...Setelah pengambilan sumpah-yang menurut Wonyoung jebakan-selesai, dia harus berganti baju dengan gaun yang lebih pantas. Setidaknya mood Wonyoung sedikit membaik ketika melihat gaun yang dia pakai.
Gaun itu berupa mini-dress. Keluarga Park mungkin berbeda dengan keluarga-keluarga kerajaan pada umumnya. Wonyoung menyangka dia harus menggunakan setidaknya hanbok untuk acara sepenting ini. Tapi ternyata tidak.
Mengingat setelah ini hanya acara makan siang bersama keluarga dekat, Wonyoung merasa gaun itu cukup pantas.Yang membuat Wonyoung senang adalah itu adalah gaun kesukaannya. Dia ingat betul pernah menunjukkannya pada Sunghoon foto gaun itu ketika sedang mengobrol. Tapi Wonyoung tidak tahu kalau Sunghoon akan mengingatnya dan menjadikannya kenyataan.
"Jadi kau teman sekelas Sunghoon?"
Wonyoung berusaha menelan makanan di mulutnya dengan segelas air sebelum menjawab. "Benar, Yang Mulia."
Aneh sekali rasanya.
Sebelum menuju tempat makan siang, Sunghoon menghampiri Wonyoung yang baru saja ganti baju. Dia menjelaskan sedikit tata krama utama yang harus dia ingat. Terutama memanggil orang tuanya Yang Mulia.
Sunghoon juga bilang hal itu hanya untuk formalitas. Karena nanti ada para buyut keluarga yang masih menjunjung kesopanan. Tapi ketika hanya ada orang tuanya saja, Wonyoung tidak usah sekaku itu. Bahkan lelaki itu menyarankan untuk memanggil mereka Ayah dan Ibu. Dan Wonyoung langsung tersedak ludahnya sendiri.
"Bagaimana dia ketika di kelas, Wonyoung sayang?" Kali ini Ibu Sunghoon yang bertanya.
Dia terlihat antusias. Begitu juga dengan Sunghoon. Jadi setidaknya Wonyoung akan membicarakan hal baik.
"Dia pria yang pintar, tentu saja. Di kelas dia merupakan mahasiswa favorit para profesor. Aku pun sering dibantu olehnya."
"Tidak, tidak." Potong Tuan Park. "Kami sudah bosan mendengar hal itu. Kau bilang kau adalah temannya sejak lama, bukan? Ceritakanlah sisi lain dirinya. Apa dia pernah menonton video xxx saat di kelas?"
"Ayah!"Wonyoung terkekeh. Sepertinya dia akan betah bersama keluarga ini.
"Tidak, Yang Mulia. Sunghoon itu lelaki terhormat yang pernah aku kenal. Tapi dia memang agak sedikit narsis."
Sunghoon mengangkat alisnya tanda protes pada Wonyoung.
"Dia juga lelaki yang agak kaku ketika berhadapan dengan wanita. Tapi entah kenapa dia sangat menyebalkan ketika bersama saya."
"Aku tidak seperti itu!" Sanggah Sunghoon.
Kedua orang tua Sunghoon tertawa. "Kami senang ada yang mengerti Sunghoon sebaik kau. Sunghoon pasti tidak salah pilih. Pantas saja dia bersikeras menginginkan-"
"Ah Ibu! Setelah ini kami bisa menyusun rencana untuk resepsi kan? Ibu bilang kami boleh mengusung tema apapun." Jawab Sunghoon terburu-buru.
"Iya, iya. Kalian bebas menentukannya." Jawab Nyonya Park.
Wonyoung melirik Sunghoon yang terlihat aneh. Tapi keheranannya menghilang ketika menu utama disajikan.000
Waktu berjalan begitu cepat. Setidaknya bagi Wonyoung. Dia tidak menyangka akan menikmati makan siang bersama keluarga kerajaan dengan menyenangkan.
Meski mereka sudah berteman selama beberapa tahun, ini pertama kalinya Wonyoung bertemu orang tua Sunghoon.
Dulu Wonyoung pikir keluarga Park akan kaku dan terlalu kolot. Tapi nyatanya mereka sangat menyenangkan. Sunghoon kelihatan senang melihat Wonyoung membaur dengan keluarganya dengan cepat.
Sekarang keduanya sudah berada di rumah keluarga Park, atau bisa dibilang istana Park. Begitu klaim Sunghoon. Memang pantas sih jika disebut istana.
Desainnya persis seperti kerajaan tradisional yang sering Wonyoung lihat di drama. Tapi ada sebuah gedung berdesain modern yang menyatu dengan kebun-kebun tradisional. Kata Sunghoon inilah gedung utama di mana dia dan keluarga intinya tinggal. Sementara para buyut memilih tinggal di istana tradisional yang tidak jauh dari gedung utama.Belum lagi pelayannya sangat banyak. Wonyoung sudah tidak bisa menghitung berapa pelayan yang menyapa dan memberikan salam padanya sejak masuk pintu utama tadi.
"Pengawal Ayah sedang dalam perjalanan membawa seluruh barang-barang di rumahmu."
"Barang di rumahku? Kenapa?"
Sunghoon mengangguk semangat. "Tentu saja untuk dipindahkan ke sini. Ah iya, aku sudah melihat beberapa rumah yang bagus untuk kita tempati setelahnya. Tapi kita bisa menentukannya setelah resepsi saja. Sementara ini kau dan aku akan tinggal di istana bersama Ayah dan Ibu."
Wonyoung menopang dagu dengan kedua tangannya. "Sunghoon-a, apa kau tidak merasa aneh?"
"Aneh? Kenapa?"
"Kita berteman tiga tahun ini. Lalu tiba-tiba saja kita sudah menikah. Ini kejadian terkonyol yang pernah kualami."
Sunghoon meletakkan ponselnya seperti tidak setuju. "Konyol apanya. Pernikahan ini sakral dan sah. Kau tidak bisa menyebutnya konyol, Jang Wonyoung. Jangan pernah berkata seperti itu lagi.""Baiklah, baiklah Yang Mulia. Maafkan aku."
Sunghoon tersenyum. Dia mengusap rambut Wonyoung. "Anggap saja ini untuk kebaikan kita berdua." Gumamnya.
"Benar, kau bisa tetap jadi pangeran dan orang tua ku akan tenang di sana karena aku menikahi pria baik." Kata Wonyoung, sedikit meledek Sunghoon.
"Ais kau ini."
"Tapi Sunghoon.."
"Kenapa lagi?"
"Apa tidak apa-apa jika kita menikah tanpa cinta seperti ini?"
Sunghoon tidak menjawab. Matanya menatap Wonyoung yang tatapannya menerawang setelah menanyakan pertanyaan tadi.
Sekilas dia ingin bicara sesuatu tapi dia kembali menutup mulutnya. Kemudian yang keluar hanyalah kalimat lain.To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingdom [Sunghoon enhypen-Wonyoung IVE]
FanfictionWonyoung di buat terkejut saat tiba-tiba di pagi hari ia sudah di seret keluar rumah dengan beberapa pria ber-jas hitam rapi yang membawanya ke sebuah istana kerajaan modern satu-satunya di era abad-21. dan keterkejutan Wonyoung semakin bertambah sa...