian dan tanpa disadari ia tersenyum melihat foto gadis yang sedang menangis itu.

"dia sangat imut" kata pak rizky lirih

"kalau liat fotonya waktu kecil, pasti suka terpesona sendiri" kata mak nanik tiba-tiba yang buat pak rizky kaget "ini minumnya, pak. Monggo" kata mak nanik

"trimakasih, bu" jawab pak rizky yang malu karna ketahuan liatin foto menggemaskan adel waktu kecil. Pak rizky masih melihat sudut setiap ruangan dengan sesekali anggukan kagum.

"ini jauh-jauh kesini, ada apa ya pak?" tanya mak nanik

"oh iya, ini saya ada sesuatu untuk ibu" kata pak rizky sambil menyodorkan kantong makanan ke mak nanik

"trimakasih, pak. Malah jadi repot-repot" jawab mak nanik

"enggak merepotkan kok bu" pak rizky tersenyum sopan ke mak nanik

"oh iya, bu. Adel nya kemana ya? Bisa saya bicara dengan adel?" tanya pak rizky

"nah, itu masalahnya pak"

"ha? Maksudnya? Saya bermasalah kalau bicara sama adel?" tanya pak rizky tiba-tiba memotong pembicaraan mak nanik

"enggak pak. Si adel nya masih keluar cari angin katanya" jelas mak nanik

"cari angin? Apa dia tidak punya kipas atau AC?" kata pak rizky lirih

"ya, pak?" tanya mak nanik yang sedikit mendengar ucapan pak rizky

"oh, engga bu. Kira-kira, kemana dia biasanya pergi, bu?" tanya pak rizky

"walah, kurang tau pak. Soalnya adel kalau lagi gak pengen di ganggu, pasti Cuma bilang mau keluar cari angin" jelas mak nanik

"ganggu? Apa ibu juga dianggap penganggu sama dia?" celetuk pak rizky tiba-tiba membuat mak nanik terkejut

"enggak, pak. Adel memang kalau lagi kurang baik moodnya, selalu keluar nenangin diri" jelas mak nanik lagi

"Oooh, saya kira dia juga menganggap ibu penganggunya" kata pak rizky

"apa pak rizky ada pesan yang ingin di sampaikan ke adel?" tanya mak nanik

"Oh, enggak bu. Nanti biar saya aja yang ngomong lagsung ke dia" jawab pak rizky dengan senyum ramah.

Pak rizky merasa bersalah pada adel. Karna ialah, adel menjadi mendapatkan perlakuan buruk dari pacarnya, dan ini benar-benar diluar dugaan pak rizky. Dia juga tidak tau kenapa dia sekarang sangat senang berbuat baik dan lembut ke adel, dia lebih merasa nyaman ketika melakukan itu ke adel. Meskipun, dia awalnya tidak terbiasa melakukan ini, namun pada akhirnya ini membuat pak rizky nyaman untuk melakukannya setiap hari ke adel. Begitupun dengan adel, dia tidak tau kenapa dia mulai merasa sakit ketika harus berusaha mejaga jarak pada pak rizky, padahal dia dulu hanya sekedar mengagumi saja. Adel berpikir apakah ini karna perlakuan lembut pak rizky ke dia? Dia tidak pernah memikirkan bahwa hal seperti ini akan terjadi, pak rizky adalah bosnya dan tentu dia memiliki pacar. Tapi, kenapa hatinya baru merasakan sakit sekarang? Adel berusaha menjaga jarak semenjak kejadian itu, adel tidak ingin hal seperti itu terjadi lagi pada dirinya apalagi di depan banyak orang di kantor.

"del, pagi-pagi dah ngelamun aja? Are you good?" tiba-tiba suara yang tida asing di telinga adel muncul di halte, lagi.

"pak rizky? Yah, i'm good" jawab adel

"bareng sama saya aja, satu kantor juga" ajak pak rizky. Sedangkan adel masih berpikir apa yang akan terjadi padanya setelah ini, jika dia menerima tawaran pak rizky?

"gapapa, pak. Saya bisa nunggu...."

"maaf lama. Naik" kata seseorang lagi yang tiba-tiba muncul memotong pembicaraan pak rizky dan adel. Pak rizky bingung melihat laki-laki itu, dia tidak mengenalinya.

"ayo" ajak laki-laki itu sambil menarik lembut tangan adel untuk masuk ke mobil. Tapi, tiba-tiba pak rizky menghentikannya.

"kamu siapa? Bahkan kamu tidak mengenal adel, tapi beraninya mengajak dia bahkan menyentuh tanganya" tiba-tiba pak rizky mengatakan seolah-olah adel adalah miliknya

"tidak mengenal? Adellia Natasha Yesaya, tentu saya mengenalnya" celetuk laki-laki itu sembari menarik lembut adel mengarahkan masuk ke mobilnya, tiba-tiba laki-laki itu menjadi hangat ke adel, ia meliindungi kepala adel saat masuk ke mobil. Sedangkan di sisi lain, adel masih menatap laki-laki itu bingung.

"dia siapa? Dia bahkan tau nama lengkap ku? Darimana dia tau itu?" adel bertanya-tanya dalam hatinya sambil menatap laki-laki itu seolah dia meminta penjelesan dari laki-laki itu.

"saya bukan hantu. Tidak perlu menatap saya seperti itu" celetuk laki-laki itu membuyarkan pikiran adel

"anda siapa?" tiba-tiba adel bertanya

"apakah kamu menjadi reporter?" celetuk laki-laki itu

"anda tau nama saya, nama lengkap maksud saya. Siapa anda sebenarnya? Darimana anda tau itu?"

"apa saya tampak seperti penjahat?" tanya laki-laki itu dengan dingin

"tidak, tapi apa anda peramal atau apa?" celetuk adel jengkel

Laki-laki itu mebuka laci mobil dan...

"ini KTP kamu jatuh di mobil saya" kata laki-laki itu sambil menyodorkan KTP ke adel

"loh?" adel kaget dan malu karna sudah menuduhnya yang bukan-bukan "maaf, saya sudah berprasangka buruk" lanjut adel yang merasa bersalah

"apa perempuan selalu seperti ini?" tanya laki-laki itu ke adel

"hah?" adel tidak mengerti maksud pertanyaan itu

"pergilah ke THT setelah ini" celetuk laki-laki itu

Adel mengerutkan kening dengan wajah cemberut yang menggemaskan, dia hanya menjawab hah karna tidak mengerti malah di suruhnya ke THT. Adel menjadi sebal lagi dengan laki-laki ini, awalnya dia senang karna laki-laki itu sudah berubah menjadi lebih hangat dari biasanya.

"kenapa anda menolong saya?" tanya adel memecahkan keheningan dua patung hidup

"apakah saya bukan manusia yang mempunyai hati nurani?" celetuk laki-laki itu masih tanpa menatap adel sedikitpun

"bahkan anda tampak seperti tidak punya hati" celetuk adel lirih

"setidaknya saya masih bisa mendengar jelas perkataanmu" jawab laki-laki itu yang ternyata masih mendengar perkataan adel. Adel kaget, dia merasa kalau dia sudah berkata cukup lirih. Tapi laki-laki itu masih bisa mendegar perkataannya. Adel refleks kaget dan menoleh laki-lak itu yang mendengar perkataannya sembari dia menarik nafas panjang karna tidak tahan satu mobil dengan laki-laki itu. Meskipun laki-laki itu bersikap dingin, namun adel selalu merasa nyaman, tenang dan aman saat bersamanya. Adel tidak pernah khawatir tentang hal-hal lain ketika bersama laki-laki itu, meskipun sebenarnya adel sendiri tidak tau siapa nama laki-laki itu. Dia bersikap dingin, namun jauh dari lubuk hatinya, adel tau bahwa laki-laki itu tidak sedingin yang dia tunjukkan ke adel.

"Oh, WOW! Udah ganti laki aja ya? Kemarin pacar saya, sekarang laki siapa lagi?"

Adel terkejut bukan main karna mendengar kalimat seperti ini di pagi hari, saat baru saja keluar dari mobil yang ia tumpangi. Adel mencari sumber suara itu. Dan benar, itu suara yang masih sama berasal dari perempuan yang sama beberapa hari yang lalu.

You Changed My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang