4. Hari Pertama Sekolah

15 4 0
                                    

Kring~ Kring~
Alarmku berbunyi.

Aku bangun dan mematikan alarmku itu. Dengan mata yang masih buram, aku membuka handphone ku, aku kaget ternyata ada notif WA. Setelah mengucek-ngucek mataku. Aku terkaget-kaget setelah melihat notif WA itu dalam keadaan sadar, ternyata itu notif dari Dwi. Ternyata notif kemarin.

Dwiii
| Assalamualaikum Mbak
| Makasih buat hari ini
| Bye‐bye! Good night
21.30

Waalaikumsalam  |
Kenapa bilang makasih? |
Pagii!! |
05.00

"Kenapa bilang makasih ya? Padahalkan cuma gak sengaja ketemu di PM (Pasar Malem) kemarin" ucap Bulan tampak heran.

'Yaudah deh mandi dulu'. Bulan mandi setelah merapikan tempat tidurnya. Setelah ia selesai mandi dan memakai pakaian. Tiba-tiba ada notif, Bulan pun langsung melihat notif tersebut. Dan ternyata benar, itu natif dari Dwi. Bulan pun langsung membuka notif tersebut.

Dwiii
| Gapapa kok
| Emang gak boleh bilang makasih?
| Pagi juga Mbak Bulann
05.02

Setelah di buka, Bulan langsung membalas pesannya.

Boleh, tapi kenapa malah nanya balik?! |
Iyaaa |
05.30

Dwiii
| Gapapalah
| Belum berangkat?
05.31

Y |
Gercep amat |
Belum, knp? |
05.32

Dwiii
| Cuma nanya doang
05.33

Pesan terakhir dari Dwi cuma di read sama Bulan. Ya, karena Bulan pikir pembicaraan itu tidak penting, cuma basa-basi saja. Sebenarnya Bulan tidak suka jika ada orang yang ngechat cuma basa-basi saja.

Bulan dipanggil oleh Mama dan Kak Langit, mereka menyuruhku untuk turun dan sarapan. Jika kalian tanya dimana Papaku, dia sudah ada dimeja makan. Oh iya, akan ku perkenalkan nama kedua orang tuaku. Okey, kita mulai dengan nama Papaku, ia bernama Raka Bumantara. Lanjut dengan nama Mamaku, ia bernama Ayunda Rayana.

"Dek, ini susunya" ucap Mamaku memberikan segelas susu coklat untukku.

"Iya Maa" jawabku sambil menerima segelas susu yang Mama berikan.

Kami sarapan sambil membicarakan hal random. Mulai dari kedua orang tuaku yang bertanya tentang hari pertama aku masuk SMP hingga muncul pertanyaan yang random, terkadang kami juga bercanda. Aku sangat bersyukur karena telah terlahir di keluarga ini.

Setelah selesai sarapan sambil berbincang-bincang. Aku langsung berpamitan dan berangkat ke sekolah, tentu Kak Langit yang mengantarkanku. Oh iya, Kak Langit itu kuliah, emm... kuliah di jurusan kedokteran. Sebenarnya aku tidak tau kenapa Kakakku memilih jurusan itu.

Kami sudah berada dijalan, selang beberapa menit kami pun sampai di sekolahku. Kak Langit bilang kepadaku jika kami sudah sampai, sebenarnya aku sudah tau akan tetapi itu bukan masalah. Setelah itu aku turun dari mobil dan berpamitan kepada Kakak. Aku juga melambai-lambaikan tangan kepada Kakak.

Saat berjalan di koridor aku melihat Juli, aku berlari kecil dan menghampiri Juli.

"Juli!" panggilku dengan wajah sumringah.

"Bulann, tak pikir siapa tadi" jawab Juli dengan tersenyum.

Setelah bertegur sapa, kami berjalan menuju ke kelas. Saat di jalan kami tidak hanya diam dan berjalan bersama, karena pada saat di jalan kami membicarakan hal random. Tapi tiba-tiba kami berdua kaget karena melihat Mei berjalan bersama seorang laki-laki, sontak aku refleks memanggil Mei. Ya, Mei menengok ke arah suara itu berasal, iya aku tau itu aku. Kami pun saling pandang dan Mei malah meringis, lalu Mei menghampiri Juli dan aku. Laki-laki itu mengekor di belakang Mei.

"Halo!~" sapa Mei.

Aku masih syok, tapi sifat Mei memang seperti itu.

"Hayy!" balasku dan Juli.

Tapi laki-laki yang mengekor di belakang Mei cuma diam saja padahal ia melihat dan mendengar pembicaraan abstrak kami bertiga.

"Sapa tuu?" —Juli

"Iya weh sapa tu laki?!" —Bulan

"Oh iya, kenalin ini cowokku, namanya Naren Narendra" jawab Mei sambil meringis.

"Hah! Beneran?" Juli tampak tak percaya.

"What! Nani!? Really? Yang bener deh Mei jan bercanda!" ketusku tak percaya.

"Beneran lah, yakali boong. Dasar wibu!" —Mei

Ditengah pembicaraan itu, tiba-tiba Juli memotongnya dan bertanya kepada Mei.

"Pacarmh toh, dari kelas apa emang?" —Juli

"Naren itu kelas 7B!" —Mei

"Sekelas ama Dwi dong" sahutku, Mei dan Juli tampak kebingungan.

"Dwi?!" tanya Juli tampak kebingungan.

"Sapa woy?!" tanya Mei nampak kebingungan.

"Iya, gue sekelas sama Dwi, dia temen gue" sahut Naren.

"Iya! Terus dia itu siapa?!" tanya Mei lagi dengan nada yang sedikit ngegas.

"Cowok yang nabrak atau ketabrak kamu itu?" sahut Juli.

"IYA! Li" jawabku.

"Hah?" Mei kebingungan.

Karena Mei masih hah heh hoh, kebingunan. Naren menjitak dahi Mei. Aku dan Juli hanya tertawa melihat tingkah pasangan ini. Padahal Naren dan Mei berbeda kelas dan arah, tapi mereka tetap berjalan bersama. Mungkin Naren akan mengantar Mei menuju kelasnya dulu. Akhirnya kami sampai dikelas kami, 7D. Setelah sampai Naren dan Mei saling berpamitan dan bersalaman.

Tukk

Aku meletakkan tasku di sebuah kursi. Kursi itu berada di pojok barisan paling depan, tapi bukan kursi di depan meja guru. Juli duduk di kursi belakangku, sedangkan Mei duduk di kursi sebelah Juli. Kami hanya duduk berdekatan saja, soalnya tempat duduknya sendiri-sendiri. Kami juga yang datang paling awal, jadi kami memilih tempat duduk dengan leluasa.

Tak terasa tempat duduk yang kosong itu mulai penuh dan bel pun berbunyi. Jika kalian tanya "Apakah tidak bosan hanha di dalam kelas terus?", maka aku akan menjawab bahwa tadi kami mengibah, berbincang-bincang tentang hal random, main game bersama, dan juga jalan-jalan berkeliling sekolah sebelum bel berbunyi. Jika cuma diam di kelas, itu sangat membosankan.

Ini adalah hari Kamis dan mapel di jam pertama adalah matematika.

TBC
MAAF KALO GAK NYAMBUNG 🙏🏿

KALO TYPO TOLONG DI INGATKAN YA!

The Moon Is Beautiful Isn't It [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang