O7

46 10 3
                                    

Atensi orang-orang kini mengarah pada Taehyun. Mereka berbisik dan memandang ke arahnya, tentu karena rambutnya.

“Taehyun rambut kamu bagus banget.”

“Makasih ya.” Taehyun tersenyum kepada siswi yang memuji rambutnya itu.

“Tumben Taehyun nggak risih? Biasanya kan dia nggak nanggepin orang.” Bisik Beomgyu pada Yeonjun.

“Ssstt diem dulu deh lo.”

Mereka berlima segera berbelok arah, dikejutkan dengan keberadaan Chaeryng yang sedang berdiri menutup jalan.

“Eh? Taehyun udah berangkat lagi. Aku kira kamu hilang loh hihihi.”

“Ya enggak lah, Chae. Gue ke rumah nenek gue doang kok.” Katanya lalu berjalan melewati Chaeryoung yang selalu memasang wajah ceria.
































Mereka kini berada di rooftop, semua orang kini memberi atensi mereka pada Taehyun. Karena tidak mau diganggu, jadilah mereka sekarang disini.

“Tumben lo Tae nanggepin orang-orang itu.”

“Kata nenek, gue harus bersikap baik sama orang-orang. Nggak baik bersikap dingin dan judes. Makanya gue mau rubah sifat gue ke yang lebih baik.”

“Iya biar nggak kayak kulkas.” Ucap Yeonjun mendudukkan dirinya ke pinggiran rooftop.

“Jadi, gue ketinggalan apa nih?” Tanya Taehyun melihat teman-temannya satu persatu.

“Waahhh banyak Tae! Kemaren bu Taeyeon milih Jisung buat ikut kontes debat. Harusnya dia milih lo, sayangnya lo nggak ada.”

Soobin mengangguk setuju sembari melihat perilaku yang Taehyun tunjukkan. Rasanya anak itu menjadi aneh semenjak berada di rumah neneknya.

“Oh iya Tae, waktu itu kita ke rumah lo buat nyariin elo. Dan ternyata lo nggak ada di rumah. Tapi, kenapa pintunya nggak dikunci ya?”

Taehyun menoleh cepat ke arah Hueningkai dan yang lainnya. “Eh? Kalian habis itu masuk?”

“Ehehehe iya. Tapi nggak ngapa-ngapain kok, Cuma nyari lo habis itu pulang.” Jawab Hueningkai merasa tidak enak. Ia tahu sekali bahwa temannya itu sangat tidak suka orang yang tidak sopan.

Taehyun mengangguk seadanya, “Sebenernya gue lupa ngunci pintu, lupa sih hehe. Tapi untung nggak kemalingan. Soalnya gue kira gue bakal pergi sehari aja, ternyata seminggu ya. Makasih juga udah mau nyariin.”

Mereka mengangguk dibarengi dengan senyuman yang tersirat di bibir mereka masing-masing. Kalaupun ini benar-benar Taehyun, mereka senang karena ia mau merubah sikapnya menjadi anak yang ceria dan lembut.
































“Kalian ngerasa aneh sama Taehyun nggak sih? Semenjak ketemu kemaren, gue ngerasa ada yang nggak beres. Masa habis dari rumah dia, kita kecelakaan.” Ucap Soobin sambil membaca buku yang di dapatnya dari rumah Taehyun.

“Nggak ah, justru bagus kan kalo Taehyun berubah jadi anak baik gitu. Lagian nggak ada hubungannya kecelakaan sama Taehyun.” Sanggah Hueningkai yakin.

“Yakin nggak ada hubungannya?” Beomgyu menatap Hueningkai dengan sudut matanya.

“Gue juga ngerasa aneh, bahkan Taehyun nanggepin omongannya Chaeryoung. Oke Taehyun pengen berubah, tapi kenapa secepet ini coba? Orang biasa mah ya kadang-kadang khilaf.” Ucap Yeonjun menyetujui Soobin dan merasa ada yang aneh dari temannya itu.

“Ya kan. Taehyun juga ngewarnain rambutnya jadi begitu, apaan banget dah. Padahal dia sendiri bilang kalo nggak akan nge cat rambut biar rambutnya nggak rusak.”

Hueningkai berdiri, “Kalian sebagai temen tuh harusnya dukung Taehyun. Dia begitu karna pengen jadi orang yang baru, yang lebih baik. Nggak gue sangka kalian malah ngomongin Taehyun dibelakangnya gini.” Ia memasang wajah tidak suka.

“Kai! Nggak gitu maksud kita!” Yeonjun meneriaki Hueningkai yang sudah berjalan menjauh.

Yeonjun mnghembuskan nafasnya kasar. “Bagus! Sekarang kita pecah belah begini.”

Beomgyu menggaruk kepalanya, bingung dengan keadaan yang sedang terjadi. “Yaudah sih bang, ntar paling tu anak dateng sendiri ke sini.”

Soobin setuju dengan Beomgyu dan pemikiran mereka tentang Taehyun. Bahkan istirahat kedua yang sudah menjadi rutinitas mereka berada di perpustakaan, kini Taehyun malah tidak datang. Biasanya dia yang mengajak mereka terlebih dahulu.





























Hueningkai menoleh kesana kemari mencari Taehyun. Sudah ia cari ke kelasnya, tapi anak itu tidak ada. Di kantin juga tidak ada.

Akhirnya Hueningkai memutuskan untuk duduk di bangku taman. “Mereka jahat banget, nggak gue sangka mereka berasumsi buruk tentang Taehyun. Harusnya kan mereka seneng karena Taehyun balik lagi.”

Walaupun tidak dipungkiri kalau Hueningkai sedikit merasa aneh dengan perilaku Taehyun. Tapi mungkin karena Taehyun yang ingin merubah diri jadi orang yang lebih baik makanya Hueningkai memaklumi.

Ia menedang-nendang rumput yang ada di bawahnya dengan kesal.

Hueningkai kemudian melihat sepupu Taehyun berjalan sendirian hendak melewatinya.

“Eh bang Chanhee, berhenti dulu. Liat Taehyun nggak?” Tanya Hueningkai mencegat kakak kelasnya itu.

Chanhee menggeleng kemudian duduk di sebelah Hueningkai. “Bukannya dia selalu sama geng lo ya?”

“Iya, tapi hari ini dia nggak bareng kita. Siapa tau kan bang Chanhee liat.”

“Nggak dek. Btw, sejak kapan Taehyun cat rambut jadi kayak gitu?” Tanya Chanhee saat tadi bertemu Taehyun saat berangkat sekolah.

“Emm… katanya sih dia ngecat rambutnya waktu dirumah neneknya.” Jawab Hueningkai sambil mengingat-ingat.

Chanhee mngerutkan alisnya bingung. “Hah? Neneknya?”

“Iya, Taehyun nggak berangkat ke sekolah karena harus ngejenguk neneknya di kampung halaman. Bang Chanhee nggak tau?”

Chanhee terdiam sejenak.

“Dek, yang harus lo tau nih. Nenek kita itu udah meninggal dua tahun lalu. Dan gue nggak ngira kalo Taehyun bakal ngibul kayak gitu.”

Doppelganger | TXT [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang