Bubble Gum 13

1.5K 145 15
                                    

Kewarasan yang tertinggal dari Jungkook hanya tersisa bubuk dalam mini jar. Berada di ujung meja, sedikit dorongan akan membuatnya pecah berantakan. Memandang ke arah balkon, sekali lagi ia dibuat terpesona oleh kehadiran pria dalam balutan piyama tidurnya -piyama biru itu milik Jungkook. Rambut tergerai menutupi kening dan angin pagi membuat wajah itu lebih segar bersama matahari hangat. Jungkook betah berlama-lama di sana jika saja ia tak memiliki kewarasan yang tersisa, kuliah.

"Jungkook?"

"Ya?" ia menoleh ke meja makan, sepiring roti isi, segelas susu dan air putih, juga kotak bekal. Jungkook menggeser kursi dan mulai makan.

"Pulang jam berapa?"

"Jam sebelas, kelasku cuma satu."

"Tidak bermain dulu?"

"Aku langsung pulang."

Jungkook menyuap rotinya, tidak terganggu ketika Jimin memeluk lehernya dari belakang. Tubuh Jimin terasa lebih hangat, mungkin karena berjemur tadi.

"Anak muda sepertimu harusnya banyak bermain, nongkrong di cafe atau ke bioskop. Kalau pulang, kau hanya akan bertemu aku."

"Hmm ...jangan buka pintu kalau bukan aku yang berada di luar."

Jimin memberengut, "Bagaimana kalau itu petugas kebersihan?"

"Jangan sewa lagi. Aku bisa membersihkan apartemenmu."

"Posesif."

Jungkook menarik tangan yang berada di lehernya. Menuntun Jimin untuk duduk di pangkuan. Bokong sintal menekan paha, Jungkook menahan pinggang Jimin agar tak bergerak lebih dekat padanya. "Kau yang bilang, jadi biarkan aku mengurusmu."

"Aku masih bisa melindungi diriku sendiri."

Alis Jungkook menekuk, "You can't. You won't."

Jimin melepaskan pegangannya pada dada Jungkook. "Kau bersikap seperti kekasihku."

"Lalu?"

Kesal tampak jelas di wajah manis, bokongnya berniat bangun namun tak bisa karena pinggang dipegangi erat. "Berhentilah seperti ini. Berlebihan! Boy, dia tidak akan datang setiap hari."

"Tapi dia bisa datang kapan saja." balasan Jungkook membuat Jimin bungkam. Tubuh lebih kecilnya di tekan ke pinggiran meja, Jungkook membuatnya tidak nyaman dengan tatapan datar dan raut wajah dingin. Jika boleh pilih, tidak perlu ia lakukan penjagaan ketat untuk yang lebih tua.  Namun mengingat luka di tubuh Jimin hari itu kembali menyulut emosinya.

"Bisakah kau berhenti menyukainya?"

"Apa maksudmu?"

Jungkook mengesah, ia tak punya hak meminta hal tersebut dan memilih menggeleng. Mata turun menatap bibir merah lembab. "Apa kau mau ikut?" bibir tipisnya mengecup manis ujung hidung kecil. Seperti pasangan suami istri saja. Tangan lebar Jungkook kembali menarik Jimin agar duduk lebih nyaman. "Ikut ke mana?"
"Bertemu teman-temanku."

"Ah-itu, bagaimana jika mereka salah satu penonton siaranku?"

"Tidak, mereka bukan gay."

"So you are, boy. "

***

"Your boyfriend, gorgeous."

Hampir tersedak, Jungkook mengambil tisu di atas meja. Ia menatap Taehyung yang tersenyum lebar. Mata pemuda itu mengarah pada orang yang Jungkook bawa ke dalam lingkaran pertemanan. Kekasih yang ia perkenalkan kepada mereka-Taehyung dan Seokjin.

Not Safe For Work | KookMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang