01.

11K 324 6
                                    

_______________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_______________

"Assalamu'alaikum, Ning Alma." Sapa salah satu santriwati yang baru saja masuk Ndalem pada seorang anak Kyai pemilik Pondok Pesantren Ar-Rahman, Ning Alma.

"Wa'alaikumsalam, di panggil Umi ya, Mbak?" Tanya Ning Alma dengan ramah.

"Nggih Ning, pengapunten Ning, kulo langsung ke Bu Nyai Atiqah, nggih." Pamit Mbak Fitri.

"Oh iya, silakan Mbak." Angguk Ning Alma.

Mbak Fitri berlalu menghampiri Umi Ning Alma, sementara Ning Alma lanjut ke dapur untuk mengambil minum. Begitu sampai dapur, ada beberapa Mbak-mbak Ndalem yang sedang meracik bumbu untuk memasak.

"Masya Allah, Gus Azmi ganteng banget." Celetuk salah satu santriwati yang ada di dapur bernama Raras.

"Iya ih, dengar-dengar Syubban bakalan datang ke Demak bulan Mei, masih 2 bulan lagi. Pengen deh lihat Syubban tampil, tapi nggak bisa karena kita kan mondok. Nggak mungkin dikasih izin sama Bu Nyai Atiqah." Sahut Mbak santriwati lainnya bernama Laila.

"Iya, padahal aku udah ngefans Gus Azmi dari lama loh, tapi belum pernah lihat langsung." Sahut yang lainnya bernama Afifah.

Ning Alma yang mendengar hanya diam saja, lagi pula ia tidak tahu siapa yang dimaksud oleh Mbak-mbak Ndalem ini. Toh tidak pantas membahas seorang lelaki yang bukan mahram kita.

"Ning Alma, pengapunten Ning, butuh bantuan?" Tanya Mbak Laila.

"Tidak Mbak, saya hanya ambil minum. Yaudah, dilanjut aja Mbak, saya ke dalam lagi." Jawab Ning Alma kemudian berlalu masuk ke dalam kamarnya.

"Nggih Ning." Angguk mereka.

Alma sibuk kembali pada lembaran-lembaran kaligrafi yang biasa ia kerjakan. Yah, selain menyimak hapalan kitab dan juga Qur'an Mbak-mbak santri, Alma juga menyibukkan diri dengan membuat kaligrafi-kaligrafi ayat Al-Qur'an. Jiwa seninya harus disalurkan dan dikembangkan. Tapi menurutnya, kaligrafi-kaligrafi itu hanya akan ia tempel di tiap-tiap kelas. Tidak untuk diperjual belikan. Padahal kalau dijual, bisa laku keras karena sangat cantik.

Menjelang sore, usai Ba'da Ashar, Alma bersiap untuk menyimak hapalan santriwati Tsanawiyah di Masjid Pesantren. Dengan abaya hitam dan hijab mocca-nya, Alma keluar dari Ndalem.

"Masya Allah, Ning Alma, cantiknya luar dalem. Auranya positif, nggih. Saya sampai nggak bisa memalingkan wajah saat beliau lewat." Celetuk salah satu santriwati Aliyah.

"Heem, spek bidadari surga." Sahut yang lainnya.

Usai menyimak hapalan Mbak-mbak santri, Ning Alma kembali ke Ndalem. Bertepatan dengan Abi Ning Alma, Kyai Hafiz baru pulang dari luar kota mengisi acara tausiyah.

"Assalamu'alaikum Abi." Salam Ning Alma pada Abi-nya.

"Wa'alaikumsalam, habis nyimak, Nduk?" Tanya Kyai Hafiz setelah Ning Alma mencium punggung tangan Abi-nya dengan takdzim.

Kidung Surgawi (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang