▪︎chapter 31: being honest▪︎

8.7K 220 2
                                    

Kepulangan Raka ke rumah sore ini disambut oleh istri dan putra tercintanya di ruang keluarga, seketika saja kepenatan yang ia rasakan sepanjang hari hingga di perjalanan pulang tadi langsung hilang entah ke mana. Melihat kepulangannya tersebut dan atas permintaan Rana pula membuat Bi Sri langsung menyiapkan menu makan malam hari ini di atas meja makan. Sementara menunggu Bi Sri selesai menyediakan semuanya, Rana pun menyiapkan makan malam untuk Raja yang sudah berusia 6 bulan sehingga putra mereka itu sudah bisa diberi MPASI. Seraya menunggu Rana selesai, Raka memberikan waktu miliknya yang tersisa untuk menemani Raja bermain di dalam playpen.

Sejujurnya, Raka masih merasa canggung untuk mengajak putranya bermain karena ia ingat sekali dulu ia pun tidak pernah menggendong ataupun mengajak bermain adiknya saat masih bayi. Raka adalah orang yang sibuk sejak dulu hingga sekarang dan kini ia menyesali hal itu, tentu saja Raka tidak ingin kecanggungan ini terus berlangsung karena ia khawatir hal semacam ini akan membuatnya tidak dekat dengan Raja saat anak itu sudah besar. Sebisa mungkin ia menanggapi apapun yang dilakukan oleh putranya dan terkadang Raja mengocehkan sesuatu yang sama sekali tidak Raka mengerti. Untung saja tidak butuh waktu lama bagi Rana selesai menyiapkan makanan Raja sehingga Raka bisa pergi untuk mandi sebelum mereka makan malam bersama.

Hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja bagi Raka untuk mandi sampai akhirnya pria itu turun ke bawah untuk bergabung dengan Rana yang sudah menunggu di meja makan. Ia melihat sekilas ke arah Raja yang tengah terlelap di pangkuan Bi Sri dengan mulut yang masih menghisap dot pada botol susu miliknya. Setelah duduk di kursinya pun Raka dan Rana mulai menikmati hidangan makan malam yang tersedia, tak ada dari keduanya yang membuka obrolan hingga Raka memutuskan untuk membuka topik pembicaraan mengingat belakangan ini ia memang jarang berbincang dengan istrinya.

"Gimana bulan pertama kamu kerja lagi?" tanya Raka sebelum menyesap air mineralnya dan pria itu kembali bicara. "Saya baru inget belum pernah tanya-tanya soal itu ke kamu. Semua lancar?"

"Lancar. Selama sebulan ini saya belum nemu kendala. Orang-orang di tempat kerja juga pada baik semua dan rekan-rekan saya di bagian legal ramah juga meskipun banyak yang lebih tua daripada saya. Jadi, kalo ada yang saya kurang paham lebih enak buat bisa tanya-tanya," ujar Rana yang ditanggapi Raka hanya dengan anggukan kepala singkat. "Tapi, momen sebelum masuk kerja itu di perusahaan yang sekarang entah kenapa lebih gampang daripada yang sebelumnya. Padahal setau saya masih ada step terakhir sebelum keputusan final saya diterima atau nggak, tapi saya cuma sampe bagian interview terus langsung disuruh masuk kerja hari Senin besoknya."

"Mungkin interview kamu sebagus itu," kata Raka berusaha berpikiran positif. "Mungkin juga karena dia liat latar belakang pendidikan kamu. Maksud saya, yah ... kamu taulah di sini kayak gimana kalo liat lulusan luar negeri."

"Tapi, orang HRD nggak liat ijazah saya sih sewaktu interview. Yah, mungkin liat sekilas. Waktu interview itu, dia malah lebih banyak ngeliatin KTP saya daripada liat ijazah saya," ucapan Rana tersebut lantas membuat Raka berhenti mengunyah makanannya. "Terus menurut saya jawaban yang saya kasih nggak begitu istimewa. Yah, mungkin ada beberapa menurut orang HRD-nya yang istimewa. Kita kan nggak pernah tau pendapat orang gimana, namanya juga menilai. Cuma menurut saya tuh dia lebih banyak nanya hal-hal yang menurut saya nggak penting buat dia tau."

"Emang dia nanya apa aja?" tanya Raka.

"Hmm," Rana berusaha mengingat-ingat. "Awal-awal sih dia nanya hal yang biasa aja kayak alasan tertarik join ke perusahaan terus cuma sedikit nanya saya dulu lulusan mana sama ambil konsentrasi apa. Dia nggak nanya apa saya terdaftar di PERADI atau nanya saya sempet ikut ujian profesi atau nggak sama juga nggak nanya kenapa saya nggak lamar kerja ke KEMENLU atau minimal kerja di law firm aja. Padahal dulu waktu saya iseng kerja jadi jurnalis aja saya ditanya-tanya begitu. Tapi, HRD di perusahaan yang sekarang ini malah nanyain, 'Ini alamat rumah kamu yang sekarang?' terus 'Status kamu masih belum kawin rupanya, ya,' dan yaaah pokoknya begitu deh."

SPOUSE 🔞 ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang