Kehidupan Lulu akhirnya kembali seperti semula, hidup seperti mayat hidup! Hampa dan tidak banyak bicara selain dengan ketiga sahabatnya sampai-sampai orang lain tidak tahu suara Lulu karena tidak pernah mengobrol dengan orang lain.
Namun kali ini mayat hidup seakan sudah mati seutuhnya karena kemarin-kemarin rasanya Lulu menemukan cahaya kecil yang membuatnya candu namun ternyata cahaya itu hanya sekelebat dan tidak kembali, entah mengapa rasanya seperti kehilangan arah dan semakin hampa. Perasaan kosong yang tidak pernah Lulu rasakan.
Akhir-akhir ini Lulu sedang tidak bersemangat kumpul dengan sahabat-sahabatnya bahkan dia juga jarang bekerja di bengkel lagi. Karena Lulu tidak akur dengan ibunya membuat Lulu segan meminta uang dan akhirnya Lulu bekerja di bengkel yang biasa dia memodif scoternya. Lulu biasa menjadi kasir di bengkel itu dan penghasilannya cukup untuknya sehari-hari karena mamanya hanya memberi Lulu untuk bayaran kuliahnya.
Lulu parkir di depan toko dan mengunci scoternya dengan baik karena motor itu peninggalan papanya satu-satunya yang ia miliki. Motor bersejarah yang mana dulu bisa mereka berempat naiki hanya untuk menuju taman bermain.
"Kak, kasbon dong buat malam minggu." Seru Otoy menghentikan Lulu di tangga.
"Duit mulu lo!" Jawab Lulu tetapi sembari merogoh kantong celananya.
"Dua lembar dong kak." Tambah Otoy saat melihat Lulu mengeluarkan uang pecahan seratus ribuan.
"Selembar aja!" Ketus Lulu dan memberikan uang seratus ribu pada Otoy.
"Kalo gak mau gue ambil lagi nih!" Tambah Lulu saat melihat Otoy cemberut."Iyah iyah!" Otoy segera memasukan uang itu ke dalam kantong apron yang ia kenakan dan menampakkan giginya tersenyum pada Lulu.
Otoy itu karyawan di Lalu Bakery dan terbilang yang paling akrab dengan Lulu karena mereka mempunyai peran antara bos dan pesuruh.
Lulu nemerintahkan Otoy untuk membantu mamanya agar tidak terlalu capek di toko maka dari itu Otoy menjadi karyawan paling rajin di mata Lastri karena dia tidak tahu kalau Lulu membayar lebih untuk Otoy lebih giat di toko."Otoy ngapain kamu disini?" Lastri datang mengagetkan Otoy dan Lulu.
"Sana pergi beresin dapur masih berantakan." Terus Lastri karena entah mengapa Lastri tidak suka karyawannya terlalu dekat dengan Lulu karena ia takut Lulu mempengaruhi yang lain untuk membencinya."Siap bu." Jawab Otoy berlari ke dapur.
Lastri berlalu begitu saja melewati Lulu menuju anak tangga satu persatu. Tidak pernah ada kata yang terucap dari Lastri untuk Lulu sekalipun terluka sepertinya mamanya itu tidak pernah ada ke khawatiran sama sekali berbeda dengan Lala yang tampak lesu saja Lastri begitu panik.
Lulu mengikuti Lastri dari belakang, satu persatu anak tangga yang dinaiki dan bekas pegangan Lastri diikuti oleh anaknya itu. Jejak tangan itu terasa hangat bagi Lulu, ingin rasanya Lulu memeluk mamanya itu dan meluapkan kegundahannya selama ini namun Lulu sadar kalau rasa benci mamanya begitu besar padanya.
Kesalahan yang tidak Lulu lakukan membuatnya membiarkan Lastri hidup membenci anaknya sendiri karena ia tidak pernah mau mendengarkan penjelasan Lulu.
"Mama!" Teriak Lulu spontan dan menahan kedua bahu mamanya yang hampir terjatuh karena terkilir.
Lulu begitu khawatir dan untung saja Lulu berada di belakang mamanya coba saja kalau tidak ada Lulu sudah pasti Lastri terjatuh berguling hingga dasar tangga.
"Mama gak apa-apa?" Tanya Lulu khawatir.
Lastri mengembalikkan kesadarannya karena sejak tadi pikirannya penuh oleh hubungan Lala dan Reno. Lastri memikirkan apa respon Reno kalau dia tahu Lala mengidap kanker hati dan apa yang harus ia lakukan kalau nanti Reno tahu kebenarannya. Lastri bertekad untuk mencari donor hati untuk Lala.
KAMU SEDANG MEMBACA
LaLu Story
General FictionLala dan Lulu saudara kembar yang berbeda dari saudara kembar lainnya karena mereka masing-masing memegang rahasia selama puluhan tahun yang membuat keduanya saling menyakiti dengan dendam membara sebelum semuanya terbongkar di tambah mamanya hanya...