Nyatanya ketakutan April benar-benar terjadi. Saat ini, dihadapannya Lio sekali lagi menjadikan laporannya sebagai canvas yang penuh dengan coretan. Walaupun tidak sebanyak saat pertama kali, tapi tetap saja masih banyak yang harus ia perbaiki.
Lio memeriksa laporannya tanpa suara sama sekali. Dan itu malah membuat April menjadi semakin tegang. Karena sejujurnya ia sadar bahwa ia datang di waktu yang tidak tepat. Dan ia tidak ingin menjadi sasaran pelampiasan amarah asistennya yang galak itu. Setidaknya tidak disaat ruangan sedang ramai seperti saat ini. Ada banyak teman-temannya dan para asisten lain. Ia tidak ingin dipermalukan disini.
Lio baru selesai rapat dengan para dosen dan sepertinya ada yang mengajukan keluhan terhadap perilaku Lio sebagai asisten. Sejujurnya April tidak berniat menguping, hanya saja Lio menyuruhnya menunggu di depan ruangan. Dia bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan para dosen dan bagaimana Lio berusaha membela dirinya.
Tapi hey, itu tidak ada hubungannya dengan dia bukan? Jafi seharusnya Lio tidak akan menyemprotnya kan? Lagipula bukan dia yang mengadu ke dosen. April mencoba meyakinkan dirinya.
"April" panggil Lio datar
"Iya kak" April mendekat ke arah Lio.
"Bukannya kemarin saya sudah bilang untuk satu sub bab tidak boleh menggunakan satu sumber yang sama?" Lio menaikkan sebelah alisnya saat bertanya. Ia terlihat tampan tapi juga mengerikan karena tidak ada senyum yang terpatri diwajah itu.
April diam tidak menjawab. Karena ia yakin, ia sama sekali tidak melakukan apa yang barusan Lio katakan.
"Lihat disini. Tidak hanya pada satu sub bab, tapi kamu bahkan mengulangi kesalahan yang sama pada sub bab berikutnya"
April mengumpat dalam hatinya saat ia melihat bagian yang ditunjuk oleh Lio. Dia benar-benar tidak sadar ada kesalahan seperti itu di laporannya. Ia sudah memeriksanya berulang kali sebelum diserahkan kepada Lio.
"Maaf kak, saya tidak sadar kalau ter-"
"Iya tidak sadar karena kamu tidak teliti saat mengerjakannya" Lio memotong pembelaan April dengan nada yang sedikit naik.
Seketika suasana ruangan menjadi tenang. Mereka semua mengalihkan pandangannya menuju Lio dan April. Sedang gadis yang menjadi pusat perhatian seketika ingin menghilang dari sana.
"Maaf kak" April hanya bisa berkata dengan lirih.
"Saya sudah bilang kalau ada kendala kamu bisa bertanya kepada saya kan? Nyatanya kamu tidak. Jadi saya menganggap kamu itu mampu" Lio memijat hidungnya lelah
"Maaf kak. Saya kesulitan mencari refensi yang sesuai dengan yang kakak minta. Penelitian di 5 tahun terakhir yang terkait tidak banyak kak" April mencoba menjawab dengan tenang, tanpa terbawa emosi.
"kamu punya banyak waktu untuk ke bermain-main ke pantai tapi tidak punya waktu untuk menjadi jurnal atau sekedar bertanya?" Nada bicara Lio sangat tidak enak didengar. Seperti menyindir namun juga merendahkan.
Setidaknya untuk April, ia merasa disindir habis-habisan oleh asistennya itu. Gadis itu hanya diam tidak berniat membalas perkataan terakhir itu. Entahlah, ia merasa Lio tidak berhak berkomentar tentang waktu yang ia gunakan. Benar tidaknya laporan yang dikerjakan, dia sudah berusaha semaksimal mungkin menyelesaikannya. Setidaknya untuk saat ini.
"woh, Bro. Santai. Kata-kata lu udah kelewatan" Dyfan datang mencoba menghentikan ketegangan yang ada.
"nggak ada yang salah sama perkataan gue" Lio memberi lirikan tajam
Melihat Lio yang sepertinya belum ada keinginan untuk mengalah atau menghentikan apapun yang saat ini ia lakukan, Ian berinisiatif untuk menyuruh praktikannya keluar dari ruangan. Sementara Dyfan menarik Lio untuk berbicara berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misfit
General FictionAsisten praktikum itu biasanya lebih susah dihadapin dari pada dosen ya kan? . "Permisi kak" Tanya April agak takut Lio mendongakkan kepalanya dan meminta April untuk menunggu sebentar. Mata April melirik kertas yang diberi nilai oleh Lio dan baru s...