Baiklah, April menyesali keputusannya menerima ajakan Lio untuk mengantarnya pulang. Suasana sangatlah canggung. Tidak ada percakapan apapun diantara mereka berdua. Suara hujan deras yang terdengar diluar menjadi satu-satunya suara yang terdengar. Mereka masih terjebak di kemacetan kota. Belum ada tanda-tanda akan segera bergerak.
Tak tau harus melakukan apa, April hanya menatap jendela yang dipenuhi tetesan air hujan. April bersyukur Lio menawarkan diri untuk mengantarnya pulang. Hujan diluar terlihat tidak ada tanda-tanda akan berhenti dan ia bisa saja terjebak semalaman jika tidak ikut dengan Lio.
Ingin rasanya April meluruskan jika bukan dia yang melaporkan apapun itu kepada dosen. Ia bukanlah pengadu dan Lio pun harusnya minta maaf karena sudah melampiaskan amarahnya kepada April. Dia tidak salah apa-apa. Meskipun laporannya memang masih ada koreksi, hal itu tidak akan cukup untuk menyindirnya seperti tadi. Apalagi sampai membawa-bawa ia pergi ke pantai. Itu bukan urusan Lio sama sekali. Lio berhutang maaf padanya. Meski Lio sudah baik mau mengantarnya pulang tapi tetap saja ia merasa kesal. Pria itu saja kesal dituduh oleh dosen jadi tidak salah jika April kesal diperlakukan yang sama oleh Lio bukan?
Drrt
Drrt
April sadar dengan getaran ponsel Lio tapi ia berniat untuk mengabaikannya.
"Angkat" Lio berkata memecah keheningan
April mengalihkan pandangannya kepada pria yang masih fokus menyetir itu.
"Angkat, April" Lio berkata sekali lagi tanpa mengalihkan padangannya dari jalan.
April tidak bisa menahan diri untuk tidak berdecak dan memutar matanya kesal. Sekarang sedang macet dan mereka bahkan tidak bergerak sama sekali. April tidak mengerti kenapa Lio malah menyuruhnya mengangkat telpon itu. Meski karena malas berdebat, April mengangkat dan langsung menekan tombol loudspeaker
"Woy lu dimana sih njir? Rapat udah mau dimulai"
"Dijalan"
"udah mau kesini maksudnya?"
"Nggak"
"Si anjing bisa nggak sih bicara satu kalimat yang jelas. Jangan satu-satu kata monyet"
"Gue nggak rapat"
"Kenapa anjir? Yang jelas bangsat"
"Gue lagi dijalan"
"Yaiya tadi lu udah bilang setan. Gue nanya lu kemana anjing. Ampun dah gue kok bisa temenan ama orang yang kikir banget ngomong. Padahal ngomong itu gratis"
April tertawa kecil mendengar bagaimana Dyfan memarahi Lio. Lio melirik April dari ekor matanya membuat gadis itu segera menahan tawanya.
"Lagi nganter April pulang. Disini macet. Dah"
Lio merebut ponselnya dan langsung mematikan sambungan telpon tersebut tanpa menunggu balasan Dyfan diseberang sana.
"KAK" April tidak sengaja menaikkan suaranya karena terlalu kaget dengan Lio yang bisa-bisanya berkata seperti itu
"apa?" Lio menaikkan sebelah alisnya
"Kenapa ngasih tau Kak Dyfan kalau lagi nganter saya pulang sih? Terus kenapa juga nggak bilang kalau kakak ada rapat? Saya merasa tidak enak"
Lio hanya diam tidak merespon April sama sekali. April menghela nafasnya lagi. Ia tau Lio sama sekali tidak ada jiatan untuk menjawab pertanyaannya jadi ia memilih untuk kembali fokus pada tetesan air hujan yang ada dijendela.
Ting
Ting
Ponsel April berbunyi menandakan notifikasi pesan baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misfit
General FictionAsisten praktikum itu biasanya lebih susah dihadapin dari pada dosen ya kan? . "Permisi kak" Tanya April agak takut Lio mendongakkan kepalanya dan meminta April untuk menunggu sebentar. Mata April melirik kertas yang diberi nilai oleh Lio dan baru s...