▪︎chapter 6: bra 🔞▪︎

56.5K 724 10
                                    

Raka tiba di depan pintu rumah dr. Runi tepat pada pukul 8 malam dan tidak butuh waktu lama sampai akhirnya Rana membukakan pintu untuknya. Mereka memang sempat membuat janji untuk bertemu hari ini mengingat mereka sudah hampir seminggu ini tidak bertemu karena kesibukan masing-masing. Maka dari itulah Raka berusaha semaksimal mungkin untuk menemui Rana langsung di kediaman dr. Runi meskipun ia begitu lelah setelah pergi bekerja seharian dan rencananya mereka berdua akan makan malam bersama di luar. Kebetulan Kemal sedang tidak ada di rumah karena pemuda itu sedang menginap di rumah temannya sementara dr. Runi masih sibuk di rumah sakit sehingga Rana sendirian saja di rumah malam ini.

Keduanya sudah berada di dalam rumah dan tak lupa Rana mempersilakan Raka untuk duduk di ruang keluarga. Gadis itu pergi ke dapur sebentar untuk membuat minuman meskipun sebelumnya Raka sudah mengatakan bahwa itu tidak perlu, toh sebentar lagi mereka berdua juga akan segera keluar. Tapi, Rana sudah telanjur pergi sehingga Raka memilih menunggu saja sembari duduk di ruang keluarga. Pria itu melirik ke tas belanja yang sebelumnya diserahkan oleh Della kepadanya agar bisa diberikan langsung kepada Rana sebagai salah satu barang seserahan yang akan diberikan pada saat lamaran mereka akhir bulan ini. Benar sekali, ia meminta bantuan Della untuk urusan yang satu ini. Rasanya tidak mungkin jika Raka yang menentukan mengingat benda yang dimaksud adalah bra, celana dalam, dan pastinya lingerie.

"Ini diminum dulu, Pak," sahut Rana sembari menaruh secangkir teh hangat di atas meja dan kemudian gadis itu duduk di sebelahnya.

"Iya. Makasih," balas Raka seraya meraih cangkir tehnya dan menyesap minuman itu perlahan-lahan. Lalu, ia melirik tas belanja di sebelahnya. "Oh iya, saya hampir lupa mau ngasih ini ke kamu."

"Ngasih apa, Pak?" tanya Rana.

Raka menyerahkan tas belanja itu kepada Rana. "Salah satu buat seserahan pas lamaran nanti. Saya yang minta Della buat nyari dan milihin. Saya nggak tau selera kamu dan ... yah, nggak tau juga ukuran yang pas berapa. Nanti kamu coba aja. Kalo kurang pas, kamu bilang sama Della. Tapi, kalo udah pas nanti mau saya bawa lagi."

"Oh, oke kalo gitu," Rana mengangguk paham sebelum ia memeriksa isi di dalam tas belanja tersebut dan berikutnya mendadak ia beranjak berdiri. "Saya coba sekarang aja, ya? Biar langsung tau ukurannya pas atau nggak. Kayaknya saya mau coba di kamar saya aja deh, Pak."

"Boleh. Saya tunggu di sini jadi nanti kamu kasih tau aja hasilnya gimana," kata Raka sebelum kembali menyesap tehnya.

" ... Pak Raka yakin mau nunggu di sini aja?" tanya Rana dengan pandangan yang sulit diartikan. "Kalo misalnya Pak Raka mau, ikut saya ke kamar juga nggak apa-apa kok."

Tepat pada saat itulah Raka menyemburkan teh di dalam mulutnya hingga pria terbatuk-batuk tidak karuan karena tersedak setelah mendengar ucapan Rana yang sungguh di luar dugaan. Raka menatap Rana dengan kedua alis yang mengerut dalam dan ia bisa melihat kalau Rana sama sekali tidak bercanda dengan tawarannya tersebut. Hanya saja, mengapa mendadak gadis itu mengajaknya ke kamar sekarang? Raka pikir justru Rana berusaha menjaga dirinya sebaik mungkin setidaknya sampai hari pernikahan mereka berdua tiba.

Raka berdeham pelan sebelum bicara. "Rana, ada satu hal yang perlu kamu tau. Mungkin di mata kamu saya itu nggak mesum kayak Martin atau mungkin juga kayak Nando atau yaaah temen-temen kamu yang cowok lainnya. Tapi, yang perlu kamu inget adalah bukan berarti saya nggak bisa dipancing. Saya itu manusia biasa dan udah jelas saya laki-laki normal yang pasti punya hawa nafsu. Jadi, kalo kamu nggak siap sama risikonya, jangan coba-coba nawarin saya yang kayak begitu."

"Saya nawarin Pak Raka buat ikut ke kamar saya karena saya butuh bantuan Pak Raka buat lepas sama masangin pengait bra-nya. Saya juga butuh pendapat Pak Raka soal penampilan saya dan saya nggak keberatan karena nanti kan Pak Raka juga bakal jadi suami saya. Kalo mau liat dari sekarang juga nggak masalah," ujar Rana sebelum gadis itu berjalan mendekat dan mendaratkan sebuah kecupan singkat di sudut bibir Raka. "Saya tunggu di kamar, ya. Jangan lama-lama minum tehnya."

SPOUSE 🔞 ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang