"Perasaan ini Sedikit Tersisa"

1 0 0
                                    

    "Angkasa mau kemana masa liburan ini?" Tanya Sanni melalui pesan singkat.
    "Berpetualang."

    Satu tahun berlalu dengan begitu cepat, suasana hati Angkasa sudah banyak berubah. Namun ada juga hal-hal dalam dirinya yang masih sama. Pertama dirinya masih menyukai petualangan dan yang kedua laki-laki itu sedikit masih menyukai Hana. Rasa itu masih ada di hati laki-laki itu dengan begitu indah dan sepertinya sedang ingin mendobrak keluar dari dalam dirinya. Rasa rindu yang satu tahun dia simpan untuk Hana sekarang sudah terpupuk di dalam hatinya. Satu tahun tanpa kabar, Angkasa pun bertanya dalam diam, sekarang bagaimana keadaan Hana?

    Angkasa sudah memiliki mimpi dalam hidup yang tidak semua orang bisa mencapainya. Banyak orang menyebut keadaannya adalah sebuah previlage, namun baginya ini hanya sebuah hasil dari apa yang dia kerjakan selama ini.

    Waktu masuk perkuliahan masih 2 bulan lagi. Di sela waktu itu diri Angkasa ingin membalas dendam kepada dunia yang telah merantai kakinya untuk terus belajar terus terdiam di depan buku dan soal-soal yang bahkan sampai saat ini tidak dia sukai. Waktu luang digunakan oleh Angkasa untuk membuat rencana perjalanan dengan matang bahkan sampai biaya dan rute perjalanannya. Namun ada satu hal yang membuatnya hampir menanggalkan perjalanan itu, tidak ada kawan.

    Berpetualang sendiri mungkin menjadi pilihan sebagian orang, namun tidak untuk laki-laki amatir itu. Dirinya lebih suka untuk berpetualang bersama kawan entah siapa karena menurutnya setiap perjalanan yang dia lakukan pasti akan terekam indah dalam ingatannya, dan dia ingin ada seseorang mengingat hal yang sama namun dirinya sebagai peran keduanya. Tidak sepenuhnya untuk itu, selain sebagai teman berbincang, adanya kawan dalam perjalanan tentu memudahkan dalam setiap halnya, entah itu biaya ataupun manajemen perjalanannya.

    Kawan Angkasa yang lain sudah tidak bisa diandalkan untuk diajak dalam sebuah perjalanan. Natasha, Iky, Idoy sudah sibuk dengan perkuliahan mereka masing-masing. Natasha sering sekali muncul di media sosial dengan segala prestasinya sedangkan Iky dan Idoy tenggelam ditelan bumi.

    Angkasa yang baru saja menjadi penggiat sosial media terus melakukan kegiatan yang orang sebut scrolling selama masa "pengangguran"nya sebelum perjalanannya dimulai. Instagram menjadi hal yang menyenangkan untuknya, gambar yang pernah dia ambil ketika perjalanan menjadi sebuah dophamine untuknya ketika mendapatkan like dan comment di aplikasi yang begitu tenar di anak muda jaman sekarang.

    Setiap gambar ke gambar terus menunjukkan bahwa banyak orang yang memiliki cerita dari sepotong gambar perjalanan hidup mereka. Ada yang naik gunung, menyelam untuk melihat terumbu karang, berkemah di hutan, dan yang tak sedikit juga anak muda yang memamerkan kemesraannya. Angkasa sebagai pengguna yang polos tak tahu tujuan mereka apa, apakah untuk menunjukkan mereka adalah sepasang manusia yang menemukan cintanya atau hanya untuk menyindir seorang tanpa pasangan sepertinya.

    Ketika asyik dengan media sosial, tiba-tiba jari Angkasa terhenti pada satu buah foto yang dia tahu itu bukan sesuatu yang asing untuknya. Sebuah foto dengan bingkai biru dengan caption kecil bertuliskan sebuah prestasi yang sulit didapatkan oleh banyak orang. Namun bukan caption dan bingkainya yang membuatnya berhenti untuk menggeser ke gambar yang lain, namun sosok perempuan yang ada dalam bingkai foto itu. Rasanya seakan seperti Adam ketika menemukan Hawa, namun kali ini bukan Hawa tapi Hana. Tidak pikir panjang, laki-laki itu mengarahkan jarinya untuk mengetikkan nama Hana dalam mesin pencarian. Dia pilih akun teratas yang tersemat foto perempuan yang sekarang berkerudung dengan senyum manis yang dulu pernah menggerakkan semesta Angkasa. Pesan langsung dia kirimkan tanpa pikir panjang apa yang setahun ini sudah terjadi pada Hana.

    "Halo, Hana, apa kabar?" Hanya satu kalimat untuk membuka percakapan yang telah lama tertidur diantara mereka.

    Pesan singkat itu tentu tidak langsung dibaca oleh Hana, hanya bersemayaman di sisi kanan ponsel dengan tulisan terkirim. Walaupun belum Hana baca, Angkasa berpikir setidaknya dia sudah mencoba untuk membuka pintu yang pernah mereka tutup lama karena jarak itu. Perasaan senang dan khawatir beraduk dalam hati Angkasa, senang ketika Angkasa dapat kembali mengambil jarum dan merajut kembali apa yang sudah mereka lalui bersama. Namun ada sedikit khawatir jika Hana sudah berubah dan sudah tidak lagi menganggapnya seorang yang berhak berada dalam hidup Hana.

Ruang SinggahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang