Lulu bangun lebih cepat tanpa di teriaki oleh mamanya, mungkin karena Lulu sudah tidur sejak sore. Dan itu sangat membantu pekerjaan mamanya di pagi hari namun sepagi apapun Lulu bangun akan kalah masuk ke kamar mandi oleh saudara kembarnya.
“Sayang rambut kamu kurang rapi.” Kata Lastri melihat Lala dan mulai merapikan dengan jemarinya.
“Masa sih ma? Aku sudah sisir padahal.” Lala ikut membereskan rambutnya.
Sepertinya rambut Lala terlihat rapi-rapi saja oleh mata Lulu tapi entah apa maksud tontonannya saat ini. Terlihat oleh Lulu tangan yang penuh dengan kasih sayang itu menyentuh rambut Lala dengan sesekali bertabrakan dengan tangan Lala yang ikut merapikan. Lulu menelan ludah. Memekik sakit. Menjerit dalam hati melihat pemandangan di pagi hari nya itu karena ia tahu kalau mamanya tidak mungkin melakukan hal serupa padanya padahal rambut Lulu selalu acak-acakan tetapi tangan lembut itu tidak pernah sekali pun menyentuh kepalanya.
Lulu makan seperti biasanya tanpa mengatakan apapun dan menatap siapapun walau hatinya panas terbakar rasa cemburu. Seakan Lulu hanya hidup sendiri, tanpa dianggap dan menganggap.
Lulu yang telah selesai sarapan segera pergi meninggalkan meja makan dengan datarnya. Tanpa pamit ataupun ritual cium tangan pada Lastri, tidak seperti Lala yang membungkuk dan menghabiskan lipgloss di bibirnya untuk menciumi mamanya saat akan pergi.
Lulu pergi dengan scotternya dengan hati-hati tidak ingin merusak lahi motornya yang sudah diperbaiki. Sepanjang jalan Lulu masih mengingat bagaimana mamanya tadi memperlakukan Lala, panas dalam dadanya masih membara rasanya ingin menangis namun Lulu sudah berjanji pada almarhum paoanya tidak akan lagi meneteskan air matanya.
Lulu melihat sosok yang tidak asing di matanya, berdiri disamping mobil kerennya. Lulu tidak ingin memperlihatkan tatapannya yang tak lepas dari sosok pria itu yang berdiri tepat di jalan dimana ia mengalami kecelakaan tempo hari. Sedang apa dia disana? Mungkinkan itu menjadi tempat favoritnya sejak datang di Jakarta. Aneh sekali! Pikir Lulu.
Seratus meter lagi Lulu akan melintasinya tiba-tiba pria itu menuju tengah jalan dan membentangkan kedua tangannya menghalangi jalan motornya membuat Lulu menarik rem dengan halus.
Lulu berhenti tepat dihadapan laki-laki dengan kaos hitam dan jeans panjangnya.
”Lo lagi.” kata Lulu sambil membuka kaca helm dan terlihat heran melihat Reno tiba-tiba menyetopnya di tengah jalan.
Mau apa lagi dia. Mempermalukan Lulu karena ia menyangka akan bunuh diri ternyata hanya menolong anak kucing? Hah.
“Hai.” Reno memberikan senyuman manisnya namun di iringi dengan rasa takut gemetar di bibirnya.
“Kenapa?”
“Anu, aku cuma mau minta maaf.” Reno merasa gugup di hadapan Lulu.
Mata coklat Lulu yang selalu siap untuk menikam membuat lutut Reno lemas seketika tidak seperti biasanya yang selalu mudah menaklukan wanita manapun yang ia mau.
“Bukannya kemarin lo udah Minta maaf ke gue yah.” Lulu menatapnya heran dan matanya tertuju pada plastic putih yang di pegang laki-laki yang dianggapnya aneh ini.
“oh iyah, ini.”Seakan Reno tahu maksud tatapan Lulu pada plastiknya dan reno menyerahkan plastik itu.
Tangan Lulu hendak mengambil plastik dari Reno namun ponsel Lulu berdering dan segera mengambilnya di saku jeans hitamnya. Nama Leon muncul di layar ponselnya dan Lulu segera menjawabnya.
“iya, Le.” Jawab Lulu singkat dan Leon berbicara panjang lebar memberi tahu kalau kelas akan segera di mulai.
Tiba-tiba Lulu menjadi sangat buru-buru mengenakan helmnya kembali dan menyalakan scotternya hingga lupa Reno di hadapannya bingung melihat tingkah Lulu.
Tanpa menghiraukan Reno yang masih berdiri Lulu sudah mengambil ancang-ancang siap melaju kembali tanpa menghiraukan Reno.
“Ini.” Reno memaksa menjulurkan tangannya ke hadapan Lulu dengan plastik yang tak tahu apa di dalamnya.
“oke.” Kata Lulu tanpa melihat apa yang ada di dalam plastik itu menggantungkan di scoternya dan berlalu.
Lulu menancap gas dam pergi meninggalkan Reno tanpa ba-bi-bu membuat Reno lupa untuk menanyakan nama gadis itu.
“Hei."
"Aku Reno kamu siapa?” Reno berteriak karena kecolongan untuk berkenalan dengan wanita judes itu.Lulu samar-samar mendengar teriakan Reno namun ia tidak menghiraukannya dan mulai menaikan kilo meter motornya agar cepat sampai kampus.
Reno kembali ke mobil dengan tangan kosong, ia tidak mendapatkan nama gadis itu apalagi nomor ponselnya untuk terus memantau bagaimana luka dan scooternya karena tadi Reno lihat motor itu telah di perbaiki dan Reno ingin ganti rugi kepada gadis itu tetapi Reno sedikit bersyukur dengan ia kembali bertemu dengan Lulu dan memberikan obat yang ia beli sejak kemarin dan membuahkan hasil kembali bertemu di tempat kejadian pertama kali ia bertemu.
Lulu tiba di kampus dan ternyata teman-temannya masih menunggu di parkiran. Lulu pikir mereka sudah di kelas. Lulu segera memarkirkan motornya di tengah-tengah motor Restu dan Leon seperti biasanya seperti parkiran yang sudah ia bayar sampai lulus kuliah karena tata letaknya sama setiap harinya dan tak pernah ada yang berani mengambil lahan parkirnya.
“Bawa sarapan, Lu?” Tanya Shila polos menatap plastik putih yang mengait di motor Lulu.
“Maksudnya?” Lulu menatap Shila dengan heran mengeryitkan dahi mencerna pertanyaannya setelah membuka helm dan jaket kesayangannya.
“Itu Lulu bawa nasi uduk kan?” Jelas Shila sambil menunjuk plastik putih yang biasa tukang nasi uduk gunakan untuk membungkus dagangannya.
“Iya apaan tuh?” Tanya leon penasaran tersadar Lulu membawa plastik ke kampus.
“Oh, bukan apa-apa.” Jawab Lulu singkat sambil mengambil plastik dari gantungan motornya di pindahkan ke tas rangsel miliknya.
“Masuk yuk, kita bisa telat nih.” Ajak restu mendorong bahu Shila melupakan rasa penasaran Shila dan Leon akan plastik yang segera Lulu masukan ke dalam tasnya, padahal Lulu pun penasaran akan isinya namun benar kata Restu kalau kita bisa telat.
“Lulu sih beli nasi uduk dulu jadi kita telat deh, iya kan sayang” Omel Shila pada Restu dibalasnya dengan senyuman penuh cinta dengan manja khasnya.
Reno merasa gelisah karena lagi-lagi Lulu meninggalkannya tanpa kata, apakah ia baik-baik saja? Apakah ia sudah menggunakan obat pemberiannya? Apakah sekarang ia sudah tak lagi marah? Begitu kiranya yang ada dalam pikiran Reno pada gadis yang belum ia ketahui namanya.
Reno benar-benar gelisah di buatnya, ingin rasanya bertanggung jawab karena Reno selalu di ajarkan untuk selalu bertanggung jawab oleh orangtuanya apalagi kemarin Lulu bertemu dengan mamanya di tambah ternyata Lulu anak dari sahabat mamanya benar-benar membuat Reno kelimpungan.
Lulu pulang kerumah setelah nongkrong dengan ketiga sahabatnya di cafe yang biasa mereka datangi, disana Lulu tidak mengatakan mengenai pertemuan nya dengan Reno pagi tadi walau Leon sempat menyinggung insiden yang di alaminya itu. Leon memang penasaran karena Lulu yang biasanya sensitif dan cenderung marah-marah jika ada yang menyentuh motor peninggalan papanya itu apalagi sekarang motornya sampai rusak tetapi Lulu diam saja membuat Leon penasaran akan sosok laki-laki itu.
Lulu merasakan hal yang berbeda saat ia kembali mengingat wajah manisnya Reno, seakan membuat darahnya mendesir dan jantungnya mendadak tak mengikuti irama.
Lulu meraih tasnya dan membuka plastik pemberian Reno yang ternyata dalamnya berisi beberapa obat dan perban yang di berikan Reno.
Sesaat memandangnya Lulu melemparkan plastik itu ke atas meja belajar dan melemparkan tubuhnya ke ranjang dengan posisi kepala sejajar dengan meja belajar.
Perasaan berbeda menghantuinya, Lulu kembali mengingat wajah Reno tanpa alasan yang ia ketahui, Lulu mencoba memiringkan tubuhnya sehingga ia melihat jelas plastik tersebut di atas meja.
Dalam benaknya mulai muncul banyak pertanyaan. Untuk apa Reno memberikannya obat? Apakah laki-laki itu merasa bersalah? Ataukah ada maksud lain?
Lulu benar-benar bingung dengan laki-laki yang belakangan ini selalu muncul di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LaLu Story
General FictionLala dan Lulu saudara kembar yang berbeda dari saudara kembar lainnya karena mereka masing-masing memegang rahasia selama puluhan tahun yang membuat keduanya saling menyakiti dengan dendam membara sebelum semuanya terbongkar di tambah mamanya hanya...