Terbang tapi Luka

4 0 0
                                    

Bunga itu mulai gugur kelopaknya,

Hujan deras pun tidak lagi bisa mengembalikan.



"Oh, WOW! Udah ganti laki aja ya? Kemarin pacar saya, sekarang laki siapa lagi? Apa itu suami orang atau..... yang boking kamu?", kata perempuang itu dari belakang punggung adel. Adel terkejut, dia menoleh ke belakang mencari sumber suara. Dan benar saja, suara itu berasal dari orang yang sama, orang yang telah mencaci maki dia. Belum sempat adel mengambil tasnya yang ada di mobil, dia terdiam melihat vella menghampiri dia.

"cepet banget ya kamu dapet laki-laki", celetuk vella dengan jalan seperti nyonya besar.

"maaf?", adel masih tidak mengerti apa maksud vella mengatakan itu ke dia.

"lihat, kemarin kamu menggoda pacar saya, sekarang kamu sudah dengan laki-laki lain. Apa kamu tidak punya harga diri? Atau kamu memang sudah benar-benar tidak memiliki urat malu? Atau.... jangan-jangan kamu sudah gila harta? Soalnya kayaknya laki-laki yang kamu deketin dari kemarin selalu yang tajir", cerocos vella ke adel

"maaf, saya...."

"dan apa harga dirimu lebih tinggi dari dia?", celetuk laki-laki itu yang tiba-tiba keluar dari mobil sambil menghampiri adel.

"dan apa saya bicara dengan anda?", tanya vella

"apa anda tidak bisa bebicara dengan tata krama?", tanya lagi laki-laki itu ke vella

"saya tidak ada urusan dengan anda"

"dan apa itu penting? Anda ada urusan dengan saya atau tidak, seorang yang memiliki hati yang baik akan melakukan hal yang sama dengan saya. Apa anda tidak pernah memiliki hati berfungsi baik? Atau selama ini anda hidup dengan hati dan mulut kotor itu?", tanya laki-laki itu yang akhirnya membuat vella benar-benar diam tak berkutik.

"cihhh", vella pergi meninggalkan mereka

"terima kasih sudah membantu saya", kata adel kepada laki-laki itu

"cantik saja tidak cukup kalau kamu lemah seperti ini, perempuan juga harus punya power dan keberanian untuk melawan banyak hal. Bukan sekedar cantik dan diam. Ambil barangmu" kata laki-laki itu sebelum menghilang dari pandangan adel. Kakinya seperti tidak kuat untuk berdiri, matanya hampir tidak kuat membendung air itu. dia ingin berlari, pulang dan memeluk ibunya. Adel seperti ingin menyerah, dan kembali menjadi seseorang yang tidak membiarkan hatinya di sakiti.

"Hoi! Ngelamun aja lo", sapa raya sambil menepuk punggung adel.

Adel hanya tersenyum ke raya, senyum tipis yang berbeda dari biasanya. Raya tau temannya sedang tidak baik-baik saja, terlihat dari senyum dan wajahnya yang berbeda. Meskipun, raya adalah teman yang loadingnya lama, namun dia adalah seseorangg yang dapat memahami adel jika ada sesuatu hal yang terjadi.

"Del, you okay?", tanya raya sambil mengelus lengan adel.

"ya, i'm good", jawab adel dengan senyum tipis dan mata berkaca-kaca serta tatapan yang entah kemana arahnya.

"enggak. You not good. Ada apa?", tanya raya.

"enggak kok, ray. I'm okay, really", jawab adel sambil tersenyum agak lebar.

"del, gue tuh temenan sama elo udah lama. Yah, mungkin elo bisa bohongi orang lain, tapi enggak sama gue. Gue tau elu lagi gak baik-baik aja, pasti ada sesuatu yang terjadi. Kalau gak ada apa-apa, gak mungkin elo jadi pendiam gini", jelas raya ke adel. "gue tuh temen elo, del. Kalo ada apa-apa, elo bisa kasih tau gue. Elo gak harus mendem apa-apa sendirian, jangan sampai elo ngerasa sendirian di dunia ini, dan jangan juga elo menganggap kalo elo udah ngerepotin gue, karna elo tuh udah kek keluarga gue. Gue justru akan terbebani kalo elo ada apa-apa dan sama sekali gak cerita sama gue, gue bakalan ngerasa kalau gue gak berguna buat temen gue", jelas raya yang semakin membuat adel ingin menangis.

"vella nyamperin gue dan maki-maki gue lagi", kata adel sambil melihat keatas menyeka air mata yang hampir keluar.

"vella? Maksud elo, vella pacar pak rizky?", tanya raya memastikan

"hmm... menurut lo ada yang lain selain itu?"

"sebenarnya dia maunya apa sih? Elo enggak deketin pak rizky lagi kan?", tanya raya

"Ray, gue itu sekretaris pak rizky, enggak lebih. Gue emang kagum sama dia, tapi itu sebatas rekan kerja aja kok. Gue juga enggak deketin pak rizky, Cuma pak rizky emang agak beda akhir-akhir ini. pak rizky jadi lebih baik sama gue. Gue seneng sih, Cuma ini tuh bener-bener di luar dugaan gue. Gue enggak ekspek kalo pacar pak rizky bakalan ngelangkah sejauh ini." jelas adel ke raya

"udah-udah, kita ngopi dulu yukk. Biar pikiran lo juga tenang, udah ngopi dulu aja yuk." Ajak raya yang sudah ngeliat temannya naik darah.

Adel masih bingung harus bagaimana lagi, dia tidak bisa membiarkan harga dirinya di jatuhkan vella terus-menerus di depan umum. Adel juga punya hati yang pantas di jaga, dan harga diri untuk di hargai. Adel sebisa mungkin menjauh dari pak rizky untuk menghindari hal seperti ini, tapi nyatanya meskipun dia sudah menjauh dari pak rizky, tetap saja vella tidak berhenti mengusik ketenangan adel. Justru ini semakin melampaui batas wajar. Adel harus segera mengambil keputusan, atau dia akan semakin tidak memiliki harga diri lagi. Tapi di sisi lain, dia sudah banyak berjuang untuk sampai di titik saat ini. adel sudah berjuang begitu keras untuk bisa sampai menjadi sekretaris, menjadi seseorang yang terus tumbuh di perusahaan. Adel bimbang. Jika biasanya pikiran dan segala perasaan bisa di tenangkan denga kopi, kali ini benar-benar tidak bisa. Adel tidak mengerti lagi dengan apa yang sebenarnya terjadi padanya, dia benar-benar tidak mengerti dengan vella. Adel sudah menjauh dari pak rizky, namun masih saja di caci maki oleh vella. "harus gimana?"

You Changed My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang