Part 5

35 3 0
                                    

“Lio kampret”

“Anak setan”

“Iblis dari neraka mana sih anjir”

“kok ada manusia begitu”

“Bukan manusia sih dia”

“Kan dia singa”

“Singa neraka”

“Tangan gue pengel banget”

“tugas gue yang lain belom jadi njir”

“please ini kapan selesainya”

“referensinya kenapa susah banget sih asu”

“gue pengen healing”

April meletakkan pulpennya dan menghela napas sangat panjang.

“ANJINGLAH”

Ia tidak bisa menghentikan ocehannya. Jangan salahkan dirinya. Ia sudah berkutat dengan laporan sialan ini sejak ia kembali dari asistensi pertama bersama Lio.
Q
Berjam-jam duduk didepan laptop membuat kepala April terasa seperti ingin meledak. Referensi yang tersebar di internet tentu sangat banyak. Hanya saja yang valid, yang termasuk data 10 tahun terakhir dan yang paling penting sesuai dengan catatan yang diberikan Lio itu sangat sedikit.

Ia bahkan belum menulis satu paragraf pun. Penanya sedari tadi hanya membuat pola abstrak. Tangannya kembali mengambil laporan yang telah ia asistensikan sebelumnya. Helaan napasnya terdengar cukup nyaring dikamarnya yang sunyi.

Tiada satupun paragraf yang luput dari coretan tinta merah Lio. Penulisan namanya saja dibagian sampul masih dicoret. April menghela napasnya. Ini baru permulaannya.
Ia memotret keadaan meja belajarnya saat ini lalu menguploadnya di whatsapp dengan caption “bisa apa? bisa gila”

Setelahnya, April mematikan data selulernya dan kembali fokus dengan tumpukan kertas dan laptop yang ada dihadapannya.

Dia harus bisa menyelesaikan ini. Ia tidak ingin ada nilai yang merah diatas transkip nilainya. Ayolah, April itu anak perempuan pertama dan cucu pertama yang berhasil masuk ke universitas negeri yang cukup bergengsi.

Keluarganya mungkin tidak menekannya secara terang-terangan, tapi ayolah. Ia tetap merasakan semua harapan yang ada dibalik punggungnya.
Jarinya mulai bergerak mengetikan berbagai kata kunci untuk laporannya. Setidaknya kali ini, ia mulai menemukan beberapa bagian yang sesuai. Walau belum tersusun secara beruntun.
Jarum jam bergerak dengan cepat. Waktu terus berlalu. April meneruskan pekerjaannya hingga hari telah berganti. Jam 1 pagi. Matanya mulai terasa berat. Ia menyudahi kegiatannya.
Setelah merapihkan barang-barangnya, ia langsung membaringkan tubuhnya ke kasur empuk yang hari ini terasa lebih nyaman dibanding hari-hari sebelumnya. Ia mengecek notifikasi ponselnya, memastikan apakah terdapat pesan penting. Bukannya pesan penting, ia justru dibuat terkejut saat menyadari bahwa ia lupa mengecualikan Lio saat mengunggah foto tadi.

April mengecek pembaruan status Lio dan ia hampir menangis merutuki kebodohannya. Lio turut mengunggah foto laptop, setumpuk kertas yang April yakini sebagai laporan dan diberi caption “Baru juga segitu”. April benar-benar merutuki dirinya yang lupa bahwa Lio sudah menyimpan kontaknya. Sial, April sangat berharap ini adalah mimpi. Menghela napas, Ia menutup matanya berharap bisa segera tertidur.

Gadis itu hampir sampai di pulau mimpi jika saja ponselnya tidak kembali berbunyi. Awalnya ia berniat untuk mengabaikannya,namun ponsel itu tidak berhenti berbunyi dan bergetar.

“Halo”

Nada suara gadis itu lebih keras daripada biasanya karena benar-benar sudah lelah.

“Hehe, halo Pril” Sapa penelpon diseberang

MisfitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang