______________
Ning Alma membereskan piring sisa makannya bersama Gus Azmi. Dan hendak membawanya ke dapur, namun dicegah Gus Azmi.
"Saya mau mencuci piringnya, Gus." Ucap Gus Azmi.
"Biar mbak-mbak saja, Ning." Sahut Gus Azmi.
"Gus, saya sungguh merasa tak enak sejak tadi. Saya tertidur sampai melewatkan makan siang yang berakibat jenengan juga melewatkannya. Lalu setelah makan, saya harus merepotkan mbak-mbak santri di belakang untuk mencuci bekas makan kita. Saya ngerasa buruk jadi istri jenengan, Gus." Aku Ning Alma.
"Ning, jenengan bukan istri yang buruk untuk saya. Saya senang dan bersyukur memiliki jenengan sebagai istri." Ucap Gus Azmi.
"Tapi boleh kan, jika saya mencuci piringnya?" Pinta Ning Alma lagi.
"Ya sudah, jangan lama-lama, ya." Gus Azmi memberi izin.
"Nggih, Gus. Jenengan lebih baik ke depan saja. Jangan menunggu saya disini." Perintah Ning Alma.
"Ya sudah, saya ke depan." Angguk Gus Azmi berlalu dari ruang makan.
Ning Alma membawa piring-piring kotor ke belakang. Meletakkannya ke tempat cuci piring. Baru saja hendak mencuci piring-piring itu, tiba-tiba ada dua orang Mbak santri menghampirinya.
"Ning, Afwan, Kulo mawon sing nyuci." Ucapnya.
"Bener Ning, biar kami saja yang mencucinya. Jenengan lebih baik masuk ke dalam." Ucap Mbak yang satunya.
Ning Alma tersenyum, "Ndak apa-apa, Mbak. Biar saya saja yang nyuci. Sampean-sampean bisa lanjut ngerjain yang lain."
"Tapi Ning, kami sungguh Ndak enak kalih jenengan. Harusnya kami yang mengerjakan ini, tapi malah jenengan yang melakukannya. Maafkan kelalaian kami, Ning." Ucap Mbaknya penuh penyesalan.
"Mbak, Ndak perlu merasa Ndak enak. Saya senang mengerjakan kerjaan wanita seperti ini. Lagipula tidak banyak piringnya, saya juga Ndak merasa lelah. Sampean berdua bisa lanjutin yang lain, jangan hiraukan saya. Sebentar lagi saya akan selesai." Ucap Ning Alma.
"Oh iya, nama Mbak-mbaknya, sinten? Biar makin akrab, kita kenalan boleh, kan?" Ucap Ning Alma tersenyum manis.
"Saya Dinda, Ning. Dan ini teman saya, Laila." Jawab Mbak Ndalem yang ternyata Mbak Dinda.
"Nama saya Alma, mbak-mbak. Kedepannya, saya ingin Mbak Dinda dan Mbak Laila membantu saya menyiapkan makanan, ya." Beritahu Ning Alma yang kini sudah tersenyum manis.
"Nggih, Ning." Angguk Mbak Dinda dan Mbak Laila.
Lihat, Ning Alma mampu menghadapi mbak-mbak abdi Ndalem yang tadi sempat menatapnya dengan begitu intens. Ia bahkan saling berkenalan. Ini adalah salah satu cara Ning Alma mengakrabkan diri dengan abdi Ndalem Kyai Mustofa. Sebab untuk hari-hari selanjutnya, Ning Alma akan turut andil dalam pekerjaan rumah di Ndalem ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kidung Surgawi (On Going)
SpiritualFOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️⚠️ _____________________________ "Apa jenengan Ndak apa-apa, Gus?" Tanya Ning Alma sedikit tak enak, takut malah Gus Azmi tak nyaman. "Kenapa? Jenengan takut saya Ndak nyaman?" Tanya Gus Azmi kemudian. Ning Alma hanya menund...