"Melangkah Tak Berarah"

0 0 0
                                    

Langkah pertama Angkasa akan dia letakkan pada sebuah gunung yang yang tidak terlalu tinggi namun populer di kalangan pendaki pemula sepertinya, Gunung Andong.

Nama Hana seolah mulai memudar dan Angkasa mulai berpindah dari ruang di hati Hana menuju ruang yang belum tahu dimana letaknya. Perjalanan dimulai dan cerita baru pun akan terbuka. Lembar-lembar baru dalam buku perjalanan Angkasa ini akan terisi dengan hal- hal yang indah walau tanpa perempuan yang pernah atau masih dia cintai. Angkasa berharap dirinya menemukan ruang baru yang akan membuatnya nyaman di dalamnya.

Gunung Andong menjadi lebih indah tanpa laki-laki itu sadari, sangat berbeda dengan yang dia lihat di gawai miliknya. Dia tidak mengira perjalanan ini akan menjadi seindah ini. Sekarang Angkasa tahu, kenapa Hana dulu mencintai alam ini. Perempuan itu mencintai alam ini karena dia selalu memberikan kesan yang indah walaupun dengan bentuk fisik yang hampir sama.

Perjalanan lancar dari pos ke pos, rintik hujan yang datang dari daun pohon yang terjatuh karena tiupan angin malam membuat suasana dingin semakin terasa. Pakaian Angkasa yang basah mendukung alam untuk menempa dirinya terhadap dinginnya malam.

Berat tas gunung membuat punggung menerima beban baru selain beban hidup selama perjalanan menuju puncak Gunung Andong. Sendiri menjalani pendakian ternyata sedikit lebih berat, bergumam dengan kesendirian di tengah hutan membuat Angkasa semakin yakin kalau manusia memang membutuhkan satu sama lain untuk hidup.

Setelah duduk sejenak dan berjalan kembali, di jalur pendakian Angkasa menemukan satu orang yang tengah duduk di dalam shelter. Orang berselimutkan jas hujan itu sedikit membuatnya parno, orang yang duduk terdiam itu Angkasa kira bukan mahluk sepertinya. Namun Angkasa harus melewati shelter itu dan memberanikan diri untuk menyapa. Syukur terbesar diucapkan oleh laki-laki yang hampir berteriak di tengah hutan. Sapa hangat Angkasa itu dibalas dengan suara yang normal. Kemudian, Angkasa duduk dengannya dan mencoba bercerita dengannya. Seorang wanita asal Bandung ini ternyata tertinggal oleh kelompoknya yang sudah lebih dulu ke atas. Dan sebagai pemula pun Angkasa sedikit sok berani untuk menemaninya bersama menuju puncak.

Bertukar cerita tentu saja tidak dapat dihindarkan selama langkah dua orang saling kenal itu semakin jauh meninggalkan shelter. Wanita yang kuat itu bercerita kenapa dirinya mau mendaki sebuah gunung. Dia mencintai alam karena tidak pernah mengecewakan walaupun harapan yang ditaruh kepadanya tidak selalu terkabul. Kadang cuaca, hujan, dan panorama yang tidak sesuai ekpektasi memang seharusnya mengcewakan namun tidak sepenuhnya karena semua keindahan itu hanya sebuah hadiah untuknya dan bukan menjadi sebuah tujuan.

Angkasa yang mendengar itu sedikit tidak percaya, sebuah harapan yang tidak terkabul tetap bisa membawa kebahagiaan atau mungkin memang dirinya yang belum pernah mengalaminya secara langsung. "Ah tidak mungkin" kata Angkasa kepada perempuan itu yang selesai bercerita. Dan dia pun hanya tersenyum dan menyemangati Angkasa sambil terus berjalan lebih cepat karena belokan terakhir menuju camp area sudah terlihat.

Dengan langkah-langkah kecil dan nafas yang terengah-engah, Angkasa berhasil mencapai puncak Gunung Andong. Wanita asal Bandung itu pun bergabung dengan rombongannya dan mengajak Angkasa untuk beristirahat sejenak sebelum dirinya mendirikan tenda sendiri. Suasana gunung membawa Angkasa pada ingatan itu lagi, Hana dan Sandhy. Melihat seorang wanita dan pria yang bersendagurau di dalam tenda membahas cinta yang belum tentu abadi.

Setelah tenaga laki-laki itu kembali terisi dengan kehangatan yang rombongan itu berikan, kata terimakasih diberikan kepada oleh wanita asal Bandung tadi. Dan akhirnya Angkasa pun mencari tempat yang cocok untuk mendirikan tenda.

Angkasa pun meletakkan beban punggung yang berisi kenikmatan untuk menemaninya dalam kesendirian ini. Tempat yang dia pilih untuk mendirikan tenda adalah tempat paling indah karena di depan jurang yang menghadap arah timur, harapannya adalah ketika terbangun dari tidur nanti dia akan disapa oleh mentari pagi sama seperti saat di Gunung Prau.

Ruang SinggahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang