Hari ini judul yang pantas untuk memulai pagi adalah kekesalan. Bukan tanpa alasan demikian terpikirkan. Tidak akan ada yang mau menerima teriakan disaat matahari terbit saja masih malu-malu dari ufuk timur untuk bangun dan menyapa selamat pagi. Jungkook dipenuhi dengan rasa kesal tidak terkira karena Jimin berteriak padanya.
Alasannya satu, karena Jungkook bertindak kurang ajar dengan bermain ponsel pria itu. Panggilan semalam terhubung lebih dari dua puluh menit pada nama kontak Yoongi sebelum ia mengakhiri.
Wajah semerah tomat matang, tubuhnya masih dibalut piyama satin lengan pendek yang Jungkook pakaikan semalam, tentu kancing bajunya terbuka semua karena Jungkook menyusu pada pria itu meski sudah terlelap atau tiga jarinya yang tetap menyumpal lubang anal Jimin.
Jungkook acuh saat Jimin hampir menampar pipinya. Sebaliknya ia membawa pria itu terkurung di antara tubuh besar dan dinding. Menghimpit hingga tanpa jarak dan menahan kedua tangan di atas kepala. Jungkook menciumnya, menggigit bibir bawah gemuk yang masih bengkak. Persetan gosok gigi, toh semalam ia hanya minum sperma Jimin. Mulutnya bau selangkangan tapi apa pedulinya.
Jimin tidak paham dengan cara baik-baik. Pria itu lebih luluh saat Jungkook memaksa. Lihat sekarang bagaimana kedua mata kecil menjadi sayu dengan tubuh lemas, pria itu bahkan tidak menyadari Jungkook sudah melucuti semua pakaiannya.
"Berbalik, atau kau ingin aku gauli dengan kaki mengangkang seperti anjing?"
Bibir ranum basah itu bergetar dengan tatapan sayu pada Jungkook. Oh sial, kenapa begitu menggairahkan saat pria dengan pesona dan penuh memikat seakan berpasrah diri kepadanya.
Jimin tidak membalikkan tubuhnya, pria itu memilih untuk memeluk leher Jungkook. Entah ke mana kemarahannya beberapa saat lalu.
"Seharusnya analmu masih longgar." Jungkook menurunkan boxer-nya. "Jari-jariku hampir putus untuk membuatnya terbuka semalaman." Kaki kanan Jimin diangkat, ia lepaskan sepasang tangan di atas kepala saat tak menemukan lagi perlawanan. Menahan dengus begitu jemari lentik membawa diri pada pundaknya.
Jungkook mengurut kelaminnya, menampar selangkangan Jimin yang terbuka lebar. Ia menekuk kaki, mencoba memasukkan kepala miliknya pada lubang belakang.
"Ahh ..."
"Ini baru ujung, kau sudah mengeluarkan air kencingmu?" bisiknya dengan nada meremehkan. Matanya berfokus pada lubang kecil di kepala kelamin Jimin. Mengucurkan precum tanpa henti.
"Apa digauli olehku seenak itu, Jimin?" bibir tipisnya menjilat pipi kanan. Menyeret sentuhan basah hingga daun telinga. Ia bernapas sedikit kasar di sana, "Kau suka aku menyetubuhimu setiap hari? Kau menyukainya saat tubuhmu kuhentak sampai kau menggila?"
"It's -too deep!" Jimin mendesah.
"Is it? But it's only half way, Park."
Kelinglungan Jimin dibalas dengus, "Kau masih belum terbiasa dengan ukuranku." Jungkook menghentak keras hingga pria yang dimasukinya menjerit. "Apa kau teringat penis lain yang pernah masuk? Jelas ia tidak dapat memuaskanmu."
Jungkook dan hinaan tipis memalukan. Dapat ia rasakan lubang yang menghimpit semakin kencang. Kelaminnya di remas ketika bergerak menghentak, ia mencengkeram paha Jimin hingga merah mencetak telapak tangannya. Menggerakkan pinggul seiring tubuh Jimin terus memantul ke atas.
Satu-satunya pria yang telanjang bulat ia gauli terlihat begitu menawan dan bergairah. Jungkook mengangkat satu kakinya yang lain, mencondongkan tubuhnya ke belakang hingga hanya pinggul yang dekat dengan Jimin. Ia mulai menggenjot tubuh yang sepenuhnya bertumpu pada kekuatan hentakannya agar tetap bersandar pada dinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Safe For Work | KookMin
FanfictionIa hanya Jungkook, gelandangan dari kampus Hybe yang hampir tak bisa mengikuti semester keempat. Maklum, ia bodoh juga tidak pintar merayu pengajar galak nya. Mau lulus cepat apa dayanya hanya mahasiswa biasa bukan supernova privilege dan bergelima...