1O

58 9 0
                                    

Brak!

Taehyun melotot kaget saat pintu di depannya dibuka secara kasar. Mampus, batinnya.

Sementara sosok yang baru saja masuk itu tersenyum miring melihat ikatan tangan Taehyun itu lepas. “Oh jadi Kang Taehyun ini bisa lepas? Kenapa nggak kabur sekalian sih. Gue kalo jadi lo sih udah kabur terus cerita sama temen-temen biar disangka gila! HAHAHAHAHAHA!”

Taehyun asli itu memegangi erat balok kayu yang ia bawa. Dia harus berusaha melawan dirinya yang palsu, setidaknya dia sudah ada perlawanan.

“BALIK AJA LO KE CERMIN!” dengan sekuat tenaga Taehyun mengayunkan kayu itu ke arah Taehyun palsu yang sedang membelakangi dirinya.

Set!

Dengan sekali gerakan Taehyun palsu berhasil menghindar. Alhasil, balok kayu itu mengenai kaca.

Prang!

Kaca itu pecah berkeping-keping. Taehyun pun menutupi wajahnya agar tidak terkena serpihan kacanya..

Bugh!

Dengan keras Taehyun palsu menendang punggung Taehyun asli. Dirinya yang asli pun tersungkur. Karena memang tenaganya terbatas dan udara ruangan yang kotor dan lembab tidak sehat untuk dirinya.

Taehyun palsu berjongkok. “Mending lo aja sana yang ke cermin, biar gue gantiin lo disini. Hidup lo enak juga ya, temennya banyak, disayang guru, pinter, kuat.”

Ia terkekeh. Taehyun asli masih berada ditempatnya untuk meredakan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya.

“T-tapi cepet atau lambat, temen-temen gue bakal sadar kalo lo bukan gue yang asli! Liat aja, lo bakal di bunuh sama mereka!”

Plak!

Taehyun palsu menampar keras kepala Taehyun asli hingga ia tersungkur. Sial, sepertinya dirinya tidak akan bertahan lama.

“Nggak peduli, yang penting gue dapet kehidupan lo dan lo bakal mati nggak lama lagi.” Ucap Taehyun palsu itu sembari berdiri hendak meninggalkan ruangan itu. Pikirnya, ia tidak perlu repot-repot untuk mengikat Taehyun lagi. Toh, anaknya sudah tidak berdaya dan sangat mustahil ia bisa kabur dari sini.

“Segera setelah upacara itu, duhh jadi nggak sabar deh hihihi.”

Cklek!

Taehyun meremat tangannya kesal. Ia merebahkan badannya yang sudah ringkih itu dengan lemah. Haruskah ia menyerah?

































“Jadi apa yang kalian temuin di rumah Taehyun?” Yeonjun bertanya sembari menyesap kopi susunya.

Beomgyu mengedikkan bahunya. “Gue nggak dapet apa-apa. Malah yang ada gue digangguin setan.” Ucapnya bergidik ngeri.

“Kalo elo, Kai?”

Hueningkai mengambil potongan kertas yang ia temukan waktu itu. “Gue nemu kertas ini bang. Mungkin keliatas kayak coretan biasa, tapi sebenernya coretan ini tuh ada artinya.”

Soobin mengamati kertas itu dengan seksama. “Terus arti kertasnya apa?”

Hueningkai diam sejenak, “Tulisannya, yang akan datang berlapiskan kegelapan.”

“Udah gitu doang?” Tanya Yeonjun merasa heran.

Hueningkai mengangguk pelan. “Gue juga nggak tau bang maksudnya apa. Yang gue pikirin, kok kertasnya ada disitu. Berarti Taehyun belum mati dong?”

Soobin membuka buku Doppelganger itu, “Tapi disini ditulis, kalo kita ketemu doppelganger kita sendiri maka kita akan mati sehari setelahnya. Masa nggak valid?”

“Jangan jadiin buku itu sebagai patokan deh, gue jadi denial banget gini. Tapi beneran itu kode kan Kai? Lo nggak ngarang?”

Hueningkai mengangkat dua jarinya. “Sumpah bang, gue nggak bohong. Gue cari artinya di berbagai website dan yang paling masuk akal sih itu.”

“Wuihhh gaes, bakal ada gerhana bulan total nih. Jangan tidur cepet-cepet.” Ucap Beomgyu di sela-sela perdebatan mereka.

Soobin menatap Beomgyu dengan kesal, “Lo bisa kerja sama dulu nggak sih? Sekali aja lo peduli sama keadaan dan nggak fokus sama sosmed dulu. Kita lagi buntu lo juga bantuin dong. Kalo Taehyun dalam bahaya kita juga bakal dalam bahaya Gyu.”

Beomgyu meletakkan handhonenya dan mengangkat kedua tangan.

“Udah kan? Lanjut gih kalo gitu.” Katanya sembari menatap Soobin sedikit sinis.

atmosfer ruangan kini terasa tidak nyaman ketika Soobin dan Beomgyu saling menatap satu sama lain dengan pandangan tidak enak. Hueningkai menatap mereka berdua bingung dan menggaruk kepalanya.

Sementara Yeonjun bersandar pada sofa dan menghembuskan nafasnya lelah. “Sumpah kerjaan kita lebih berat dari detektif. Gyu, gerhananya kapan sih emang?”

“Tanggal dua lapan.” Jawab Beomgyu ketus.

“Tiga hari lagi dong?”

“Emang kenapa bang?” Tanya Hueningkai bingung.

Yeonjun menggeleng. “Enggak, ya sebaiknya jangan nonton lah. Percuma juga, gerhana bulan kan bakal jadi gelap total. Apa ya mau nonton item-item?”

"Langkah loh gerhana bulan total. Cuma terjadi beberapa tahun sekali." Imbuh Hueningkai.

“Gelap total?” Gumam Beomgyu berpikir. “Kai, tadi tulisan di kertasnya apa?”

“Yang datang akan berlapiskan kegelapan (?).”

Ctak!

Beomgyu menjentikkan jarinya, seperti mendapat jawaban dari apa yang mereka perdebatkan sedari tadi.

“Berlapiskan kegelapan kayak gerhana bulan, gelap total. Selebihnya gue nggak tau.”

Semuanya melotot, mulai paham dengan polanya.

“Jadi bakal ada yang dateng waktu gerhana bulan total? Gitu maksudnya?" Simpul Hueningkai sambil menatap teman-temannya.

"Kira-kira apa yang dateng?" Tanya Yeonjun sambil melihat langit-langit ruangan.

"Tukang cendol."

"Ndasmu."

Soobin menghela napas. “Kayaknya sesuatu itu dateng dari cermin aneh yang ditemuin Taehyun itu deh."

"Terus gimana?"

Hening sesaat, Soobin mengelus dagunya untuk berpikir. Ia kemudian menatap ketiga temannya yang lain.

"Ayo kita musnahin cermin itu."

"Tapi bang, inget resikonya kan?"

Doppelganger | TXT [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang