7

676 94 9
                                    

AYO AYO AYOOOOOO
RAMEIN KOLOM KOMENTAR DANA VOTE-NYA KALO MAU BOOK INI TERUS BERLANJUUUT
.
.
.
.
.
.
...

...

"Selama tiga tahun kita berteman, apa kau tidak pernah merasakan apapun?"


Setidaknya Wonyoung bisa bernapas lega karena bisa lolos dari situasi tadi siang. Sunghoon masih menunggu jawaban Wonyoung ketika seorang pengawal menginterupsi keduanya. Memberitahu bahwa Sunghoon harus pergi mengurus sesuatu karena keadaan mendesak.

Sebagai keturunan pangeran terakhir, Sunghoon
juga bertindak sebagai ahli waris terakhir. Itulah mengapa dia juga ikut turun tangan menangani
semua usaha Yang Mulia Raja yang tak lain adalah Ayahnya. Sepertinya ada sedikit masalah di perusahaan. Sedangkan orang tua Sunghoon baru saja pergi ke luar kota sesaat setelah sarapan. Jadilah Sunghoon yang harus mengurusnya.

Sekarang Wonyoung sendirian di kamar besar Sunghoon, memegang ponsel beberapa kali mengecek sesuatu. Mungkin Wonyoung berharap Sunghoon akan pergi sedikit lama agar lelaki itu melupakan pertanyaannya. Tapi dia tidak menduga kepergian Sunghoon akan
selama ini. Ini sudah malam dan Sunghoon belum juga pulang.

"Dia juga tidak menghubungiku sama sekali." Gumam Wonyoung.

Daripada gelisah di kamar yang makin terasa luas saat sendiri, gadis itu memutuskan untuk keluar. Dia disambut hormat para pelayan yang masih
bertugas. Setelah membalas sapaan mereka, Wonyoung berjalan menuju perpustakaan untuk menghilangkan penat.

Saat di jalan, Wonyoung melihat Bibi Lee, kepala pelayan yang melewatinya. Di belakangnya ada beberapa pelayan laki-laki mendorong troli berisi botol-botol.

"Bibi Lee, apa itu?"

"Selamat malam, Tuan Putri." Sapa Bibi Lee. "Ini
anggur yang disimpan di gudang. Sekarang akan
dikeluarkan untuk penyimpanan di dapur."

Bibi Lee dan pelayan lainnya hendak pamit lagi kepada Wonyoung ketika gadis itu menghentikannya. "Mm.Bibi Lee, apa aku boleh minta satu?"

"Tentu saja boleh Tuan Putri. Tapi saya harus
memastikan bahwa Tuan Putri tidak boleh minum terlalu banyak. Saya takut Putri akan sakit."

"Tentu saja tidak. Tidak usah cemas. Aku....tidak
akan mudah mabuk."

Tidak mudah mabuk? Omong kosong.

Semua orang di jurusan tahu Wonyoung tidak bisa minum. Wajahnya akan memerah bahkan pada saat tegukan pertama. Jika dia mencoba gelas ketiga, maka bencana akan terjadi. Yang lebih parahnya lagi, Wonyoung tidak akan pernah
mengingat apapun saat dia mabuk. Jadi dia juga tidak akan ingat kalau dia sangat lemah terhadap
alkohol.

Dan permintaan Wonyoung kali ini alih-alih untuk nenenangkan pikirannya lebih dulu. Gadis itu sedang mencoba melupakan pertanyaan menggantung Sunghoon tadi siang. Karena semakin keras dia memikirkannya, Wonyoung benar-benar tidak tahu apa jawabannya.

000


"Sial, kenapa mati di saat seperti ini."

Entah sudah berapa kali Sunghoon mengumpat pada ponselnya yang kini mati total.

"Pak Kim, tolong cepat sedikit." Perintahnya pada
supir kerajaan.

Seharusnya Sunghoon menghubungi Wonyoung ketika dia harus pulang terlambat. Namun ponselnya sedang tidak berpihak dengannya.
Sekarang sudah sangat larut. Apa Wonyoung sudah tidur? Bagaimana dia bisa tidur sendirian  ? Secepatnya dia ingin memilih rumah dengan kamar yang tidak terlalu luas. Pikiran itulah yang terus memenuhi kepalanya.

Kingdom [Sunghoon enhypen-Wonyoung IVE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang