Sedari pagi, Jimin menjadi lebih sibuk. Memesan kue dari toko melalui pesan antar, mendekorasi ruangan live seindah mungkin dengan banyaknya benda-benda berwarna merah.
Jungkook dibuat tidak mengalihkan pandangan saat Jimin berjalan ke dapur dengan bokong di balut pantie merah dengan pita besar di atas tulang ekor. Lingerie merah transparan melengkapi penampilannya itu.
Sampai pada akhirnya ia ikut didandani dengan kemeja merah dan celana senada warnanya. Tidak lupa dengan penisnya yang diberikan pita.
Penis yang dijadikan tongkat kemudi oleh Jimin yang menarik-turunkan tubuhnya. Menelan seluruh batang kelamin melalui lubang merah mudanya yang ketat.
Jungkook hanya bisa mendesah dengan mata terpejam di balik topeng merah yang Jimin pasangkan untuknya. Pasrah dijadikan alat pemuas nafsu bagi penonton siaran langsung si pelacur online.
Ia tidak bisa menghina seperti itu karena pada kenyataannya ia juga ambil andil dalam siaran yang tengah berlangsung. Ia yang menghentak ketika Jimin mulai merengek karena lelah. Melebarkan bokongnya agar orang-orang itu dapat melihat anal Jimin yang tersumpal penis lebih jelas. Semuanya diakhiri dengan semburan panas sperma di dalam kantung kondom dan Jimin mengakhiri live. Dua jam, enam puluh juta berada di rekeningnya.
Mendapatkan uang itu mudah, jika orang itu memiliki tubuh indah dan paras secantik semenawan Jimin. Dijual saja, gampangnya.
Jungkook menarik pria itu kembali ke pangkuannya ketika Jimin hendak membersihkan dekorasi ruangan. Ia masih sangat keras, bahkan tidak puas sama sekali.
Yang lebih tua tampak protes sejenak meskipun pada akhirnya mendesah juga di bawah kekang tubuh besar Jungkook. Terlonjak di atas karpet bulu, mendesah manja karena genjotan penis Jungkook tidaklah mendekati kata pelan.
"Ahh-ah! M-more~"
Jungkook mendengus, kepalanya merunduk, lidah terjulur untuk menjilat rahang hingga bibir gemuk Jimin. Cantik sekali pria Park itu saat terangsang di bawahnya seperti ini.
"Yoo-"
"Jungkook." genggam pada pergelangan menyingkirkan lengan Jimin dari wajahnya. "Ini Jungkook." tekannya dengan raut datar, mata menangkap kegelisahan yang lebih tua sebelum terhapuskan oleh rasa nikmat menghantam prostat.
Keduanya mencapai kenikmatan, legit akan bagaimana batang berurat masih diremas dinding rektum memberikan rasa bangat menakjubkan. Jungkook menarik keluar miliknya, melepas kondom dan berdiri ingin keluar ruangan. Ia hampir kehilangan mood di akhir.
Niatnya urung dilakukan ketika lengan kirinya ditarik jemari lentik sedikit kuat. Ia menoleh, mengangkat sebelah alisnya menunggu bibir gemuk telah bengkak ia cumbui untuk mengeluarkan suara.
"Apa?" ia mengambil langkah pertama dengan bertanya.
"Are you mad?"
"No? Kenapa aku marah?" pergelangannya perlahan dilepaskan genggaman Jimin. Ia merasa sedikit kesal sekarang jadi tak ada keinginan untuk berada di ruangan sama dengan Jimin saat ini.
"Kembalilah saat makan malam."
Gumam menjadi balasan dan ia menutup pintu ruang kerja Jimin. Entah perasaannya menjadi sangat buruk karena hal sepele. Seharusnya ia tidak peduli, tidak serta-merta merasakan kesal dan ingin meninju sesuatu sebagai pelampiasan.
Ponselnya bergetar di waktu yang tepat, itu adalah Taehyung mengiriminya pesan untuk datang ke rumah. Sepertinya kedua orang tua pemuda itu pulang dari berlibur dan membawa banyak oleh-oleh. Jungkook dan Seokjin diundang untuk ikut menikmati sedikit souvenir dan makanan khas dari negeri sakura. Ia terkekeh saat Taehyung mengirimkan wajah aneh dengan mochi di mulutnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/309693422-288-k672747.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Safe For Work | KookMin
Fiksi PenggemarIa hanya Jungkook, gelandangan dari kampus Hybe yang hampir tak bisa mengikuti semester keempat. Maklum, ia bodoh juga tidak pintar merayu pengajar galak nya. Mau lulus cepat apa dayanya hanya mahasiswa biasa bukan supernova privilege dan bergelima...