Part 2

43 6 1
                                    

“Pril, lo dimana? Bentar lagi praktikumnya dimulai” Panik Puput

“Ini udah depan fakultas elah. Di lantai dua kan?”

“Iya buruan sini”

“Iya iya”

April memastikan barang-barangnya sudah tidak ada yang tertinggal. Sekarang sudah pukul 07.45 pagi dan praktikum akan dimulai dalam 15 menit. Hanya saja sebelum itu mereka akan di beri pertanyaan sebelum benar-benar masuk ke laboratorium. Sekedar untuk memastikan apakah mereka sudah mempelajari materi dan penuntun praktikum yang telah diberikan. Terlebih pandemi yang belum berakhir membuat mereka terpaksa menjalankan praktikum dengan segala peraturan yang ketat dan lebih disiplin.

“Put” panggil April ketika melihat sahabatnya

“Lo kok lama banget sih? Tes nya mau mulai”

“Rumah tante gue dari kampus jauh ya kalau lo lupa. Gue udah berangkat dari pagi tapi macet”
April melirik ke arah beberapa seniornya yang sepertinya adalah asisten laboratorium mereka kali ini.

“Put, mereka yang bakal uji kita?”

“Iya. Nanti di absen kok itu. Kak Lio ganteng banget ya pake kemeja” bisik Puput

“Sempat-sempatnya ya lo. Belajar dah” April hanya tersenyum kecil mendengar penuturan sahabatnya

Tak berapa lama setelah April selesai berbicara, pintu laboratorium dibuka oleh Lio. Meskipun sebagian wajah Lio ditutupi oleh masker, April menyadari bahwa raut wajah kakak tingkatnya itu berbeda dengan dua hari lalu. Rautnya saat ini terlihat lebih datar, tanpa senyum, lebih tegas dan entahlah ia terlihat lebih berwibawa.

“Kalian bentuk satu barisan ya. Urut sesuai nama yang akan disebutkan sama Kak Dyfan"

Teman Lio yang bernama Dyfan pun mulai menyebutkan nama peserta laboratorium sesuai absen yang diberikan kepadanya. Dan sialnya nama April berada pada urutan pertama. Gadis itu sedikit terkejut ketika diminta untuk maju ke depan, tepat di hadapan Lio. April mengangguk sekali saat matanya bertatap dengan Dyfan dan Lio. Setelahnya ia memilih untuk menundukkan kepala. Karena jujur saja, tatapan Lio sedari tadi sangat tajam dan itu membuat April merasa sedikit terintimidasi. Ia hanya berharap semoga pertanyaan yang diberikan tidak sulit dan ia bisa menjawabnya dengan baik.

“Ok, April Dwi Ratnaduhita”

“Iya kak”

“Kamu tau berapa praktikum apa yang kita lakukan hari ini?” Lio bertanya dengan nada datar

“Iya kak, tau. Kita akan melakukan dua praktikum untuk hari ini”

“Ok, Kalau begitu sebutkan judul, tujuan serta alat dan bahan praktikum pertama kita hari ini”

April sempat terdiam beberapa saat. Syukurnya ia tau semua jawaban dari pertanyaan Lio. Hanya saja ia bingung kenapa harus banyak sekali yang dipertanyakan. Kendati seperti itu, ia tetap menjawab pertanyaan tersebut dengan lancar.

Mendengar jawaban April, Lio hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia menuliskan nilai pada lembar absen. April tidak sengaja melihat nilai yang diberikan dan langsung menarik kedua sudut bibirnya. Ia diberi nilai 90. Sebuah awal yang baik untuk memulai praktikum di semester ini.

“Masuk.” Perintah Lio singkat

“Terima Kasih kak” Ucap April masih dengan mata yang menyipit karena tersenyum

April cukup terpanah saat masuk kedalam laboratorium kampusnya. Ini pertama kalinya ia masuk ke laboratorium yang bisa dibilang lengkap bila harus dibandingkan dengan laboratorium di SMA nya dulu.

“Dek, lo kelompok berapa?” tanya asisten laboratorium yang bernama Ian

“kelompok 1 kak” jawabnya sopan

“Lo diujung sana ya”

“baik kak”

Pre-Test masih terus berlangsung. Satu persatu dari teman-teman April pun mulai memasuki laboratorium. Namun, Lio benar-benar tegas. Beberapa temannya tidak dibiarkan masuk karena tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan. Bahkan ada yang disuruh pulang saja karena atribut laboratoriumnya tidak lengkap.

Hal tersebut membuat keadaan laboratorium sedikit tegang. Sepertinya mereka akan diberi hadiah setelah ini. Dan benar saja setelah Lio selesai menguji seluruh praktikan, ia berdiri dihadapan semuanya dengan raut wajah yang lebih datar daripada tadi.

“Kalian itu datang kesini untuk melakukan praktikum. Masuk ke laboratorium bukan ke tempat wisata. Pada saat asistensi umum bukannya sudah disampaikan seluruh peraturannya. Kenapa masih ada saja yang melanggar?”
Lio menghela napasnya lelah

“Bilang ke teman-teman kalian yang akan praktikum setelah ini. Patuhi semua peraturannya atau kalian tidak akan ikut. Untuk yang tidak tau atau lupa dengan peraturannya silahkan hubungi temannya yang tau. Tetap saling merangkul satu sama lain. Ian ambil alih” Lio melangkah kesamping dan membiarkan temannya mengambil alih.

“Ok baik. Sebelum kita mulai, kami sebagai tim asisten ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu. Saya Ian. Lalu teman saya yang berkacamata itu namanya Dyfan. Dan yang tadi menguji kalian itu Lio. Lio itu koordinator asisten untuk mata kuliah ini. Baiklah saya srasa kita sudah bisa mulai ya”

Setelah menyampaikan itu, praktikum pun akhirnya dimulai. Gelombang pertama ini hanya terdiri dari tiga kelompok yang beranggotakan lima orang dalam setiap kelompok. Kelompok April sendiri diawasi oleh tim asisten yang bernama Ian.

Praktikum berjalan selama beberapa jam. Selama itu April tidak mengalami terlalu banyak kesulitan. Hanya saja, setelah praktikum telah dilakukan dan hasil setiap kelompok telah didapatkan mereka diminta untuk mempresentasikan hasil tersebut dihadapan teman-teman dan tim asisten sendiri.

“Okay, baik teman-teman sekalian. Post test nya ada dua tahap ya. Yang pertama akan diuji secara lisan dan yang kedua tulisan. Untuk pengujian secara lisan, kalian akan diuji oleh masing-masing asisten yang mengawasi kelompok kalian selama praktikum tadi berlangsung” Jelas Dyfan

“Pengujian selanjutnya dilakukan secara bersamaan untuk seluruh peserta dengan soal yang dibacakan. Sekarang silahkan mempersiapkan dirinya. Lima menit lagi kita mulai post test nya.” Lanjut Ian

Praktikan yang tidak terlalu memperhatikan praktikum dan penjelasan asisten tentunya merasa panik. Dikelompok April sendiri, teman-temannya sibuk bertanya segala macam hal kepada gadis itu. Karena hanya gadis itulah yang sedari tadi aktif memberikan pendapat ataupun argumen. Tidak tau berbeda dengan kondisi Puput saat ini. Jika April bisa dengan tenang menjawab pertanyaan teman-temannya maka Puput lebih ke yang heboh dan rusuh.

“Sudah waktunya Post Test. Letakkan semua penuntun kalian di depan. Dan tim asisten dipersilahkan untuk menguji” Lio berkata dengan suara yang cukup keras
Pertanyaan demi pertanyaan mulai di lontarkan. Mereka yang memperhatikan tentu tidak memiliki kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Namun mereka yang hanya menganggap praktikum ini hanya “permainan” tentu kesulitan dalam beberapa pertanyaan. Apalagi tim asisten benar-benar tegas saat menguji mereka. Cukup berbeda dengan suasana praktikum yang lebih bersahabat bahkan diselingi tawa.

Setelah hampir 30 menit, post test akhirnya selesai. Tim asisten langsung memberikan format laporan yang selanjutnya akan menjadi tugas utama April, Puput dan kawan-kawannya. Jujur saja baru melihat format laporan yang diberikan, April sudah sangat stress. Ia sudah terbayang bagaimana kehidupannya selama satu semester kedepan yang akan dipenuhi oleh asistensi, mencari jurnal, revisi dan revisi lagi.

Gadis itu menghela napasnya pasrah. Ia ingin bersantai tapi ingin nilainya tetap baik-baik saja. Ya, sebuah hal yang tak mungkin terjadi. April kembali memfokuskan pandangannya ke arah tim asisten yang berbicara diatas. Tapi sepertinya ia menyesal melakukan itu. Lio menatapnya sangat tajam yang membuat gadis itu langsung duduk tegak. Sepertinya ia melihat saat April menghela napas. Semoga saja ia tidak mendapatkan pria itu sebagai asistennya.

“Baiklah. Terima kasih atas kerja keras kalian hari ini. Jangan capek dulu karena kedepannya masih banyak yang harus kalian hadapi. Untuk pembagian asistennya akan di beri tau langsung oleh koordinator asisten. Dengarkan dan langsung diskusikan kapan kalian akan asistensi pertama” Ian menyelesaikan penuturannya.

“Iya kak” jawab seluruh praktikan serempak.

“Karena saya sudah capek dan kalian juga begitu. Saya langsung saja ya. Untuk kelompok tiga silahkan asistensikan laporannya ke Dyfan. Kelompok dua ke Ian. Dan kelompok satu ke saya ya.”

April hampir tidak bisa mengontrol ekspresi wajahnya. Doanya tidak dikabulkan Tuhan kali ini.

“Baiklah, sampai di sini saja ya praktikum hari ini. Terima kasih atas waktu dan perhatiannya. Tetap jaga kesehatan dan patuhi protokol yang ada. Kalian bisa meninggalkan ruangan. Perwakilan kelompok satu tunggu saya sebentar ya” Ujar Lio yang kembali ramah(?)

Setelah membereskan ruangan laboratorium kembali seperti semula, para praktikan mulai meninggalkan ruangan tersebut. Mereka keluar satu persatu dengan tertib.

“Eh perwakilan kelompok siapa?”

“Lo aja Pril”

“Kok gue sih?” April tidak terima dengan usul anggota kelompoknya

“Lo aja udah. Itu Kak Lio udah nunggu. Diantara kita berlima yang nggak kena marah sama dia pas di pintu tadi cuman lo doang” Bisik anggota lainnya.

April melirik ke arah kakak tingkatnya lalu kearah teman-temannya yang sudah sangat memelas. Ia menghela napas pelan dan memilih mengalah.

“Oke. Gue yang ke Kak Lio. Awas ya lo pada”

“Put tungguin gue ya didepan” April menyempatkan memberitau sahabatnya agar mereka bisa pulang bersama

“Iya. Sip” Puput mengacungkan jempolnya.
Sekarang di lab hanya tinggal April dan tim asisten. Ia menghela napasnya pelan sebelum menghampiri Lio yang sepertinya sedang melihat tugas pendahuluan yang menjadi salah satu syarat mengikuti praktikum tadi.

“Permisi kak” Tanya April agak takut.

Lio mendongakkan kepalanya dan meminta April untuk menunggu sebentar.

Mata April melirik kertas yang diberi nilai oleh Lio dan baru sadar kalau itu tugas miliknya. Kakak tingkatnya ini sengaja memeriksa miliknya sekarang atau hanya kebetulan saja?

“April kan?”

“iya kak”

“Nanti kamu buat grup ya di Whatsapp. Add nomor saya dan anggota kelompok satu. Tapi sebelum add saya kamu sampaikan dulu beberapa hal ini ke teman-teman kamu, bisa?”

“Iya kak bisa” Jawab April seadanya

“Asistensi pertama kalian lusa ya. Laporannya harus sudah sampai daftar pustaka. Kalau belum saya tidak akan periksa. Dan yang tidak asistensi pertama pada hari itu, tidak akan bisa asisten lagi. Ngerti kamu?”

“Iya kak”

“Okay, itu aja ya untuk kelompok kamu.”

“Baik kak. Kalau gitu saya bisa pulang sekarang?”

“Ah, sampaikan di grup angkatan kamu kalau saya tidak mau ada seperti tadi lagi. Pastikan semuanya sudah belajar dan sudah siap. Peraturannya harus dipatuhi semua. Saya benar-benar tidak akan membiarkan mereka masuk jika tidak lengkap” Pesan Lio dengan nada yang agak keras.

Cukup keras hingga membuat April sedikit terlonjak dan merasa seperti dirinya yang sedang dimarahi oleh koordinator asistennya itu.

“Woy Lio. Jangan keras-keras. Itu kasihan anak orang. Nanti takut sama lo” tegur Dyfan pada temannya

“Dia daritadi nggak ada buat kesalahan padahal. Lo malah marahin dia” Bela Ian

“Maaf ya dek. Dia kalau lagi tegas emang suka emosian” Lanjutnya pada April

April hanya memaksakan senyumnya saja.

“Baik kak nanti akan saya sampaikan. Kalau begitu saya minta nomor WA kakak ya”

Setelah mendapat nomor Lio, gadis itu bergegas meninggalkan ruangan laboratorium. Ia tidak betah berada disana. Lio menyeramkan!

“Lo tuh ya. Tegas sih tegas tapi anak orang yang nggak ada salahnya jangan di gas juga dong” tegur Ian sambil menepuk pundak Lio
“Kasihan si April. Kaget banget dia dengar Lio tiba-tiba bentak dia” Dyfan tertawa pelan

“Para emang sih Lio. Padahal cakep lo itu anaknya. Pinter juga” Puji Ian

“Masa?”

“Iya. Tadi selama praktikum dia aktif banget nanya-nanya. Terus pas Post Test semua yang gue tanyain dijawab dong. Hal kecil yang biasanya nggak diperhatiin sama praktikan dia bisa jawab. Keren sih” Puji Ian

“Nggak cakep yang pake banget sih. Tapi manis. Terus karena dia aktif terus kayaknya cerdas jadi auranya semakin keluar”

“Jiakh aura kagak tuh”

Lio sendiri hanya menyimak percakapan kedua temannya. Ia tidak berminat sama sekali untuk ikut didalam percakapan itu.

“Lio jangan galak-galak ke praktikan lo ya. Kasihan”

“Gak Janji.”

“Elah nih anak”

MisfitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang