Bubble Gum 15

1.1K 135 16
                                    

Jimin tidak mencoba menjadi baik. Setidaknya Jungkook masih memilik kewarasan akan kelakuan paling unik yang bisa pria itu perbuat. Tidak dipungkiri saat melihatnya berdiri di depan penggorengan dan memasak, berbuat seperti istri yang baik saat suaminya baru pulang. Memberinya senyuman dan mengambil tas ransel di punggung, menawarinya makan lebih dulu atau mandi.

Jungkook masih bersyukur karena Jimin tidak menambahkan 'watashi' sebagai akhir kalimat atau ia akan menganggap pria itu benar-benar gila.

Tiga hari semenjak mereka pindah ke kontrakan baru. Bukan flat kumuh atau apartemen mewah milik Jimin sebelumnya. Hanya kontrakan dengan dua kamar tidur, satu kamar mandi, ruang tamu dan dapur. Lebih sederhana namun cukup nyaman sebagai tempat tinggal untuk dua orang.

Jungkook mendudukkan dirinya di meja makan. Tidak berusaha berlagak sopan ketika memerhatikan Jimin dari belakang. Pria itu jauh lebih gemuk dari pertama kali bertemu. Mungkin karena sudah hampir satu bulan kegiatannya menjaga bentuk tubuh yang ramping terhenti. Jungkook tidak mengizinkannya menelan pil diet serta mengurangi porsi makan lagi. Menakjubkan ketika Park Jimin menurutinya. Superioritas Jungkook semakin menjadi ketika Jimin benar menutup akun pornonya serta mengurangi intensitas kedatangan di toko mainan dewasanya.

Pria itu masih menjalankan bisnis toko karena berpikir tidak akan mudah untuk mencari pekerjaan baru. Sokongan hidup mereka tidak bisa begitu saja berhenti. Lagi pula biaya kuliah Jungkook tujuh puluh persen ditanggung oleh Jimin setelah ia melakukan sedikit kebohongan pada ayahnya. Jungkook tidak mau, namun Jimin memaksanya untuk melakukan kebohongan kecil itu.

Dari tempatnya duduk, Jungkook bisa melihat bekas cupang yang ia tinggalkan di leher Jimin semalam. Ada juga gigitan di lengan belakang. Jungkook turun dari meja, mendatangi Jimin. Tangannya melewati pinggang hingga saling bertemu di atas perut Jimin.

"Tidakkah berlebihan melakukan ini setelah kau memilih untuk mandi lebih dulu?"

"Aku tidak bau."

"Tidak mengatakanmu bau." Jimin mematikan kompor. Lagi pula masakannya sudah selesai, ia berbalik dan menempatkan kedua telapak tangannya di tengkuk Jungkook. Usapan lembut membuat yang lebih muda menutup mata sejenak sebelum saling bertatapan.

"Apa yang sedang kau pikirkan, boy?"

"Your neck."

"My neck?"

"Mhn, dan kau seperti ibu-ibu di drama yang sibuk memasak."

"Maksudmu seperti seorang wanita yang menunggu kekasihnya pulang?" Jimin tersenyum, Jungkook mengangguk tanpa beban. Ia menarik pinggang Jimin dan mengangkat tubuh yang lebih tua ke atas meja makan.

"Hei, jangan mengacaukan dapur di rumah baru."

"Aku tidak sedang mengajakmu bercinta." elak Jungkook. Lagi pula ia hanya ingin menatap Jimin lama-lama. Rasanya tidak percaya hubungan mereka bisa sampai seperti sekarang. "Bukankah kau pria mesum yang memintaku menjual penis?"

Jimin terkekeh, menertawakan pertemuan pertama mereka. Lagi pula Jungkook memang memiliki tubuh yang bagus dan ia tidak pernah salah mengukur milik seseorang.

"Ayahmu akan menangis jika ia tahu putranya menatap seorang pria penuh cinta alih-alih gadis cantik yang bisa memberinya cucu."

"I don't want to think about it."

Gelak tawa memenuhi ruang dapur. Sepasang kaki melingkar di pinggang Jungkook. Pemiliknya bersandar di bahu seolah menjadi tempat yang sudah dimiliki bebas dan tak perlu izin Jungkook menyentuh. "Why you love me, Jungkookie?"

Not Safe For Work | KookMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang