Di pondok pesantren.
Plak.
"Dasar anak kurang ajar" Bentak abi.
"Udah bi" Umi berusaha menahan suaminya untuk tidak memukul anaknya. Dan kemudian ayahnya farhan menatap putra lekat lekat
"Bulshit, mampus dah" Batin gw tekanan mental.
"Pasti kamu kan yang membuat anak ku begini" Tangan abi hampir menampar pipi gw, tapi si tahan sama farhan.
Untung untung, kalau farhan telat sedikit hilang muka cakep gw.
Tapi itu gak penting sekarang, yang penting gimana caranya keluar dari masalah ini woy.
Tuhan ngapunten, tulungen hamba mu iki kulo njalok masalah iki ndang mari.
Gw terus ber komat kamit di dalam hati.
Antara takut dan pulang tinggal nama.
"Udah yah, aku tau kalau aku telah memilih jalan yang salah, dan semua ini salahku aku lah yang pantas di hukum bukan dia" Jawab farhan.
"Oh, gitu, secinta apa kamu sama dia sampai kamu mau membelanya hah! " Seru abi emosi.
"Seluas semesta dan setinggi cakrawala" Jawab farhan menantang.
"Buktikan" Ucap abi tertantang.
Dan setelah abi mengatakan itu, farhan langsung mencium gw.
We we we. Cari mati ini namanya.
Gw yang kaget langsung mendorong farhan.
"Hah...., gimana ini" abi menggeleng karena bingung sama anak satu satunya.
"Udah bi" Pinta umi.
"Ok, sekarang kamu tinggal pilih, ikut abi sama umi tapi kamu harus jauhi dia, atau sebaliknya" Kata abi mantap.
"Dia" Satu kata yang membuat hati gw jedar.
Sumpah nih gw gak salah denger kan, dia milih gw no no no.
"Jangan pilih gw han, gw gak mau keluarga lo hancur gara gara cinta yang yang menyimpang ini" Tolak gw. Tapi Farhan tetap kekeh milih gw.
"Ok, jika kamu cinta sama dia, dan memilih dia,baik. Tapi kamu harus buktikan dengan cara, kamu harus mampu membiayai kebutuhan nya" Abi mulai berbicara lagi.
"Maksudnya?.abi setuju? " Tanya umi.
"Ya tinggal liat, kalau putra kita bisa membiayai kebutuhan orang yang dia cintai, abi setuju kalau tidak abi tidak setuju" Jelas abi mantul(mantap betul).
"Baik, kalau cuma itu saja"
Ya setelah semua selesai gw pulang ke rumah.
Saat mau sampai rumah gw melihat dari jauh kalau banyak orang di rumah.
Karena perasaan gw gak enak jadi gw samperin.
"Maaf Bu, tapi kenapa rumah saya banyak orang ya?. Ada apa ya,dan kenapa ada bendera kuning juga" Tanya gw ke ibu ketring tapi gw gak tau nama aslinya.
"Yang sabar ya" Jawab ibu itu.
Dan gw masih congek sama jawab ni ibu ibu.
"Maksudnya"
Ibu itu tak me jawab dan malah menyuruhku ke dalam rumah.
"Sebaiknya kamu masuk ke rumah mu dulu, dan temuin orang yang kamu sayang" Ucap Ibu itu dengan suara serak.
Ya gw patuh. Tapi entah mengapa setiap langkah gw terasa berat dan entah mengapa hati kecil ini rasanya ingin menangis.
Saat ge masuk.
Gw tau maksud ibu itu.
Air mata gw udah gak terbendung lagi.
Gw menghampiri jasad seseorang yang tengah di bacakan yasin.
"Mak"panggil gw dengan suara serak dan sesenggukan.
"Jangan bercanda deh, putra gak suka seperti ini"
"Kenapa?, kenapa?" Gw menangis sejadi-jadinya.
"Yang sabar ya, do'ain ibumu di Terima di sisi Allah" Ucap seseorang sambil mengelus elus punggung gw.
"Mungkin ini cobaan, ikhlaskan, tidak usah di tangisi ,lagian seperti yang lo bilang buat apa di tangisi, di tangisi sampai air mata itu habis gak bakalan kembali" Saut Farel di ambang pintu.
Dia menahan agar air matanya tidak turun juga.
Farel langsung merangkul ku dan terus menenangkan gw.
"Gw tau yang lo rasakan, tapi Terima lah semua ini mungkin ini takdir, lo juga tau kalau tidak ada yang bisa merubah takdir" Ucap Farel sesenggukan.
Jangan ditanya kenapa Farel juga ikut sedih.
Karena Farel sudah menganggap ibunya putra seperti ibunya sendiri.
Karena ibunya putra, adalah bayangan ibu kandungnya.
Iya gw harus Terima dan sabar......
12/3/23
------------------Gw gak tau harus gw lanjutin atau gak ni novel.
Gw udah pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
CalON ImamKu(BxB) Ongoing
Fiksi Remaja"𝘈𝘯𝘢 𝘶𝘩𝘪𝘣𝘣𝘶𝘬𝘢 𝘧𝘪𝘭𝘭𝘢𝘩" "Artinya? " "Aku mencintaimu karena Allah" "Oh" "Oh doang? " "Ya iyalah" Menceritakan percintaan terlarang dan menentang norma dunia. Bagaimana percintaan mereka apakah akan semulus paha uke atau sebaliknya.