Bubble Gum 14

1.3K 135 21
                                    

Bola oranye menggelinding menyentuh ujung sandal. Jimin menunduk untuk mengambil bola itu,    matanya terpaku pada seorang anak kecil laki-laki yang berlari mendekatinya.

"Kakak, bolanya punya Yoonjae." anak itu terengah setelah berhenti dua langkah kecil di depan Jimin. Tangan mungilnya terangkat, memberi gerakan meminta. "Boleh ambil lagi? Nanti ayah marah kalau hilang."

Jimin memerhatikan, menatap wajah manis dengan pipi gemuk dan mata yang kecil. Bibirnya tersenyum, menyerahkan bola itu lalu derdeham. "Yoonjae, ayahnya di mana? Kok sendirian."

Anak lelaki itu menggeleng, "Itu ayah!" tunjuk nya ke belakang. Jimin mengikuti jari kecil itu dan tubuhnya kaku ketika melihat seorang pria berjalan mendekat. Caranya berpakaian, dua tangan yang berada di dalam saku jaket, rambut hitamnya yang mendekati bahu. Jimin menggigit bibir dalam, tatapannya tertuju pada wajah pria yang dipanggil anak itu ayah.

"Ayah! Kakak ini bantu aku ambil bola!" anak itu tersenyum senang, memeluk kaki ayahnya dengan riang.

"Begitu kah? Sudah ucapkan terima kasih?"

Kepala yang menggeleng membuat ayahnya mengelus rambut halus Yoonjae. "Tidak boleh begitu. Katakan terima kasih dulu." anak itu menurut, mendatangi Jimin dan mengucapkan terima kasih. Jimin tersadar saat jemari tangannya disentuh, ia menunduk, menatap anak lelaki yang menatapnya dengan tidak sabaran menunggu balasan.

"Ya," bibirnya mengulas senyum.

Jimin kira hari ini ia bisa sedikit bernapas tanpa ada rasa yang menghambat ketenangannya. Tidak akan merasakan cekikan di leher sampai paru-parunya berat, sampai tubuhnya tak bisa bergerak dan hanya mampu duduk seperti patung. Kakinya berat untuk melangkah, atau setidaknya membawanya pergi sekarang.

Pria itu duduk di sampingnya, mengawasi anak lelaki yang tengah bermain di taman dengan beberapa anak lain. Bibir Jimin bungkam, ia tak tahu apa yang akan ia keluarkan jika mulutnya terbuka sedikit saja.

"Min Yoonjae, usianya lima tahun. Aku menikahi ibunya saat dia hamil Yoonjae enam bulan. Yoonjae sangat mirip denganku."

Jimin tidak tahu apakah ia masih bisa menahan dirinya, tatapannya sudah kosong, tidak lagi mengarah pada anak lelaki atau pun bola yang menggelinding ke sana kemari. Belah bibirnya terbuka, "Kau jahat, Yoongi."

Tiga kata yang dapat Jimin utarakan, mengalir begitu saja seolah segala dalam kepalanya hanya mampu mencerna tiga kata tersebut. Setelah semua yang ia lakukan, kesulitannya, rasa sakit untuk bertahan. Ia tidak pernah meminta memiliki hubungan dengan seorang pria brengsek yang menjualnya karena rasa cemburu. Ia tidak pernah meminta untuk menjadi sapi perah dari pria tidak berguna yang ternyata sudah berkeluarga.

Jimin tidak sanggup untuk menoleh, sekedar melirik pria yang duduk di sampingnya pun tak mampu. Lalu apakah kejadian satu bulan lalu dan bulan-bulan yang telah terlewati, membuatnya menjadi manusia paling hina karena membiarkan dirinya disentuh oleh pria berkeluarga, memiliki anak, telah menikah tanpa sepengetahuannya.

"Aku jahat, tapi aku tidak bisa melepasmu. Bukankah kau yang mengatakannya dulu, aku satu-satunya yang membuatmu bahagia. Kau membutuhkanku Jimin."

Hatinya terasa teriris, Jimin menatap sandal hitam yang kebesaran di kakinya. Menyadari jika ia memakai sandal yang bukan miliknya untuk keluar rumah. Ingin menertawakan diri karena apa yang ia lakukan selama ini bukan lagi bisa disebut sebagai manusia.

"Jimin."

Sentuhan di pinggangnya membuat tubuh Jimin tersentak. Ia menatap jemari tangan yang menyentuh sisi kanan. Matanya berair menyadari cincin emas di jari manis.

"Kau tidak bisa meninggalkanku walau pun sudah mengetahuinya. Tidak bisa."

"Bukan itu yang seharusnya kau katakan. Bukankah memang sudah berakhir saat kau meninggalkanku malam itu? Kau yang mengakhirinya Yoongi dan kau juga yang kembali untuk uang dan rasa hangat di atas ranjangku."

Not Safe For Work | KookMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang