O8

51 12 0
                                    

Taehyun sedang mondar mandir mencari celah untuk memberi petunjuk. Handphonenya sudah di rampas oleh Taehyun palsu yang tidak memungkinkan ia untuk menghubungi teman-temannya.

Sementara ia pernah menulis sesuatu di dalam selipan buku sewaktu Taehyun palsu itu pergi. Hal itu yang kemudian membuatnya di kurung di loteng ini, ia ketahuan. “Bukunya gimana ya?”

Ia berhasil melepas ikatan tangannya, namun sangat tidak mungkin kalau dia mencoba kabur. Ia tidak boleh gegabah. Ia pun tidak bisa terang-terangan memberitahu orang-orang bahwa dia sedang dikurung, jiplakannya itu tidak sebodoh yang dipikirkan.

“Semoga mereka ngerti.”



















Brak!

Semua atensi teralihkan pada seseorang yang baru saja membanting pintu sambil terengah-engah.

“Lo kenapa Ning? Kayak habis dikejar setan.”

“Gue ada info. Penting.” Ia celingak celinguk memastikan bahwa tidak ada orang lain di sekitar mereka. Ia mendekati teman-temannya, “Gue tadi ketemu bang Chanhee, sepupunya Taehyun. Gue bilang kalau Taehyun nggak berangkat karena jenguk neneknya dan kalian tau gimana reaksi bang Chanhee?”

Hueningkai diam memerhatikan wajah teman-temannya satu persatu.

Teman-temannya menggeleng. Mereka terdiam mendengar cerita Hueningkai baik-baik. Wajah Hueningkai sangat menyiratkan ketakutan.

“Bang Chanhee bilang kalo nenek mereka udah meninggal dua tahun lalu. Jadi…?” Hueningkai menggantungkan ucapannya agar teman-temannya bisa mengambil kesimpulan dari apa yang sudah ia ceritakan.

“Jadi Taehyun bohong?” Tanya Beomgyu bingung. Sejak kapan Taehyun suka berbohong seperti ini?

Yeonjun memberi tatapan serius pada mereka. “Bukan itu yang harus kita pertanyain. Tapi, apa bener kalo dia Taehyun beneran?”

"Hah maksudnya?"

“Bang Soobin, buku yang lo ambil dari rumah Taehyun waktu itu masih lo bawa nggak?” Tanpa menghiraukan pertanyaan Beomgyu, Hueningkai bertanya kepada Soobin.

Dengan sekali anggukan, Soobin mengambil buku yang dimaksud di dalam tasnya.

Entahlah, Hueningkai berpikir kalau semua hal yang terjadi saling berkaitan satu sama lain. Kuncinya ada di buku itu.

“Nih.” Soobin menaruh buku itu di tengah-tengah.

Hueningkai membuka buku itu, dan masuk ke dalam daftar pustaka. Matanya menyaring setiap kalimat yang ia baca, “Nah ini, ciri-ciri doppelganger!”

“Tapi apa iya itu doppelganger Taehyun?” Tanya Beomgyu masih tidak percaya.

“Udah lo diem dulu, biar keadaan yang jawab. “ Kata Yeonjun sambil menunggu Hueningkai berbicara.

“Doppelganger tidak memiliki bayangan, mereka cenderung lebih pucat dari manusia lainnya, selalu ada hal yang tidak bisa ditiru oleh doppelganger. Namun, jika doppelganger tidak memiliki salah satu atau beberapa ciri-ciri yang telah disebutkan, mereka tergolong kuat dan susah dikalahkan.”

“Njir, pantes gue ngerasa aneh sama itu anak. Ternyata bener, dia bukan Taehyun yang sebenernya.” Kata Yeonjun sambil mengepalkan tangannya.

“Terus apa itu ada hubungannya sama cermin itu?”

“Pasti ada, sehabis gue mirror selfie disana, malemnya gue cek di foto gue kayak ada bayangan aneh. Yang terus gue jadi mimpi buruk.” Terang Beomgyu sambil bergidik ngeri.

“Guys, dengerin deh. Katanya orang yang sudah bertemu doppelgangernya akan mati satu hari setelahnya dan jika teman-teman atau keluarganya bertemu dengan doppelganger tersebut, mereka akan mengalami kejadian buruk.”

“Oh… makanya habis dari rumah Taehyun kita langsung kecelakaan.”

Mereka terdiam sesaat. Tidak ada satu pun alasan logis untuk mengelak dari segala bukti yang mereka dapatkan.

Hueningkai menatap mereka semua. “Temen-temen, gue minta maaf karena udah keras kepala. Gue cuma ngerasa bingung sama apa yang lagi kita hadapin. Gue selalu mikir kalo asumsi kalian nggak masuk akal, padahal kalo dipikir lagi itu semua masul akal. “ Ia menundukkan kepalanya merasa bersalah.

Yeonjun mendekati Hueningkai dan merangkul pemuda itu, “Nggak masalah Kai, semua kejadian itu pasti ada pro-kontranya. Gue seneng kalo kalian terbuka dan peduli satu sama lain.” Katanya sambil menatap wajah mereka bergantian.

“Yang harus kita lakuin sekarang yaitu nyari dimana keberadaan Taehyun yang asli. Dan musnahin doppelgangernya.”

“Tapi gue takut bang.” Kata Hueningkai pelan.

“Gapapa buat takut, asal jangan nyerah. Kita temen Taehyun dan kita peduli sama dia, kita peduli sama keselamaan orang-orang juga. Kepikiran nggak kalau kita biarin dia berkeliaran di dunia yang seharusnya bukan tempatnya? Kita nggak tau dia masih Taehyun apa nggak beberapa saat kedepan.” Yeonjun mencoba menguatkan adik-adiknya yang saat ini terlihat gusar.

Jelas keraguan yang mereka tampilkan. Yeonjun pun merasa begitu. Namun, jika tidak diberi perlawanan, dia takut hal yang lebih buruk akan terjadi. Asal mereka menghadapinya bersama-sama, berhasil atau tidak Yeonjun akan sangat bangga.

“Ayo mulai bikin rencana.”































“Taehyun, kita nanti bisa main ke rumah lo nggak?”

Taehyun tersenyum kecil, “Boleh dong. Gue kesepian banget di rumah, gue seneng kalo kalian mau mampir.”

Yeonjun ikut tersenyum, rencana awal mereka berhasil.

“Nanti sekalian bikin bolu yuk, gue lagi pengen nih. Kayaknya enak deh.” Soobin menaik turunkan alisnya ke arah Taehyun.

Taehyun sendiri terkekeh. “Boleh aja sih bang. Yaudah nanti pulang ketemuan di gerbang sekokah. Kebetulan bahan dapur gue masih lengkap, gue habis refill dua hari lalu.”

“Wokee, yaudah gih sono masuk. Belajar yang bener lu.”

Taehyun mengangguk dan kemudian pergi ke kelasnya.

Hueningkai menghembuskan nafasnya lega setelah Taehyun pergi. “Gue deg-degan parah!” Katanya sambil memegangi dadanya.

“Keren juga akting kalian berdua.” Beomgyu menepuk pundak Yeonjun dan Soobin bebarengan.

“Iya dong. Udah cocok masuk kelas seni peran belum?” Tanya Soobin sombong sembari memainkan rambutnya genit.

“Gausah masuk kelasnya juga lo udah banyak drama.” Kata Yeonjun mencibir temannya itu.

“Iri bilang bos, intonasi suara lo tuh tadi nggak meyakinkan. Mohon dipelajari terus ya.” Soobin kemudian berjalan mendahului mereka.

“O DASAR BEKANTAN BONGSOR! AWAS LU YE!”

Beomgyu tertawa saat melihat Yeonjun menendang pantat Soobin. Hueningkai hanya geleng-geleng malu karena orang-orang memperhatikan mereka.

Mereka kini mungkin bisa bercanda dan tertawa, tapi mereka tidak tahu apa yang akan mereka harapi kedepannya.

Doppelganger | TXT [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang