🚫 Warning!! ⛔
⚠️ This chapter have contents of violence, rape, and mental illness. Please be wise! 🙏
▪️▪️▪️
Nie Mingjue pulang membawa pizza dan coke. Dia berpikir akan memanjakan Xue Yang saat ini. Dia akhirnya melihat anak itu sudah bisa makan sesuatu yang lain, namun tentu saja dia akan membatasinya. Ketika dia mencoba masuk, pintu sepertinya terhalang sesuatu dan tidak bisa dibuka. Seketika pelipisnya berkedut.Apa ini? Apa Xue menguncinya di luar?
Nie Mingjue mencoba mendobrak, tapi pintu tertahan benda berat. Dia mencoba mengetuk pintu dengan menahan kesal. Hingga terdengar suara jatuh yang menyakitkan di dalam.
"XUE YANG!?"
"Paman Nie?!!"
"Xue Yang, buka pintu!" Nie Mingjue sangat kesal saat ini, dia dikunci di rumahnya sendiri. Apa yang ada dalam otak Xue Yang?
"Tu-tunggu!" seru Xue Yang dan terdengar suara benda berat bergeser dan pintu bisa dibuka lebih lebar.
Nie Mingjue segera masuk ke dalam dan menemukan Xue Yang dengan gugup memindahkan meja. Dia meletakkan kotak pizza di meja makan dan melirik anak muda itu yang gugup. Seketika Nie Mingjue sadar jika sikap anak itu berubah jauh dibanding ketika mereka pertama bertemu. Sepertinya saat ini Xue Yang jauh lebih pendiam dan penakut.
"Xue Yang-" sebelum dia sempat bicara, Xue Yang sudah menahan tangis dengan mata yang merah ketakutan.
"Aku takut orang lain masuk!" seru Xue Yang dan menelan ludahnya sambil menunduk, sama sekali tidak berani memandang Nie Mingjue.
Nie Mingjue tidak ingin pemuda ini lebih takut dan melangkah maju melewatinya untuk menggantung mantel. Dia memilih mencuci tangannya, menyiapkan piring untuk meletakkan pizza dan segelas kecil coke.
Dulu Xue Yang merupakan anak muda yang paling berani dan nekat yang pernah dia kenal. Di depan Nie Mingjue, dia berubah menjadi kesemek lembut.
"Duduk dan makan."
Xue Yang segera melompat ke bangku di meja makan dan memandang cerah pada pizza di piringnya. Ketika dia ingin mengulurkan tangan, Nie Mingjue sudah bergerak lebih dulu untuk menyuapinya. Jadi Xue Yang hanya bisa membuka mulutnya untuk menggigit.
"Apa makan siangnya enak?" tanya Nie Mingjue. Dia merasa tidak nyaman membiarkan Xue Yang makan sendiri. Xue Yang harus makan secara perlahan agar perutnya mencerna lebih nyaman. Ketika dia menjaganya di rumah sakit, Xue Yang makan dengan cepat dan berantakan, seolah dia tidak pernah makan sebelumnya.
Xue Yang mengangguk dan memandangi pizza di tangan Nie Mingjue, menunggunya memberi suapan. Dia makan gigitan besar karena dia sangat menyukai makanan enak, pipinya menggembung dan memandangi Nie Mingjue dengan senang. Dia tidak peduli jika Nie Mingjue memiliki niat jahat menguncinya di sini, dia lebih baik dari pada orang lain, lagi pula, Xue Yang tidak punya rumah.
Secara garis besar, Nie Mingjue tahu kondisi Xue Yang. Dia menyelidiki Xue Yang sebelumnya dan selama ini selalu memantaunya. Karena itu, ketika anak ini dengan bodohnya membongkar Cartel, Nie Mingjue mencoba menolongnya. Dia tahu kehidupan keras Xue Yang.
Secara garis besar, tidak ada yang berani menyinggung Cartel dan tidak ada yang berani merebut Xue Yang dari Cartel. Tapi bukan berarti tidak ada penjilat yang akan menangkap Xue Yang dan menjualnya pada Cartel. Entah untuk menjilat atau meminta uang.
Lagi pula, meski Xue Yang memiliki kemampuan dalam cyber crime, dia terlalu kotor, tidak ada organisasi yang mau menampung dan melindunginya. Terlebih dia menyinggung organisasi sebesar Cartel.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not the Protagonist!
FanfictionWang Yibo adalah aktor terkenal yang berakhir dalam kematian tragis, dia kecelakaan bersama motor kesayangannya! Ketika terbangun, dia sudah menjadi penjahat sampah dari novel danmei yang dia baca dengan nama yang sama dengannya. Selain itu dia tahu...