"Keluarga Kedua"

0 0 0
                                    

"Sekali lagi nih. Kamu ngga mau tahu jawabanku?" Tanya Sanni.

Sanni dan Angkasa kembali menjalani hari-hari di indekos dengan suasana yang berbeda. Tidak berpacaran namun berkelakuan seperti pasangan. Pak Sutoyo dan Bu Win melihat mereka yang seperti itu mulai mengerti apa yang terjadi pada dua orang itu. Lelaki berkumis dan berbadan sedikit gemuk itu mendatangi mereka berdua ketika mereka pulang dari menikmati dunia hanya berdua.

"Angkasa darimana sama Sanni? Sudah beda aura ini." Kata Pak Sutoyo menggoda Angkasa dan Sanni.

"Dari jalan-jalan di sekitaran Margonda saja pak." Jawab Angkasa.

"Capek tidak, malam ini main bulu tangkis bisa tidak? Nanti bapak traktir makan mi ayam sama kopi deh." Ajak Pak Sutoyo.

"Wah, tidak bisa pak. Tidak bisa menolak, hehe." Jawab Angkasa.

Mata Pak Sutoyo berpindah. "Sanni bagaimana?"

"Saya ikut tapi melihat saja pak, kaki saya masih sakit karena pendakian kemarin." Sanni menunjukkan kakinya.

"Wah iya, mau lihat pacarnya saja ya?" Sekarang beliau menggoda Sanni.

"Bukan pak." Jawab Angkasa dan disambut mereka yang tertawa bersama.

Angkasa merasa indekos ini adalah keluarga baru untuknya. Jauh dari keluarga di kampung halaman membuat rindu terus menumpuk, namun kehangatan keluarga kedua ini membuat rasa rindunya terobati walaupun tidak seluruhnya. Pak Sutoyo sangat menyayangi Angkasa dan Sanni, selain mereka mudah bergaul, mereka juga sangat perhatian kepada Pak Sutoyo dan Bu Win. Sesekali Angkasa dan Pak Sutoyo bersama membersihkan indekos sedangkan Sanni dan Bu Win memasak bersama di dapur.

Bulu tangkis adalah hal yang membuat Angkasa dan Pak Sutoyo semakin dekat. Setiap minggu, minimal satu kali mereka bertemu untuk melakukan olahraga itu. Angkasa kadang tidak menyangka perjalanan sejauh ini membawa kepada cerita yang indah seperti ini. Kehangatan antara Angkasa dan Pak Sutoyo semakin erat setiap harinya. Pak Sutoyo benar- benar menjadi sosok ayah untuk Angkasa dan selalu memberikan saran serta teguran untuk Angkasa jika dia sedang dalam masalah atau membuat masalah. Senyum laki-laki tua yang umurnya sudah masuk kepala lima itu selalu membuat Angkasa merasa tenang.

Suatu hari Angkasa dan Sanni hendak berpergian keluar kota karena Sanni diberikan waktu libur oleh kampus. Mereka hendak pergi dan berkeliling Kota Bandung. Mereka akan pergi untuk tiga hari dan tentunya membutuhkan tempat untuk bernaung selama tiga hari itu. Ketika mereka ingin bergegas pergi dari indekos, mereka meminta izin kepada Pak Sutoyo dan Bu Win. Namun bukan izin yang diberikan justru larangan dan itu membuat Angkasa dan Sanni bingung.

"Kalian tidak boleh pergi!" Kata Pak Sutoyo.

"Kenapa Pak?" Tanya Angkasa dan turun dari motornya.

"Kalian bagaimana tidurnya? Bagaimana makannya?" Tanya Bu Win yang ternyata hanya khawatir.

"Kami mungkin akan di rumah sewa atau hotel murah Pak. Dan saya janji tidak macam- macam." Perkataan disambut Sanni dengan memukul tangan Angkasa.

"Tidak boleh." Jawab Pak Sutoyo singkat dan membuat Angkasa dan Sanni menunduk bingung.

"Tidak boleh kalau kalian tidak pake rumah bapak yang di Bandung." Kata Pak Sutoyo.

"Maksudnya Pak, Pak Sutoyo mau ikut?" Tanya Sanni.

"Ah tidak, bapak ada rumah di Bandung. Di sana ada pembantu yang menjaga, jadi kalian bisa pakai dan bisa jaga Sanni dari Angkasa kalau dia aneh-aneh." Sambil memandang Angkasa.

"Pak Sutoyo pikirannya negatif kalau ke saya." Sahut Angkasa.

"Ya sudah, ini alamatnya. Nanti ketemu sama Bu Wati di sana." Kata Pak Sutoyo sambil memberikan secarik kertas.

Ruang SinggahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang