I'm Hurt

6 0 0
                                    

Kemarin adalah semi,

Dan sekarang kembali gugur.



Adel tidak tau harus berbuat apa lagi. Dia benar-benar sangat ingin memaki kembali si vella, tapi dia sendiri sadar kalau itu tidak ada gunanya.

"apa aku harus balas dendam?" pikir adel sembari memutarkan gelas kopinya

"maaf, pak. Bisa saya bicara dengan bapak?" tanya adel buru-buru ketika pak rizky lewat

"saya sibuk. Tidak ada waktu" jawab pak rizky sembari tidak menghentikan langkahnya.

Adel tahu kalau dia mau bebas dari cacian nenek lampir, maka harus melalui bapak lampirnya dulu. Adel sama sekali tidak peduli jawaban yang didengarnya, intinya dia mau menjelaskan apa yang dia rasa selama beberapa hari ini.

"apa kamu tuli?" celetuk pak rizky saat adel masuk ke ruangan pak rizky "kamu tidak dengar? Saya sedang sibuk" lanjut pak rizky

"maaf pak kalau saya lancang, tapi saya harus mengatakan ini" jawab adel, sedang pak rizky hanya menatap seperti harimau melihat mangsa, sedap-sedap mantap begitulah kira-kira.

"anda pasti sudah mendengar kalau pacar anda datang ke kantor, kemudian memaki saya. Tapi pasti anda belum tau kejadian pagi ini, dia kembali dan memaki saya. Tidak bisakah anda menghentikan ini? dan...."

"apa itu urusan kantor? kamu tidak bisa membedakan urusan pribadi dan kerja? Apa kamu masih bocah yang perlu diajari?"potong pak rizky

"maaf, pak. Saya belum..."

"apa saya akan peduli? Bukannya itu benar? Kamu jadi perempuan yang sasimo, sana sini mau. Kemarin sama saya, sekarang sama laki-laki lain. Besok? Ganti lagi?" potong pak rizky

"maaf?" muka adel memerah, matanya penuh dengan kebencian. Adel berusaha mencari penjelasan dari pak rizky, adel seperti terjatuh dari ketinggian.

"harusnya kamu juga sadar diri dong, kamu ini kan karyawan saya. Saya yang ajak kamu bareng, malah terima tawaran dari laki-laki lain. Kenapa? Dia lebih kaya? Dia lebih tampan? Sepertinya biasa saja" cerocos pak rizky "Oooohh... saya tau, atau dia membayarmu lebih banyak?" kata pak rizky lirih berbisik ke adel

Plakk!!!

"saya memang hanya karyawan disini pak, tapi saya bukan perempuan murahan. Saya punya hati nurani, saya punya perasaan dan lagi pak. Saya PUNYA HARGA DIRI, bukan seperti yang anda katakan." Adel pergi keluar ruangan dengan rasa amarahnya, dia benar-benar merasa dihancurkan bom atom yang tidak pernah ia duga akan menimpanya. Tidak lagi mempedulikan jam kerja, adel pergi meninggalkan perusahan. Adel ingin teriak, menangis sekeras-kerasnya. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan yang dilakukan pak rizky, kemarin pak rizkylah yang menunjukkan perhatiannya, kehangatannya, kepeduliannya tapi sekarang justru dia jugalah orang yang menjatuhkan adel paling rendah serendah-rendahnya. Adel menangsi di taman yang biasa ia datangi saat kecil, ia menangis di ujung perosotan. Seperti perasaanya, kemarin ia berada diatas, namun perasaan itu tiba-tiba turun merosot tak terkendali. Dia memeluk dirinya sendiri, dia mendekap lukanya dengan hangat pelukan dirinya sendiri, dia tidak mau membebani mamaknya, dia hanya bisa dan hanya mau mengandalkan dirinya sendiri. Dia tau, ini sedikit berat, tapi dia berusaha untuk berdiri diatas kakinya sendiri. Adel sendirian, sepi, sunyi tapi hatinya berkalut bahkan pikirannya seperti drumband yang sedang kontes. Adel benar-benar down.

"permisi, kak. Mau tisunya kak?" tawar seorang anak kecil yang kusam sembari menggendong tisu

Srttttt..... adel menyeka ingusnya dengan tangan

"berapaan dek?" tanya adel dengan wajah yang sedang menangis

"satu kotak besar ini lima ribu kak" jawab anak itu

"kakak beli dua ya" kata adel

"makasih ya kak" kata anak kecil itu sembari senyum

"sama-sama..." jawab adel "kok kamu belum pulang jam segini?" tanya adel yang melihat anak itu duduk disebelahnya

"aku gak bisa liat orang nangis, kak" jawab lembut anak kecil itu yang tiba-tiba ngebuat adel tersentuh

"kakak gapapa kok. Beneran" kata adel sembari memaksakan senyum "oh iya, panggil aja kak adel ya, nama kamu siapa?" tanya adel ke anak kecil itu

"namakku rino, kak" balas senyum anak kecil itu.

Akhirnya ada yang membuat adel lupa dengan masalah yang baru dia hadapi, dia bercerita banyak hal dengan rino. Mereka becerita dan terawa ditaman yang sedikit sunyi. Meskipun rino tidak tau apa yang hadapi adel, tapi rino sangat berusaha membuat adel tersenyum. Mungkin karna adel adalah anak tunggal, ketika ngobrol dengan rino, dia merasa seperti benar-benar menjadi kakak yang memiliki adik laki-laki. Adel sangat jarang berbincang dengan anak kecil, mungkin karna kesibukannya di perusahaan, dia lupa kalau banyak sumber kebahagiaan yang ada di sekitarnya. Ini membuat hati dan pikiran adel kembali terkendali, dia melihat rino disampingnya yang kuat dengan keadaannya, adel juga berpikir seharusnya dia kuat. Adel melirik jam tangannya

"udah malem, dek. Kamu pulang sama siapa? Rumahmu jauh dari sini?" tanya adel

"itu rumahku, kak" tunjuk anak kecil itu ke rumah kayu yang cukup usang tak jauh dari taman

"yuk pulang, kakak antar kamu ya" kata adel

Anak kecil itu beranjak dari duduknya, dia menerima tawaran adel. Garis lengkung dibibir adel kembali tergambar, ia kembali tersenyum manis seolah mengatakan "aku baik-baik saja sekarang", dia menunjukkan bahwa seperti tidak terjadi apa-apa hari ini. meskipun dia sempat menangis, tapi itu tidak bertahan lama. Senyum itu bisa kembali dengan baik, itu sangat cukup membuat lega seorang laki-laki di balik mobil yang mengikuti adel sejak pergi dari perusahaan.

You Changed My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang