Bubble Gum 4

2.3K 238 15
                                    

"Apa bibirku seenak itu?" Suara lembut bertanya.

Jungkook memutar kedua bola matanya, menarik kembali pria yang hendak melangkah pergi setelah memberinya ciuman selamat pagi. Tubuh yang lebih kecil namun berisi menubruk dada, sigap pinggang ramping menjadi tempat mendarat dua lengan.

"Mau ke mana?" Lidahnya berdecak bibir tebal incaran menghindar.

"Dengar, Kid." Panggilan itu mulai terbiasa masuk ke gendang telinga. Pun jeweran pelan yang selalu ia dapat karena bersikap sedikit terlalu jauh. Mata cokelat tua jernih memberinya banyak tekanan, Ia hanya menganggapnya sebagai gertak tak bermutu.

"Kau terus saja menciumku sedari tiga hari lalu. Apa kau tidak melihat bibirku sekarang seperti apa?" Jari telunjuk menunjuk bibir merah tebal yang membengkak, itu lebih dari kemarin setelah dicumbunya lagi beberapa menit lalu.

"Kau mengatakan kepadaku boleh melakukan apa pun yang aku mau." Jeweran di telinganya mulai terasa sakit. "Ya, tapi tidak dengan menjadikan aku objek nafsu dari hormon segudangmu itu!"

"Kau juga menikmatinya." Jungkook tidak salah tentang pemikirannya tersebut. Lihat saja bagaimana Park Jimin berpakaian dari ia berpindah ke rumah pria itu. Siapa yang salah ketika setiap hari yang ia lihat adalah seorang pria dengan lekuk tubuh indah berjalan-jalan ke sana-kemari menggunakan pakaian tidur yang tipis dan menerawang.

Park Jimin memberinya tepukan pelan di pipi, "Bangun dari mimpimu, Jungkook. Aku ingin berbisnis di sini. Bukan hanya melahap penismu tanpa menghasilkan uang!" hidung bangir Jungkook di tarik keras sampai ia harus melepas lingkar tangan di pinggang ramping Jimin dan meminta ampun.

Pria yang lebih tua membenarkan kaitan pakaiannya yang melorot setelah diperlakukan tidak senonoh oleh tangan-tangan nakal. Jimin berlalu begitu saja memasuki kamar yang Jungkook sudah hafal itu kamar pribadi milik pria itu.

Sepeninggal Jimin, Jungkook tidak terlalu memikirkan perkataan pria itu. Bisnis katanya? Maksudnya memperjual-belikan penisnya begitu?

Ia melihat Jimin melakukan live kemarin. Menontonnya dari pintu kamar, mengintip. Pria itu berpakaian lingerie, mempertontonkan lubang bawahnya di hadapan kamera ponsel. Lubang yang diisi oleh vibrator menyala.

Topeng hitam dengan corak bunga emas yang dipakai Jimin saat itu tidak mampu menutupi wajahnya yang begitu erotis. Kaki yang mengangkang lebar tidak menutupi apa pun dari pria itu di hadapan kamera. Jungkook melihatnya sampai show pria itu usai.

Gembungan di selangkangan saat itu tertangkap basah Jimin dan Jungkook tidak menolak ketika pria itu menawarkan hand job kepadanya. Karena, tangannya itu seperti mempunyai sihir yang mampu membuat seluruh tubuh merasakan pelepasan hebat dan nikmat. Tangan yang memiliki kendali, desahnya saat itu tidak sekali pun bisa di tahan.

"Jungkook!"

Teriakan dari kamar membuat lamunannya buyar. Ia mendatangi kamar Jimin, tidak ada orang di kamar itu yang berarti Jimin berada di balik pintu rahasianya. Ruangan yang diperuntukkan untuk siaran joroknya. Jungkook melihat pria itu tengah memasang dekorasi seperti pesta ulang tahun.

"Bantu aku memasang pita ini di atas sana."

"Kau sih pendek."

Jimin menatapnya dengan sengit.

"Bayar dulu."

Pria itu menyipitkan matanya, kemudian turun dari bangku untuk mendarat di hadapan Jungkook.

"Katakan saja kau ingin mencium bibirku lagi."

Jungkook memajukan wajahnya dan mengecup bibir Jimin sekilas. "Aku lapar." Ia mengambil pita di tangan Jimin dan menaiki bangku, memasang semua pita di atas lampu hias dan langit-langit. Sementara Jimin mengerjap setelah mendapatkan kecup singkat pemuda itu.

Not Safe For Work | KookMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang