"Lelaki Biasa Bernama Angkasa"

19 0 0
                                    

    "Kau tahu? Semesta ini terlalu luas jika dirimu hanya berdiam. Bukan begitu Angkasa?"

    Ruang dan semesta adalah tempat seorang manusia hidup, di dalamnya terdapat sebuah dinding atau tiang yang mengikat satu sama lain. Seorang manusia dapat merasakan sedih, senang, marah, kecewa, atau perasaan lainnya dalam sebuah ruang hingga akhirnya manusia itu merasa cukup dan berpindah ke ruangan lain yang membuatnya merasa kekurangan dan akan mencukupkannya kembali.

    Sebelum memulai cerita ini, aku akan merahasiakan siapa aku sebenarnya. Namun, aku berharap kalian dapat menyayangiku walaupun tidak mengenal siapa aku. Tetap sayang walau tak kenal. Tidak salah kan?

    Aku ingin bercerita tentang seorang laki-laki bernama Angkasa, Asa, begitulah cara orang lain memanggilnya. Nama yang biasa saja dipakai oleh laki-laki biasa saja, dan dari keluarga yang biasa saja. Sebuah nama yang disematkan dengan harapan bahwa manusia itu kelak menjadi seorang petualang yang mampu menjelajahi angkasa raya sekalipun. Namun, nama hanya melekat sebagai identitas untuknya, Angkasa tak pernah pergi jauh dari tempat dimana dia tinggal. Entah mengapa nama pemberian orang tuanya itu justru bertolakbelakang dengan Angkasa yang hanya seorang pelawak di kelas, pemalas, dan tidak tertarik dengan luasnya dunia ini. Harapan orang tuanya adalah mendapatkan anak yang memiliki jiwa berpetualang yang tinggi seperti Scott Tatum. Bahkan sebelum dirinya mengerti dunia, Angkasa sudah memiliki tanggung jawab menjelajah dalam namanya. Namun sekarang, hidup laki-laki itu sedang hampa dan tidak memiliki tujuan yang jelas. Seperti terperangkap di dalam ruang hampa yang tidak ada pintu keluarnya.

    Angkasa tidak merasa dirinya hanya terperangkap dalam satu waktu. Dia merasa hal ini adalah caranya menikmati masa SMA. Masa yang dikisahkan dengan kebahagiaan dan kenakalan remaja. Padahal teman-teman seumurannya sudah bersinar dengan berbagai prestasinya. Lingkungan Angkasa sangat berbeda dengan diri Angkasa. Juara olimpiade matematika, juara karya ilmiah, juara debat, dan juara lain yang selalu Angkasa dengar ketika upacara setiap Senin pagi. Lingkungan yang penuh dengan hal positif ini sama sekali tidak membuat Angkasa bergerak dari kenyamanannya untuk bermain gawai.

    Angkasa selalu memiliki prinsip bahwa setiap orang memiliki perannya masing-masing. Dan dirinya memilih untuk menjadi manusia dengan peran yang minimalis. Padahal jika dia melihat dengan lebih dalam lagi, Angkasa saja yang tidak mau berubah. Dan pada akhirnya yang lain terus bergerak pergi semakin jauh meninggalkan dirinya.

    Angkasa adalah siswa SMA yang tidak terkenal dan tidak cerdas juga. Angkasa suka duduk di bangku paling belakang di kelasnya, area yang menurut kebanyakan orang adalah tempat duduk orang-orang yang masa depannya kurang menyenangkan. Wajah serius sambil menggigit bibir adalah ciri khas ekspresinya ketika bermain gim daring.
    Walaupun terlihat pemalas, Angkasa selalu datang pagi hari ke sekolah. Walaupun hal itu dilakukan untuk bermain gawai saja. Untuk saat ini, mimpi Angkasa bahkan hanya ingin bebas dari kebosanan belajar. Belajarnya untuk saat ini hanya untuk menuruti orang tuanya yang terus memberikan bantuan berupa pendidikan formal. Menurutnya, hal yang berjalan karena perintah orang lain itu sangat membosankan baginya. Laki-laki itu merasa semua berjalan karena perintah bukan karena kehendak sendiri. Menulis esai, membaca buku, menatap papan tulis, mengerjakan tugas kelompok, semuanya karena perintah dan bukan karena keinginannya. Namun beruntungnya, dengan kelakuannya itu, Angkasa masih memiliki kawan yang setia menemaninya.

    "Ky, Doy, ayo masuk server 2772 Asia!" Teriak Angkasa setiap pagi hari sebelum kelas dimulai kepada temannya.

    Angkasa punya dua sahabat yang sangat dekat dengannya, yaitu Rizky dan Ridho. Nama Rizky dan Ridho mirip sekali dengan penyanyi dangdut kembar yang sering muncul di televisi pada masa itu. Namun memang benar, Iky dan Idoy adalah saudara kembar walaupun secara fisik mereka jauh berbeda, tidak identik. Angkasa dan dua temannya itu selalu bersama entah dalam hal yang baik atau buruk. Seperti anak SMA pada umumnya, mereka suka sekali bermain setelah jam pulang sekolah. Angkasa yang jauh dari rumah tentu sedikit lebih bebas dari orang tuanya. Begitu juga dengan Iky dan Idoy, mereka berdua juga sedang merantau dan jauh dari orang tua. Sebenarnya dari mereka bertiga yang secara tampang bisa dibilang lumayan adalah Angkasa. Namun anehnya hanya Angkasa yang tidak memiliki pasangan. Dari situlah Angkasa paham bahwa memiliki seorang pasangan bukan selalu soal penampilan tapi soal sebuah komitmen dan keinginan, dan itulah yang Angkasa tidak miliki saat ini. Angkasa memang tidak terlalu memikirkan masalah percintaan karena menurutnya cinta hanya membuat orang menjadi bodoh dan menghabiskan waktu.

Ruang SinggahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang