8

0 0 0
                                    

"Hasilnya laboratorium nya memburuk."
"Nilai fungsi hatinya naik lagi." Ucap dokter Hady.

Dokter dengan perawakan gagah tinggi kisaran 180cm itu memberitahu hasil darah Lala.

Seperti biasa Lastri hanya bisa menggenggam tangan Lala menguatkannya. Sebenarnya Lala sudah tidak kaget mendengar kabar buruk dari mulut dokter yang sudah menanganinya sejak kecil. Dokter gigih yang membuatnya tetap berada di dunia ini dengan segala obat yang ia resepkan.

"Jadi kami harus bagaimana dokter." Tanya Lastri lirih.

"Minum obat yang teratur dan makan makanan sehat sampai kita menemukan donor hati yang cocok." Terang Dokter Hady yang terus mengatakan hal serupa belasan tahun lamanya.
"Apa belakangan ini kamu telat minum obat atau makan diluar, La?" Tanya Dokter Hady karena tidak biasanya nilai fungsi hati Lala melonjak.

Lala mengingat bagaimana ia telat minum obat hingga sesak saat ia ke taman bersama Reno dan sudah seminggu ini Lala hampir setiap hari keluar bersama Reno untuk makan diluar yang harusnya tidak Lala makan dan ia juga sering telat minum obat.

Lala mengangguk pelan merasa bersalah ternyata kebahagiaannya membuat ia sakit bertambah parah.

"Mama kan sudah bilang jangan sering makan diluar dan bawa obat kemana pun kamu pergi." Nasehat Lastri tak membuat Lala nurut.

Lala takut jika Reno melihatnya minum banyak obat akan membuatnya bertanya-tanya bahkan tidak akan menemuinya lagi. Lala masih bersikukuh menyembunyikan penyakitnya dari Reno walau kadang ia merasa pusing atau lemas namun entah mengapa Reno alasan ia untuk menjadi kuat.

"Aku akan minum obat tepat waktu dan makan dengan baik lagi dok." Janji Lala pada Dokter Hady dan mamanya terlebih janji itu ia utarakan untuk Reno yang membuatnya semangat untuk bertahan hidup.

"Andai hati saya cocok dengan kamu nak pasti dari dulu mama sudah berikan seluruh hati mama untuk kamu." Tangis Lastri pecah tidak sanggup membayangkan bagaimana hidupnya tanpa Lala.

"Ma, aku akan bertahan dan melawan penyakit ini demi mama."
"Jadi mama jangan sedih yah." Hibur Lala memberikan senyum pad mamanya.

"Kita banyak berdoa saja semoga secepatnya ada hati yang cocok untuk Lala yah." Hibur Dokter Hady.

Dokter Hady sangat ingin melihat Lala pulih kembali karena melihat Lastri satu bulan sekali menangis dihadapannya membuat Dokter Hady ingin segera menemukan hati yang cocok untuk di cangkokkan pada Lala karena hanya itu jalan terakhir agar Lala pulih kembali.

Hati Lastri tidak cocok untuk di cangkokkan pada Lala membuatnya mengutuk diri sendiri Karena menjadi ibu yang gagal untuk mempertaruhkan nyawanya demi anak. Ia bisa makan apapun dan melakukan apapun tetapi Lala semua dibatasi karena penyakitnya. Malang nian nasib gadis yang baru menginjak dua puluh tahun.

"Yeay! Gue menang lagi."
" Tumben lo main gak serius Lu." Tanya Restu yang telah menang berkali-kali bahkan mencetak rekor menang setelah sekian lama dapat mengalahkan Lulu yang jago dalam main PS.

"Lo aja yang curang!" Lulu melempar stik PS dan duduk disamping Leon yang sedang membaca.

"Bilang aja sekarang lo udah gak jago lagi." Ledek Restu.

"Bukan Lulu yang udah gak jago sayang tapi kamu yang udah lebih jago dari Lulu." Puji Sheila sembari memeluk kekasihnya yang duduk di bawahnya.

Sejak pulang kuliah Lulu berkumpul bersama di rumah Restu namun pikirannya terbang pada Lala yang tadi pagi terlihat lesu dan pucat bahkan Lulu tidak melihat Lala dikampus.

Dibalik kebenciannya Lulu tetap saudara kembarnya yang dapat merasakan apa yang dirasakan Lala. Ketika Lala sakit maka Lulu akan merasakan perasaan yang aneh walau tidak saling berdekatan. Sebenarnya Lulu membenci perasaan khawatir namun tidak bisa ia pungkiri sebagai kembar identik yang harus merasakan yang dirasakan saudaranya.

LaLu StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang