O9

51 12 0
                                    

Cklek cklek cklek!

Suara kunci pintu yang dibuka itu menjadi awal mereka menjalankan misi yang sudah disusun dadakan.

Keempat laki-laki yang berada di belakang Taehyun itu saling menatap mata. Badan mereka merinding saat Taehyun membuka pintu rumahnya, seperti memasuki benteng musuh.

“Silahkan.” Taehyun mengawali terlebih dahulu diikuti keempat lainnya.

Hawa dingin langsung menyeruak menusuk kulit mereka.

Setelah meletakkan tasnya, Taehyun, Soobin dan Yeonjun berjalan menuju dapur untuk membuat kue bolu yang sudah dijanjikan.

Yeonjun menatap Hueningkai dan Beomgyu dan langsung memberi kode tangan untuk mereka segera menjalankan tugas yang sudah dibagi.

Hueningkai dan Beomgyu langsung mengangguk patuh dan pergi dari sana.
























Misi mereka berdua adalah masuk ke kamar milik Taehyun, untuk mencari bukti dan petunjuk.

“Ah elah pake dikunci segala.” Beomgyu mencoba sekuat tenaga namun pintu tetap tidak mau terbuka.

Ia lalu menatap Hueningkai. "Nggak bisa, Kai." Katanya sambil menggeleng.

"Ck, yaudah ayo."

Mereka berdua kemudian berbalik hendak pergi dari sana.

“Lagi ngapain?”

“AAAAKKK!” Hueningkai dan Beomgyu berteriak kaget saat Taehyun sudah berada di belakang mereka dengan wajah yang bingung.

“Sorry sorry.” Ucap Taehyun saat tanpa sengaja mengagetkan kedua temannya.

“A-anu, gue kebelet pipis. Kamar mandinya di sini kan?” Beomgyu berbicara gagap karena masih terkejut. “Lo sendiri ngapain? Bukannya di dapur ya?”

“Gue mau ganti baju dulu. Btw, ini bukan kamar mandi. Kalo mau ke kamar mandi lurus aja ke situ terus belok kiri.”

Beomgyu mengangguk mengerti. “Oke thanks. Yuk Kai, keburu ngompol.”

Taehyun melihat mereka berdua yang sudah berjalan menjauh hingga menghilang di belokan. “Dasar.”























Beomgyu menyentuh dadanya yang berdegup kencang. “Ampun deh Kai, gue takut banget sama tu anak.”

Hueningkai mengangguk setuju. “Bener, hawanya langsung beda. Tapi kita nggak boleh takut, kita kan bareng-bareng.” Jawab Hueningkai dengan wajah yang sudah pucat.

Ia sudah berusaha sekuat tenaga untuk menahan teriakannya.

“Terus sekarang kita harus gimana? Kamarnya udah pasti nggak ada petunjuk apa-apa lagi.”

“Kita muter aja, ngintip lewat jendela. Gue nggak yakin disana nggak ada apa-apa.” Ucap Hueningkai yakin pada instingnya.

Beomgyu mengangguk pada Hueningkai kemudian ia membuka pintu kamar mandi itu dan menghela napas. Sungguh, ia benci seperti ini.






















Hueningkai dan Beomgyu kemudian mengendap-endap saat berjalan melewati ruang tamu. Namun, kalaupun mereka berjalan biasa pun tidak akan terdengar. Karena Yeonjun sudah menyetel lagu Sambalado kencang-kencang.

Kini keduanya sudah berada di teras rumah Taehyun. “Kai, lo ke arah kanan dan gue ke kiri. Kita mencar aja biar cepet. Gue nggak tahan ada di tempat ini.”

Hueningkai meng-iya kan dan segera berjalan ke arah kanannya. Sementara Beomgyu berjalan ke arah sebaliknya.





















“Anjing anjing… dosa gue sebesar apa sampe gue ngalamin kejadian di luar nalar kayak gini.” Beomgyu mengusap rambutnya kasar. “Mana gue bingung tujuan gue sekarang tuh buat apa.”

Beomgyu terus berjalan sampai sekiranya dia menemukan hal yang janggal. Namun, sampai saat ini keadaan masih stabil.

Ctak!

“Duh! Siapa sih yang iseng?” Beomgyu mengusap kepalanya saat sebuah kerikil mendarat diatasnya.

Dia celingukan mencari sumber masalah itu namun tidak menemukan apapun.

Dengan kesal, dia melanjutkan langkahnya lagi.

Ctak!

“Anjing ya lo apapun itu! Gelut kita hayuk! Sini kalo berani, jangan cupu lempar kerikil doang. Gue kasih batu moai mampus lu!” Beomgyu mulai berbicara pada pemandangan kosong. Dia sungguh kesal karena merasa dipermainkan.

“Huh?” Beomgyu memicingkan matanya saat tatapannya itu sampai pada jendela kecil di rumah Taehyun. Kemudian matanya melotot saat melihat siluet sedng menatapnya.

Badannya bergidik ngeri.

“HUAAAA!! SETAAANNNNN!!”

Ia kemudian lari terbirit-birit meninggalkan tempat itu.





















Bruk!

“Ish! Apasih bang? Jangan berisik dong! Nanti ketauan Taehyun bisa habis kita.” Ucap Hueningkai setelah bertubrukan dengan Beomgyu. Ia juga sebelumnya sudah mendengar teriakan anak itu yang bisa saja menggagalkan rencana mereka karena Taehyun akan merasa curiga.

Beomgyu dengan nafas terengah-engah menggoyang-goyangkan lengan Hueningkai. “Di jendela loteng Taehyun, gue dilempar sama kerikil. Dan lo tau? Disana ada setan lagi berdiri ngadep gue!!! Tamat udah! Gue udah mulai digentayangin arwah Taehyun!” Beomgyu terus mengoceh dan berjalan kesana kemari tak tenang.

“Jangan ngomong aneh-aneh lah bang. Yang kita mesti lakuin sekarang tuh nyari petunjuk, ayo kita cari bareng-bareng.” Hueningkai menarik tangan beomgyu agar mengikutinya dari belakang.

Kini mereka sudah sampai di jendela kamar Taehyun. Namun sayangnya, tirai kamar itu masih ditutup sehingga Hueningkai tidak bisa mengintip apa yang ada di dalam kamar Taehyun.

Sementara Hueningkai mencari celah untuk mengintip, Beomgyu sedang berjongkok melihat semut menggotongi mayat belalang sembah.

“Kalian kok kuat ngangkat itu? Nge-gym dimana deh?”

Beomgyu mengambil sampah kertas yang ada di dekatnya lalu menganggu semut-semut itu dengan menutup lubang sarangnya.

“Whahaha kalian udah nggak punya rumah. Gih bikin lagi, kalian kan kuat.” Beomgyu tertawa sendiri saat melihat semut-semut itu kebingungan.

Hueningkai yang sudah lelah itu menghela napas dan ikut berjongkok di sebelah Beomgyu yang masih mengganggu hewan tidak berdosa itu.

“Ihh kasian tau bang, homeless.” Katanya melas.

Beomgyu jelas tidak peduli dan masih bermain dengan rumah semut itu.

Hueningkai melirik ke arah tangan Beomgyu yang memegang potongan kertas kotor itu. Ia kemudian merebutnya.

“Apanih?”

“Hmm?” Beomgyu yang penasaran ikut melihat apa yang dilihat Hueningkai.

Kertas itu bukan sampah kertas biasa, melainkan ada kode yang tertulis di dalamnya.

“Apa deh Kai? Gitu doang, lo pikir itu petunjuk?”

Hueningkai menyimpan kertas itu di saku bajunya, “Untuk saat ini, semua hal yang bagi gue mencurigakan bakal gue selidikin bang. Apa lagi ini cuma potongan kertas, kalau pun sampah kenapa cuma sepotong?”

Beomgyu menggaruk kepalanya. “Terus menurut lo itu kertas dateng darimana?”

Hueningkai mengedarkan pandangannya. Benar juga, kertas itu kenapa tiba-tiba ada di halaman samping rumah Taehyun?

“Oi kalian! Masuk sini! Bolunya udah mateng nih!” Taehyun dari teras berteriak menyuruh mereka berdua masuk.

Beomgyu menepuk pundak Kai dan berdiri terlebih dahulu. “Semoga kita nggak mati makan bolunya Taehyun.” Bisik Beomgyu lalu berjalan mendahului.

Doppelganger | TXT [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang