"Undangan Pendakian"

2 0 0
                                    

    "Sa, jangan lupa belajar di semester dua ini." Natasha melemparkan tisu bekas ke muka Angkasa.

    Kadang sesuatu yang tidak diduga dan berada di luar rencana muncul dan mengubah jalan hidup seorang manusia. Begitu juga dengan Angkasa, selain tamparan keras Pak Marsito, sesuatu yang tidak terduga muncul dalam dunianya dan membuat ruang yang Angkasa tempati sekarang menjadi ruang yang ingin dia tinggalkan.

    Angkasa yang terduduk dalam lamunan tak jelas tiba-tiba tersadar dan tidak berhenti menatap manusia yang masuk ke dalam kelasnya. Angkasa terus bertanya dalam lamunannya karena tak tahu siapa dia dan darimana asalnya. Mereka tidak saling menyapa bahkan tidak saling memandang tapi Angkasa sudah terlanjur terpana dengan perempuan berwajah eksotis itu. Cinta pandangan pertama? Sepertinya begitu, ketika Angkasa menatapnya tidak tahu mengapa hatinya sedikit mulai memiliki rasa tenang. Perempuan berambut panjang bergelombang berwarna hitam itu mengubah dunianya. Senyum tipis yang sebenernya terlihat sedikit mesum mulai muncul dari wajah Angkasa dan pemandangan itu dilihat oleh Natasha yang sedang mengurus keuangan di kelas.

    "Woi!" Natasha melempar kertas ke Angkasa.
   
"Kenapa?" Angkasa sambil melempar kertas balik.
   
"Mau kenalan sama dia?" Tanya Natasha.
   
"Nanti juga kenal sendiri, seorang putri akan tetap menemukan pangerannya." Angkasa justru terlalu percaya diri.
   
"Idih, najis! Pangeran apa yang modelnya kayak kamu itu." Natasha membuang wajah dan kembali ke pekerjaannya.

    Penasaran dengan apa yang perempuan itu tempel, Angkasa tergerak untuk membaca kertas kecil yang baru saja ditempel dalam kaca tipis yang orang sebut majalah dinding itu. Angkasa tersenyum kecil membacanya, ternyata perempuan itu adalah seorang pecinta alam dan organisasinya sedang membuka ruang untuk orang lain diluar keanggotaan untuk melakukan sebuah pendakian. Tanpa berpikir panjang Angkasa memutuskan untuk mengikuti pendakian itu asalkan dirinya menemukan perempuan itu juga ada di sana.

Angkasa berpikir karena ini adalah pendakian pertamanya dan lelaki punya tujuan yang sedikit berbeda, tak hanya mencoba mencintai alam raya tetapi juga ingin mencintai seorang wanita yang baru saja ditemuinya. Semesta memberikan peluang yang harus Angkasa ambil untuk lebih dekat dengan perempuan itu. Iky dan Idoy yang baru saja masuk ke kelas dan langsung merangkul Angkasa. Mereka ikut membaca majalah dinding yang terus dipandangi oleh Angkasa.

"Pendakian Terbuka Gunung Prau, ikut Ky?" Tanya Idoy.

"Kalau Natasha ikut, aku ikut." Jawab Iky.

"Nat! Ikut tidak?" Teriak Idoy.

"Kemana?" Natasha mendekat.

"Nih, naik gunung" Idoy mencabut poster itu dari majalah dinding.

"Kapan itu? Kalau dekat dengan UAS tidak dulu, lebih baik belajar daripada bermain- main." Natasha merusak suasana.

"Tidak, ini minggu depan." Angkasa tiba-tiba berbicara.

"Jadi?" Tanya Idoy dengan mata berbinar.

"Sepertinya kalian sangat memerlukanku, tapi ini pendakian pertamaku jadi jangan banyak berharap." Iky pun menyenggol badan Natasha dan mereka saling pukul di kelas. Natasha menjadi orang yang periang dan tidak membosankan lagi. Wajah cantiknya yang dulu tidak terawat sekarang mulai dikenal banyak orang dan menjadi populer di sekolah.

Sedikit ada rasa takut muncul dalam diri Angkasa, pendakian bukan hal yang biasa dia lakukan, bahkan ini pertama kalinya untuknya menjajaki sebuah gunung dan hutan. Bukan hanya Angkasa, pendakian ini adalah pertama kali untuk mereka berempat. Bayangan yang kurang enak pun mulai terlihat, seperti diserang binatang buas, terkena badai, atau terkena tanah longsor. Bukan hanya itu, bahkan ilmu apapun tentang pendakian tidak pernah sedikit pun mereka ketahui. Tapi, Angkasa sudah dibutakan oleh silau indahnya perempuan berwajah eksotis  itu dan akan mencoba bersikap berani.

Ketidaktahuan itu membuat Angkasa memiliki kesempatan untuk lebih dekat dengan perempuan itu sebelum pendakian. Laki-laki itu memberanikan diri untuk bertanya informasi apapun terkait pendakian kepadanya. Beruntungnya, nomor ponsel yang tertera pada poster itu adalah milik perempuan yang Angkasa suka. Dan dari nomor itulah Angkasa dan perempuan itu berkenalan, walaupun butuh waktu lama untuk Angkasa mengumpulkan keberanian.

Ruang SinggahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang