"Kamu di sana belajar yang baik ya Sa." Kata Ayah Angkasa melepas anaknya di stasiun kereta.
Orientasi dimulai dengan keadaan Angkasa yang sudah melupakan perasaannya. Kerasnya tekanan mental dari kakak tingkat membuat beberapa rekannya hanya bisa menunduk dan diam tanpa suara. Tidak tahu mengapa Angkasa tidak mau menunduk dan terus menatap ke arah orator. Orientasi yang bermaksud memberikan nilai kepada mahasiswa baru justru malah membuat laki-laki itu membencinya.
Orientasi membuat dia merasa tidak berada di tempat yang tepat. Tugas yang diberikan sangat banyak dan menyita waktunya untuk belajar hal lain, ditambah tugas harus dikerjakan secara komunal dengan alasan harus bergerak sebagai satu angkatan. Sanni juga sama, dia selalu bercerita jika hari- harinya lebih melelahkan. Mereka tidak bisa bertemu karena sama-sama harus menyelesaikan tugas yang begitu banyak.
Satu minggu berlalu dan masa orientasi pun selesai. Namun jika untuk mahasiswa teknik seperti Angkasa, ini semua baru permulaan. Banyak hal yang harus dilalui untuk menuntaskan diri agar dianggap sebagai mahasiswa teknik. Dirinya sudah tidak peduli dengan itu semua karena ketidakjelasan ini sudah terasa sejak awal. Sanni mengatakan jika di jurusannya tidak begitu parah, namun justru belajar tentang kedokterannya yang mematikan. Setiap hari Sanni harus belajar dengan keadaan kamar yang berantakan. Sesekali Angkasa mengintip kamar Sanni, bukan karena hal mesum, namun memastikan perempuan baik-baik saja.
Suatu hari ada sebuah pertandingan final bola basket antar fakultas teknik dan fakultas hukum. Mahasiswa baru diharuskan untuk datang dan menjadi pendukung untuk masing- masing pihak. Angkasa pun sangat tertarik, akhirnya ada hal menyenangkan di kampus ini. Angkasa pun mengatakan pada Sanni bahwa malam ini dia tidak bisa makan malam bersama. Namun Sanni melarang untuk datang karena biasanya akan terjadi kericuhan. Tentu hal itu membuat Angkasa sedikit kesal dengan Sanni karena baru kali ini dia melarang Angkasa untuk melakukan hal yang dia sukai. Setelah berdebat panjang Sanni pun menyerah dan tidak membalas pesan Angkasa lagi.
Setelah shalat isya, pertandingan dimulai dengan suara setiap pendukung memenuhi lapangan. Poin demi poin terus tercetak dari masing-masing tim. Keseruan pertandingan itu dilihat oleh banyak sekali mahasiswa. Ada mahasiswa yang di tribun, ada yang tepat di belakang ring basket, ada yang di atas gudang, dan ada yang di atas pagar besi, dan disitulah Angkasa sambil memegang bendera milik fakultasnya.
Saat pertandingan akan berakhir, kedua supporter makin menjadi-jadi. Keadaan pertandingan yang imbang membuat kedua tim semakin panas dan terkadang bermain kasar. Supporter dari kedua tim saling mengeluarkan kata-kata yang seharusnya tidak keluar dari mulut seorang yang terdidik seperti mereka. Di sini Angkasa mulai menanyakan, dimanakah nilai yang kalian berikan kemarin kepada mereka mahasiswa baru?
Tiba-tiba tepat di depan Angkasa dua botol plastik berisi air minum terbang ke arah pendukung fakultas teknik dan satunya ke fakultas hukum. Kericuhan pun terjadi secara tiba- tiba, pertandingan dihentikan sementara karena kericuhan tersebut. Angkasa yang takut bergegas turun dan tak sadar jika tangannya terkena ujung jari besi dan menyebabkan darah keluar dari tangan kanannya. Angkasa tetap keluar dari lapangan pertandingan bergegas ingin pulang dan mengobati lukanya. Angkasa berjalan sambil memegang tangan kanan yang darahnya terus keluar. Darah yang terus keluar membuat laki-laki itu pun menutupi luka dengan handuk yang dia bawa.
Saat dirinya masuk ke dalam area kosan, ada seseorang yang sedang duduk dengan rambut panjang dan terus menatap ke arahnya. Perempuan itu berjalan ke arah Angkasa dan tidak berkata apapun. Tangan Angkasa dipegang olehnya dan matanya tiba-tiba beralih menatap ke wajahnya, tangan kanannya bergerak ke atas dan memukul pipi Angkasa dengan keras.
"Jadi ini yang kamu cari disni?" Sanni marah hebat, matanya tajam namun berkaca-kaca.
Sanni mengambil beberapa kapas untuk melihat luka Angkasa apakah parah atau tidak. Dan beruntungnya itu hanya luka kecil yang panjang jadi tidak perlu penanganan khusus. Sanni tidak berbicara apapun setelah itu dan langsung masuk ke kamarnya. Angkasa juga tidak terlalu banyak bicara dan hanya mengatakan maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Singgah
Roman d'amour"Menurut Angkasa bagaimana?" Kalimat yang muncul dari perempuan yang tidak disadari keberadaannya. Perempuan yang menjelma menjadi ruang singgah bagi sosok laki-laki yang entah apa tujuan hidupnya. Angkasa adalah orang yang tidak memiliki tujuan hi...